12 - Promise? (17++)

Gimana kabar kalian?

Suka nggak sama cerita ini?

Kalau bagus bisa tag di instagram aku @wgulla_

Love dulu buat part ini

****

SBD – 12

Serena membuka matanya, ia terkejut tak kala mendapati dirinya tidak menggunakan apa-apa. Ia langsung menatap ke sekeliling, ia berada di sebuah kamar entah di mana itu. namun yang membuatnya tambah terkejut ketika ia mendapati sosok seorang pria di hadapannya. Apa yang terjadi? Kenapa dirinya bisa berada di kamar tanpa mengenakan pakaian?

"Sudah bangun?" ujar pria itu, lalu berbalik menatap ke arah Serena.

"Tuan."

Siapa sangka orang yang berada di dalam satu kamar dengannya adalah bosnya sendiri. Bagaimana bisa? Apa saja yang telah mereka lakukan? Jangan bilang kalau mereka melakukan hal itu? Jantung Serena berdebar memikirkan itu. tidak mungkin, kan kalau mereka bercinta? Namun ia merasakan sedikit sakit di sekitar kewanitaannya.

"Apa yang sebenarnya terjadi, kenapa saya bisa ada di sini Tuan? Dan tuan juga kenapa ada di sini?" tanya Serena dengan bingung, kepalanya masih pusing efek mabuk.

"Kamu lupa apa yang terjadi semalam?"

Lalu Serena mengingat-ingat apa yang terjadi semalam. Ia pergi bersama Mila dan lainnya ke sebuah diskotik. Lalu ia minum alkohol bersama mereka, awalnya ia menolak tapi akhirnya ia ikut meski sedikit. Tapi ternyata tubuhnya tidak tahan dengan alkohol, ia malah mabuk. Ia ingat menari dengan liar lalu lupa apa saja yang terjadi. Lantas ke mana perginya Mila dan yang lainnya. Kenapa ia berakhir seperti ini? Jangan bilang kalau ia dan tuannya itu melakukan hal seperti itu?

"Apa yang kita lakukan semalam tuan?"

"Tentu saja bersenang-senang."

Mata Serena membulat, ia tahu apa yang dimaksud oleh Alvaska. Ia langsung merapatkan selimutnya. Seakan melindungi dirinya.

"Tuan pasti bohong."

"Bohong untuk apa? Kamu lupa semalamm kamu menari seperti wanita malam lalu datang menggoda banyak pria lalu datang ke arah saya yang kebetulan ada di klub malam. Jadi ini hobi kamu? Bagaimana jika ibumu tahu apa yang kamu lakukan semalam pada saya."

Serena panik, ia terdiam mendengar itu. jangan sampai ibunya tahu perkara ini. Lagi pula semalam ia tidak sadar, semua di bawah pengaruh alkohol.

"Jangan laporkan ke ibu saya, tuan." Serena juga baru ingat kalau ia belum memberi kabar ibunya. Ponselnya hilang, jadi ketika ia pergi dengan Mila dan lainnya tidak ikut pamit.

"Nakal sekali kamu ternyata, saya kira kamu wanita polos."

"Saya cuma diajak teman saya tuan, mereka yang nyuruh saya ikut. Saya juga kaget waktu tahu mereka meninggalkan saya tadi malam." Serena menyesal telah mengiyakan ajakan Mila untuk ikut datang seharusnya ia langsung pulang saja. ia hanya tidak enak, karena telah dibelikan pakaian yang mahal.

"Teman yang kamu bilang itu sepertinya hanya mau mengerjai kamu."

"Maksud tuan?" Serena menatap Alvaska tidak mengerti.

"Dia bikin kamu mabuk terus ninggalin kamu sama cowok-cowok bukan hanya itu mereka juga memfoto kamu." Hal itu membuat Serena terkejut, ia tak menyangka ternyata Mila sekejam itu. Pantas saja Mila tiba-tiba ramah dan mau menjadi temannya.

"Sepertinya mereka berniat menyebarkan foto kamu dan cowok di club." Mendengar itu tubuh Serena bergetar, ia merinding ketakutan. Bagaimana jika nanti ia dipandang buruk di sekolah dianggap wanita penghibur dan sebagainya.

"Enggak mereka mana mungkin seperti itu? mungkin mereka nggak ninggalin aku, tapi mereka lupa kalau aku masih ada di club." Serena berusaha untuk mengelak.

