30 - Save My Little Princes

Gimana kabar kalian?

Suka nggak sama cerita ini?

Kalau bagus bisa tag di instagram aku @wgulla_

Love dulu buat part ini

cerita ini terinpirasi dari mathias dan layla

***

SBD – 30

Serena membuka mata, kepalanya sakit. Ia menatap sekeliling ternyata ia berada di sebuah kamar yang nampak tak asing. Kamar tersebut berwarna monokrom, ini bukan di rumah tapi di apartemen pribadi milik Alvaska. Ia baru sadar kalau ia tadi pingsan ketika Alvaska menolongnya. Ia habis dibully oleh Mila dan kawan-kawannya. Ia tak menyangka kalau mereka belum berubah. Malah semakin brutal pada dirinya.

"Kamu sudah sadar?" suara Alvaska menyadarkan Serena dari lamunannya.

Pria itu berdiri di depan ranjangnya. Tangannya bersedekap, matanya menatapnya tajam. Lalu pria itu berjalan menghampirinya yang masih berbaring di ranjang. Serena panik ketika langkah kaki pria itu semakin mendekat. Alvaska duduk di sebelah Serena.

"Tuan mau apa?"

Alvaska menaikkan alis, lalu ia mengambil air putih yang tersedia di dekat nakas. Ia tahu Serena baru bangun. Gadis itu sepertinya kelelahan dan kehabisan energi karena peristiwa bulli yang terjadi di sekolah tadi siang. Ia memang sengaja tidak membawa Serena pulang, karena ia tidak mau ibu Serena jadi khawatir. Maka dari itu ia membawa Serena ke apartemennya.

Serena mengamati itu. Pria itu membantunya untuk bangun dan bersandar di ranjang. Pria itu terlihat khawatir. Entah ke mana perginya keangkuhan pria itu. Serena merasa aneh dengan semua perhatian ini. Terlebih lagi ketika Alvaska membantunya untuk minum air putih. Pria iu benar-benar memperlakukannya layaknya seorang putri.

"Sudah membaik?"

"Lumayan tuan."

"Sejak kapan mereka membulli kamu?" tanya Alvaska ingin tahu. Ia kira pembulian Serena hanya sekedar caci maki belaka ternyata sudah sampai ke tahap fisik. Ia benci jika melihat ada orang yang berusaha menyentuh atau melukai Serena. gadis itu adalah miliknya, hanya ia yang boleh melakukan itu.

"Em, kalau mukul aku seperti tadi, baru aja, tuan. Biasanya mereka kalau bulli saya hanya dengan mengatai saya simpanan atau pelacur. Kalau mereka mengatakan itu hanya bisa saya diamkan, saya tak mau ambil pusing untuk berkelahi. Hanya saja tadi saya terkejut ketika mereka melakukan hal kasar pada saya." Serena mengatakan itu sambil menunduk. Ia bingung harus berbuat apa. Ia sebenarnya juga bisa melawan. Namun posisinya, ia kalah.

Alvaska mendengar itu semakin marah. Ia akan memberikan perhitungan pada mereka. Bisa-bisanya mereka membulli Serena di sekolah miliknya. Apa mereka tidak tahu sedang berurusan dengan siapa?

"Kalau mereka melakukan hal itu lagi sama kamu jangan kamu pendam sendirian. Kamu harus cerita sama saya."

"Kenapa harus cerita sama tuan? Saya hanya wanita rendahan seperti yang tuan bilang kemarin." Perkataan Serena membuat Alvaska terdiam. Ia jadi ingat kemarin ia juga merendahkan wanita itu. Ia mengatakan itu karena Serena pikir ia menyukainya. Padahal ia sama sekali tak suka dengan Serena. Ia hanya ingin membuat hidup gadis itu menderita atas perbuatan ayahnya.

"Kamu lupa? Kalau kamu itu simpanan saya? Saya sudah berjanji untuk melindungi kamu, lagipula kalaupun ada orang yang berniat menyakiti kamu itu hanya boleh saya saja yang lakukan." Alvaska mengelak, ia tidak ingin Serena berpikir kalau ia peduli pada gadis itu. Ia ingin gadis itu sadar posisinya.

Serena hanya tersenyum mendengar itu. Jujur sakit setiap kali ia mendengar kata simpanan atau rendahan yang dikeluarkan Alvaska. Padahal tadi pria itu menolongnya dan terlihat begitu khawatir. Sampai-sampai Serena terpesona untuk pertama kalinya dengan Alvaska. Pria itu terlihat seperti malaikat ternyata hatinya masih sama seperti iblis yang kejam.

