24 - Only Smile can say


Gimana kabar kalian?

Suka nggak sama cerita ini?

Kalau bagus bisa tag di instagram aku @wgulla_

Love dulu buat part ini

cerita ini terinpirasi dari mathias dan layla

***

SBD – 25

Alvaska menatap layar laptopnya. Tadi pagi ia meminta Rangga untuk mencari tahu, apa saja yang dibeli Serena menggunakan kartu yang telah ia berikan. Keningnya berkerut ketika tahu pengluarannya untuk apa saja. bibirnya tersenyum tanpa sadar. Memang Serena itu mirip sekali dengan seekor kucing sangat menggemaskan. Bisa-bisanya menghabiskan jutaan hanya untuk perawatan kucing. Bahkan wanita itu sendiri belum memakai uangnya untuk perawatan dirinya sendiri.

Apa perlu ia ancam lagi? Agar gadis kecil itu mau menuruti perkataannya. Ia lebih suka uangnya dihabiskan oleh Serena dari pada kucing sialan itu. sepertinya Serena memang sangat menyukai kucing. Niat awalnya membeli kucing itu hanya sebagai ancaman untuk Serena kalau gadis itu berani padanya.

Rangga masuk, langsung dihadapkan dengan Alvaska yang sedang tersenyum-senyum sendiri. Hal itu membuat Rangga aneh. Ia tahu sepertinya Alvaska begitu karena Serena. semenjak tidur dengan Serena, sifat Alvaska berubah. Pria itu jadi sering senyum padahal dulu dingin sekali dan hobinya marah-marah. Di pikirannya juga hanya balas dendam kepada orang-orang yang berusaha membunuh ibunya atau berniat mengambil harta warisannya.

Alvaska bukan gila warisan. Namun ia mencoba mempertahankan hak sang ibu. Baginya itu semua milik ibunya. Jadi ia akan berjuang agar tidak ada yang bisa mengambilnya. Alvaska begitu mencintai ibunya. Hanya saja Rangga takut kalau nanti Alvaska yang awalnya dendam dengan Serena malah jadi cinta.

"Pak, tadi nona Marsha menghubungi saya, dia akan ke sini."

"Bilang saya ada urusan, saya tidak ingin bertemu dengan siapapun hari ini." Alvaska benci mendengar nama itu. Ia pikir Marsha akan menyerah ketika tahu ia sudah memiliki kekasih, tapi gadis itu tetap saja nekat untuk mendekatinya. Ia benci dengan wanita yang hobi mengejarnya seperti tidak ada harga diri saja. mengemis cinta dan memaksa perasaan, padahal ia sama sekali tidak cinta.

"Okay, Pak."

"Saya mau pergi nanti."

"Kalau boleh tahu mau pergi ke mana, Pak?" tanya Rangga. Ia tebak pasti bertemu dengan Serena. Memang gila atasannya yang satu ini. Harus apa lagi ia mengatakan pada pria itu agar Alvaska sadar kalau dia menyukai Serena. Bahkan sudah terlihat jelas dari pelakunya. Ia saja kaget ketika Alvaska memberikan Serena banyak sekali fasilitas.

"Menjemput seseorang."

Alvaska sengaja tidak menyembut nama Serena. Ia tidak mau digoda oleh Rangga. Pasti nanti Rangga akan mengejeknya. Lalu mengatakan kalau ia sudah bucin dengan Serena. padahal ia berniat menjemput Serena karena tidak ingin Serena pulang bersama Alvin. Ia suka geram kalau membaca pesan yang dikirimkan Alvin kepada Serena.

Menurutnya Serena ini bodoh dan polos. Gadis itu apa buta untuk melihat kalau Alvin menyukai gadis itu. Ia benci melihat Alvin yang begitu perhatian dengan Serena. Ia memang berniat membuat kisah cinta remaja atau monyet Serena hancur berantakan gadis itu tidak boleh bahagia.

"Seseorang or someone who make you crazy." Rangga menebak kalau seseorang yang dimaksud oleh Alvaska itu adalah Serena. bosnya itu memang jaim sekali. Apa susahnya mengaku kalau mau menjemput Serena pulang sekolah. Sampai menolak ajakan bertemu dengan Marsha.

"Don't get involved."

"Pokoknya kalau Lea atau Marsha mau bertemu saya jangan pernah izinkan. Saya malas harus berhadapan dengan ke dua orang bodoh itu." Hanya mengahabiskan waktu dan tenaga saja. kadang ia lelah harus berhadapan dengan mereka.

"Okay."