"Kamu tidak percaya dengan perkataan saya? Saya ada buktinya, teman saya yang punya club tersebut, dan di cctv memperlihatkan semua itu.

Jadi benar apa yang diucapkan oleh Alvaska. Kenapa Mila tega sekali padanya? Ia salah apa? Padahal ia tak pernah membuat masalah dengan Mila. Ingin rasanya Serena menangis tapi ia tahan. Hari ini sial sekali.

"Tuan?"

"Iya."

"Kita tidak melakukan itu, kan tadi malam?" tanya Serena sekali lagi untuk memastikan.

"Coba liat saja seprei di ranjang."

Serena reflek melihat ke arah seprei yang ia tiduri. Terlihat ada noda darah di sana. Hal itu membuat Serena membuka mulutnya terkejut. Ia menangis, ternyata ia tidur bersama Alvaska semalam. Ia kehilangan keperawanannya. Andai ia mendengar apa yang dikatakan oleh Alvin waktu itu untuk tidak ikut bersama Mila, pasti tidak akan terjadi kejadian seperti ini. Serena tidak bisa berkata-kata lagi.

Alvaska tertawa ia senang sekali bisa membuat Serena menangis. Ketika gadis itu menderita, itu adalah hal yang paling ia harapkan.

"Kenapa tuan tertawa?"

"Saya hanya senang saja melihat kamu menangis." Memang tuannya satu ini berhati iblis pantas saja pria itu suka membuatnya menangis ternyata hal itu membuat Alvaska senang ia baru sadar sekarang

"Sial sekali nasib kamu kucing kecil, sudah dikhianati teman kamu lalu keperawanan kamu hilang."

Perkataan Alvaska membuat Serena kesal. Pria itu mengatakan itu tanpa beban, seolah-olah apa yang ia lakukan bukanlah hal yang kejam. Padahal pria itu merebut keperawanannya. Memang tuannya satu ini berhati iblis. Ia sedang kesulitan malah ditertawakan.

"Kamu nggak berangkat sekolah?"

Deg!

Serena kemudian menengok ke arah jam dinding tertlihat angka yang menunjukkan pukul 9 pagi. Ia sudah telat. Bagaimana ini? Mati sudah. Apa yang harus ia lakukan sekarang?

"Bagaiman pasti teman kamu yang bernama Mila, Lexi dan Ashila itu pasti menyebarkan foto kamu di club."

"Saya bisa membantu kamu menghentikan itu,"

"Saya kurang yakin tuan bisa membantu saya."

"Kamu lupa kalau sekolah yang kamu tepati itu milik saya." Serenna ingat, apa yang Alvaska katakan ada benarnya.

"Tapi semua itu tidak gratis, ada syaratnya." Serena dilemma. Kenapa ia harus terjebak disituasi seperti ini? Tapi kalau foto dan videonya di sebar oleh Mila, maka ia pasti akan dipandang jelek terutama para guru dan Alvin juga, ia akan semakin tak punya teman.

"Apa tuan?"

"Cukup satu syarat saja. Kamu harus mau menuruti semua perkataan saya." Itu mah bukan satu syarat, tapi satu kata banyak maunya.

"Menuruti perkataan tuan?"

"Iya."

"Kalau kamu tidak mau ya sudah saya tidak akan membantu kamu."

"Saya mau tuan."

Mendengar itu Alvaska senang. Ia tersenyum kemenangan karena berhasil membuat Serena terjebak di dalam perangkapnya. Kalau begini akan semakin mudah membuat Serena menderita.

"Bagus, kalau begitu pertama-tama kita lakukan ini."

"Lakukan apa?" entah kapan Alvaska mendekat, tiba-tiba pria itu datang dan duduk di sebelah ranjang yang Serena tiduri. Lalu dagu Serena di tarik, tanpa aba-aba bibir Alvaska melumat bibir ranum milik Serena. Alvaska berada di atas tubuh Serena. Tak hanya bibir, ia juga mencium leher Serena memberikan tanda kemerahan di sana. Alvaska menyentuh Serena dengan penuh gairah, akhirnya Serena menjadi miliknya seutuhnya.

Serena rasa ia salah, tapi ia tak punya pilihan lagi. Meski ia harus terjebak di neraka bersama iblis bernama Alvaska.





***

Gimana cerita ini?

Lanjut or no?

Spam 1 buat lanjutt

100 komen baru lanjut yaaa

follow instagram aku wgulla_

gulla

istri sahnya jaehyun



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top