19 -Care about me?


Gimana kabar kalian?

Suka nggak sama cerita ini?

Kalau bagus bisa tag di instagram aku @wgulla_

Love dulu buat part ini

cerita ini terinpirasi dari mathias dan layla

***

"Terima kasih, tuan."

"Untuk apa?"

"Tadi tuan melindungi saya, ketika saya mau disiram pakai air." Meski begitu Serena adalah orang tahu cara berterima kasih.

"Jangan berpikir macam-macam saya melakukan itu karena memang tanggung jawab saya. Bukan karena saya suka sama kamu."

"Saya tidak pernah berkata, kalau tuan suka sama saya," balas Serena.

Mereka saat ini berada di dalam mobil perjalan untuk pulang. Pergi ke acara reuni adalah hal melelahkan untuk Serena, terlebih ia ditugaskan menjadi kekasih Alvaska. Ia harus menanggung banyak tatapan kebencian dari beberapa orang yang seolah mengatakan kalau ia tak pantas untuk mendampingin Alvaska. Padahal kalau dipikir Serena juga ogah mendampingi iblis. Lebih baik di rumah tidur.

"Siapa namanya?"

"Nama apa?" tanya Serena bingung dengan pertanyaan Alvaska.

"Kucing yang saya berikan waktu itu."

Serena tiba-tiba teringat seekor kucing yang diberikan oleh Alvaska. Ia belum sempat memberikan nama pada kucing lucu itu. Ia masih mencari nama yang tepat. Ia juga tidak mau terburu-buru. Serena kalau mengingat kucing itu jadi tersenyum sendiri.

"Belum saya kasih nama tuan."

"Saya kasih waktu tiga hari, kamu harus sudah memberikan dia nama atau kucing itu akan saya patahkan kakinya."

Tubuh Serena jadi merindig mendengar perkataan Alvaska. Astaga sekejam itukah Alvaska, hingga mau mematahkan kaki kucing itu hanya karena belum ia beri nama.

Hell

Kucing itu tak punya salah apapu, kenapa harus bertanggung jawab atas apa yang tidak ia perbuat? Memikirkan hal itu membuat Serena kesal. Ingin rasanya ia memukul kepala pria itu.

"Iya, tuan, saya akan pikirkan nama yang bagus."

"Terserah kamu mau bagus atau tidak saya tidak peduli."

Menyebalkan sekali mendengar itu! padahal pria itu yang ngebet harus diberi nama kucingnya, sampai mau mematahkan kaki kucing itu, tapi giliran direspon malah bilang tidak peduli.

"Iya, tuan." Tak ingin berdebat Serena hanya bisa menjawab seadanya.

"Wanita yang tadi di reuni, itu tunangan tuan?" tanya Serena, sedikit penasaran.

"Untuk apa tanya, kamu cemburu?"

Ternyata pria ini selain kejam juga over percaya diri, padahal ia hanya ingin tahu. Kalau misal benar Marsha itu tunangan tuannya, ia tidak mau disebut pelakor. Nanti namanya akan semakin jelek. Ia tidak mau hal itu terjadi. Cukup ia diberitakan sebagai simpanan om-om di sekolah jangan sampai bertambah lagi.

"Tidak tuan, saya tidak cemburu, hanya saja saya merasa bersalah, jika dia memang tunangan anda. Saya tidak ingin dibilang pelakor atau sejenisnya."

"Wanita tadi yang ingin menyiram kamu bukan siapa-siapa, dia hanya orang asing yang mencoba untuk masuk ke dalam kehidupan saya."

Serena terdiam mendengar itu, ia mengerti kalau tuannya itu tidak ingin disakut pautkan oleh Marsha. Sepertinya tuannya itu memang ingin menjauh dari gadis itu, bahkan sampai menggunakan dirinya sebagai alat. Serena sadar kalau sekarang ia hanya dijadikan alat oleh pria itu.

Sekarang ia mengenakan pakaian biasa, gaunnya sudah ia taruh di dalam paperbag. Tidak mungkin juga pulang dengan riasan seperti tadi. ia tidak mau ibunya tahu mengenai hal ini. Ia takut kalau rahasiannya akan terbongkar kalau ia pernah ke club malam dan berakhir di ranjang bersama pria iblis ini.

"Jangan cari tahu soal Marsha, atau kamu mau berakhir mendesah di dalam mobil ini," ancam Alvaska.