***

"Tuan kenapa sekarang hobi sekali menjemput saya?" tanya Serena dengan bingung. Ini sudah keempat kalinya. Sampai-sampai banyak berita aneh-aneh di sekolah tentang dirinya yang berpacaran dengan Alvaska.

Alvin juga bertanya-tanya namun hanya Serena bilang kalau ia ada pekerjaan sebagai pembantu. Untung saja Alvin percaya. Ia hanya tidak mau sahabatnya itu jadi memandangnya buruk. Ia tidak mau kehilangan sahabat sebaik Alvin.

Alvaska memang sengaja menjemput Serena. agar gadis itu tidak pulang bersama Alvin. Membaca pesan mereka berdua yang janjian mau pergi ke sana atau ke suatu tempat saja sudah membuatnya kesal setengah mati.

"Kenapa memang tidak boleh?"

"Bukan tidak boleh tuan hanya saja aneh."

"Aneh kenapa?"

"Saya hanya seorang pembantu." Serena jujur tidak nyaman kalau setiap hari dijemput seperti ini. Ia merindukan masa-masa bebasnya dulu. semenjak ia tidur bersama pria ini, ia jadi tidak bebas. Ia merasa seperti hidupnya di kekang. Kadang ia merasa diawasi. Entah oleh apa itu. Serena tak pernah menyadari kalau di kamarnya ada kamera yang digunakan oleh Alvaska untuk mengawasi gadis itu. Bisa dibilang Alvaska ini psikopat gila yang seakan-akan ingin tahu semmua kehidupan Serena.

"Jangan tanya-tanya cukup terima saja apa yang saya lakukan. Kalau kamu tidak mau..."

"Kucing saya nati tuan blender." Serena melanjutkan itu dengan cemberut. Ia sudah bisa membaca ke mana arah pembicaraan tuan Alvaska. Ke aman lagi kalau bukan untuk menggunakan kucingnya sebagai temeng.

Alaska tersenyum tanpa sadar ketika mendengar perkataan Serena. Hal itu membuat Serena terdiam, ia terpesona dengan senyum itu. Bagaimana tidak pria itu tidak pernah tersenyum jika bersamanya. Namun kali ini berbeda, biasanya Alvaska akan menyeringai sebagai tanda kalau ia yang berkuasa. Pria itu terlihat tampan ketika tersenyum seperti itu. Serena sampai tidak bisa berkata-kata.

"Kamu kenapa melihat saya seperti itu?"

"Enggak takjub aja baru pertama kali saya melihat tuan tersenyum selebar itu." Alvaska terdiam. Ia menyadari kebodohannya kenapa bisa ia tersenyum di depan Serena. pasti gadis itu akan meledeknya.

"Lupakan apa yang kamu liat tadi." Alvaska malu sekali.

Dalam hati Serena tertawa dengan reaksi yang dibuat oleh Alvaska. Memang pria satu ini aneh sekali. Bagaimana juga ia bisa melupakan senyum pria itu.

"Jadi kamu kasih nama apa kucing itu?" Alvaska berusaha mengalihkan perhatian, agar Serena tidak mengingat senyum di bibirnya tadi.

"Em, namanya Atha boleh?"

"Itu kamu sendirikan yang namain?"

"Iya aku sendiri."

"Baiklah."

Serena bernapas lega akhirnya PR memberi nama kucing sudah selesai. Satu masalahnya selesai. Serena tidak mau kalau masalah ini akan bertele-tele.

"Kenapa kartu yang saya berikan kamu pakai untuk kucing bukan untuk kamu?"

"Em, kan tuan sendiri yang bilang kalau uangnya boleh untuk apa saja. tuan tidak melarang saya menggunakan uang ini untuk apa." Memang gadis yang pintar, Alvaska hanya menggelengkan kepala mendengar itu. padahal ia lebih suka kalau uangnya digunakan Serena untuk keperluan gadis itu bukan untuk kucing.

"Terserah kamu mau lakukan apapun dengan kartu itu."

"Mau beli tempat pup kucing yang canggih itu boleh?" Alis Alvaska naik, astaga dari sekian banyak barang kenapa gadis itu mau membeli barang-barang aneh seperti itu. Jujur ia sedikit tidak rela uangnya habis untuk kucing sialan itu. seharusnya memang ia blender saja kucing itu. Kenapa kucing itu malah menjadi favorit Serena.


***

Gimana cerita ini?

Lanjut or no?

Spam 1 buat lanjutt

100 komen baru lanjut yaaa

follow instagram aku wgulla_

gulla

istri sahnya jaehyun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top