"Iya tuan saya tahu kok, tapi sebelumnya saya mau ngucapin terima kasih atas pertolongan tuan tadi."

Entah datang keberanian dari mana Serena mendekat ke arah Alvaska lalu ia mencium pipi pria itu malu-malu. Hal itu membuat Alvaska terpaku seperti patung. Ciuman dadakan itu membuatnya seperti orang bodoh yang tidak melakukan apapun. Serena tersenyum lalu kembali tidur.

Alvaska bangkit ia salah tingkah lalu ia mentertawakan dirinya yang berperilaku seperti itu. Ia langsung tak berani menghadap Serena. bagaimana tidak ia salah tingkah, lagi emosi tiba-tiba di cium seperti itu. Pipinya bahkan sampai memerah karena malu.

"Kamu tidur saja, saya mau pesan makanan untuk kamu."

"Terimakasih tuan, maaf merepotkan."

Alvaska langsung keluar dari kamar itu. entahlah ia merasa malu dan salah tingkah. Sial! Hanya sekedar ciuman tapi bisa membuatnya seperti ini. Padahal ia sudah pernah melakukan hal yang lebih dari ciuman dengan gadis itu. Memang gila!

***

Ketika di luar kamar, Alvaska menghubungi Rangga untuk mengatur jadwal ke sekolah. Ia hendak melakukan sesuatu untuk memberikan pelajaran pada Mila dan lainnya. Selain itu ia juga meminta pada Rangga untuk memutuskan kontrak kerja dengan Perusahaan Marsha. Ia kesal karena Marsha berani sekali menyentuh Serena. padahal ia sudah memperingati untuk tidak mengusik dirinya dan Serena.

"Kenapa tiba-tiba mau ke sekolah?" tanya Rangga bingung. Ia merasa aneh karena Alvaska yang biasanya disuruh ke sekolah tidak mau sebagai perwakilan Yayasan, sekarang tiba-tiba mau diperkenalkan.

"Bukan apa-apa." Elak Alvaska.

"Pasti karena Serena, kan?" tebak Rangga.

"Bukan udah kerjain aja! Gak usah banyak bacot!!!" Alvaska tidak mau Rangga mengejeknya.

"Terus ini apalagi lo nyuruh gue buat berhentiin kerja sama perusahaan bokap Marsha."

Alvaska yang tidak ingin diejek langsung mematikan panggilan tersebut. Ia benci kalau mendengar ledekan Rangga. Lalu ia memesan makanan untuk dirinya dan Serena. kasian gadis itu belum makan siang, pasti lapar.

***

"Kak gimana ini, aku takut kak Alvaska marah?" Mila panik ketika diancam oleh Alvaska tadi pagi.

"Entah kakak juga bingung, kakak juga takut. Apalagi kalau Alvaska sampai mutusin kontrak kerja sama Perusahaan papa. Aku pasti bakal ikut marah sama Papa." Marsha yang merencanakan pembulian tadi ikut bingung. Ia tidak mau papanya membencinya karena hal ini.

"Aku takut nanti Kal Alvaska lapor ke sekolah."

"Tenang kamu gak usah takut, kakak bakal bujuk Kak Alva buat lupain hal tadi." ujar Marsha meski tidak yakin.

"Kakak yakin bisa?" Mila sedikit kurang yakin mengingat ALvaska sudah masuk terjerat oleh godaan Serena. Ia tahu pasti Alvaska sangat menuruti Serena.

"Entahlah, sejauh ini Alvaska belum pernah sih nyakitin aku walau aku bertingkah menyebalkan sama dia."

"Semoga aja kak, ini semua gara-gara Serena. memang pelacur itu menyebalkan. Gak tahu diri. Gak ngaca kalau dia bikin rusuh."

"Seharusnya kita bulli dia jangan di sekolah."

"Tapi mau gimana lagi kak, dia aja pulang selalu ditunggu sama Kak Alvaska."

Marsha dan Mila sedang panik. Mereka benar-benar ketakutan setelah mendengar perkataan Alvaska yang ingin membuat perhitungan pada mereka. mereka tahu sekali kalau Alvaska itu orang yang kejam. Bahkan Alvaska pernah mengusir adik tirinya agar tidak serumah. Hal itu sudah menjadi pembicaraan yang umum.


***

Gimana cerita ini?

Lanjut or no?

Spam 1 buat lanjutt

100 komen baru lanjut yaaa

follow instagram aku wgulla_

gulla

istri sahnya jaehyun


Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top