Pipi Serena memerah mendengar itu. Ia membayangkann bagaimana kalau mereka bercinta di dalam mobil itu. Tubuh Serena langsung merinding, ia seperti tersentrum aliran Listrik.

Benar-benar imajinasi yang gila! Serena bisa gila. Ia tidak mau jika hal itu terjadi.

"Kenapa melamun? Kamu sedang membayangkan di sentuh saya di sini?" Alvaska menyeringai, ia tak menyangka kalau pikiran Serena liar juga.

Serena menggelengkan kepala menyangkal apa yang Alvaska katakan. Ia tidak membayangkan hal itu, ia masih waras untuk tidak melakukan hal bodoh itu di sini.

"Tidak, saya tidak membayangkan hal itu."

"Kamu pikir saya bodoh, wajah kamu mudah sekali dibaca, bahkan wajah kamu sampai memerah."

"Kamu sepertinya ingin mencoba di sini. Bagaimana jika kita lakukan?" Alvaska mengatakan itu sambil menepuk pahanya, memberikan isyarat pada Serena untuk duduk di atas pangkuannya. Hal itu membuat Serena semakin merona. Mereka bercinta di dalam mobil? Membayangkan dirinya dicium oleh Alvaska membuat sesuatu di bawah sana bergejolak. Ia menggelengkan kepala, jangan sampai ia ikut mesum. Ia tidak boleh membiarkan pria itu menyentuhnya seenaknya, meski ia tahu ia tidak bisa menolak.

Serena merutuki reaksi tubuhnya, yang mudah sekali dibaca orang. Bagaimana tubuhnya bisa berpikiran sekotor itu. Ingat pria di hadapannya ini adalah iblis, jangan sampai ia tergoda. Atau ia akan terus terjebak dalam lingkaran setan itu, ia hanya akan dijadikan pelampiasan.

"Tuan saya lelah." Serena mengalihkan perhatian, ia merubah ekspresinya menjadi sendu, hal itu membuat hati Alvaska sedikit tergerak. Pria itu berpikir mungkin ia terlalu keras pada Serena hingga membuat gadis itu kelelahan, terlalu banyak tugas yang ia berikan pada gadis itu.

"Sebentar lagi kita sampai, kamu boleh langsung istirahat."

"Terima kasih, tuan." Serena bernapas lega, karena tak ada hal yang harus ia kerjakan lagi begitu sampai di rumah. Ia ingin segera tidur untuk beristirahat. Jujur hari ini adalah hari yang melelahkan.

***

Alvin merasa Serena berubah akhir-akhir ini. Serena biasanya mau ia ajak pergi ketika hari libur, tapi sekarang Serena sama sekali tak punya waktu untuknya. Apa Serena sudah tahu kalau ia menyukai gadis itu? sehingga gadis itu menghindar? Atau Serena sudah memiliki pria lain.

Meski ia tahu kalau Serena digosipkan sebagai simpanan om-om, ia tak percaya. Mila terus mencercanya bahwa Serena tak sebaik itu. Namun ia mengabaikan itu, ia lebih tahu kehidupan Serena yang begitu susah dibandingkan Mila yang sudah punya segalanya dari lahir.

Alvin memutuskan mengirimkan Serena pesan.

Alvin

Lagi apa?

Serena

Baru pulang habis belanja keperluan rumah, disuruh majikan

Alvin

Sibuk, ya kamu?

Serena

Ini baru mau istirahat, oh iya aku punya kucing

Kamu mau lihat?

Alvin

Tentu, coba lihat

Siapa nama kucing itu?

Serena

Serena send a picture

Belum ada nama masih mencari

Alvin

Mau aku bantu cari

Serena

Boleehhh, kamu baik bangetttt

Percakapan sederhana antara dua orang itu ternyata di baca oleh Alvaska melalui web whatsapp yang terpasang di laptop. Rahang Alvaska mengerang membaca itu. Ia tak menyangka kalau Serena semurah itu, lihat saja ia akan mematahkan kaki kucing itu jika Serena benar-benar memberikan nama yang sama dengan nama yang diberikan oleh Alvin. Ia tidak main-main dengan ucapannya. Ia bisa tega dan kejam dengan hal apapun itu yang membuatnya marah.

'Kamu yang memulai membuat saya marah, Serena!!'


***

Gimana cerita ini?

Lanjut or no?

Spam 1 buat lanjutt

100 komen baru lanjut yaaa

follow instagram aku wgulla_

gulla

istri sahnya jaehyun

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top