Part 6
Happy reading
*
*
*
Seberapa banyak air matamu jatuh, sebanyak itu pula kebahagiaan akan menyelimutimu. Hidup itu adil bagi mereka yang bersyukur dan selalu berpikir positif.
***
So Eun duduk di depan meja rias menyisir rambut lurusnya dengan pelan, entah mengapa hari ini hatinya terasa bahagia. Lipstik merah muda untuk pertama kalinya menyentuh bibir gadis itu, polesan bedak tipis terlihat di wajah mulusnya. So Eun tersenyum melihat pantulan dirinya di cermin.
Meski sudah berusia 29 tahun tapi sekarang gadis itu terlihat seperti anak belasan tahun.
"Kau terlihat sangat manis jika berdandan," ucap Kim Bum yang duduk di atas ranjang So Eun, pakaian pria itu terlihat rapi, kali ini Kim Bum mengenakan pakaian putih-putih berbeda dari hari biasanya yang menggunakan pakaian serba hitam.
So Eun memalingkan wajahnya, enggan menatap Kim Bum terlalu lama. Gadis itu malu berdandan sendiri , terasa seperti ada sesuatu yang aneh di wajahnya, tapi So Eun berusaha untuk mengabaikan perasaan tak nyaman itu. Jika dipikir lagi bagaimana para artis bisa betah berlama-lama dengan make-up, bagi So Eun berdandan hanya membuatnya terlihat seperti badut berhidung merah.
Apa aku terlihat seperti badut? pikir So Eun malu. Wanita itu cantik meski tanpa polesan bedak, tapi rasa malunya membuat So Eun tidak percaya diri. Meski So Eun pernah didandani ketika jamuan makan malam, tetap saja gadis itu merasa kurang nyaman berdandan sendiri. Sepertinya So Eun harus belajar bersolek agar terbiasa.
"Jangan bilang kau akan menggoda bosmu?" tuduh Kim Bum dengan mata menyipit. Pria itu mendekat dan berdiri di samping So Eun. Gadis itu mendelik, selalu saja malaikat itu membahas tentang bosnya.
"Bukan urusanmu," kata So Eun ketus kemudian beranjak dari duduknya. Kim Bum mencekal tangan So Eun membuat gadis itu berbalik dan menatapnya.
Kim Bum berdiri sejajar dengan gadis itu, dirogohnya saku kemeja yang dikenakannya dan mengambil sesuatu. Kim Bum tersenyum memperlihatakan jepit rambut berwarna merah pada So Eun kemudian memakaikan pada rambut gadis itu.
So Eun meraba jepit rambut yang dipasangkan oleh Kim Bum. Ditatapnya manik hitam Kim Bum dengan penuh tanya.
"Anggap saja itu hadiah dariku karena kau mau membantu misiku kali ini," ujar Kim Bum seraya mengusap pelan kepala So Eun. Gadis itu tertegun pada sikap Kim Bum, belum pernah ada orang yang mengusap kepalanya dengan lembut.
Hanya ibunya orang yang pernah melakukan hal itu pada So Eun, tapi itu saat ia masih kecil sebelum ibunya pergi meninggalkan dirinya.
So Eun menunduk dan berbalik keluar dari kamarnya. Seulas senyum tipis terlihat dari bibir Kim Bum saat melihat So Eun menghilang dari balik pintu.
"Sepertinya aku harus mengatakan sejujurnya, ini semakin parah," gumam Kim Bum sambil meremas dada. Pria itu menghilang dalam sekejap tepat ketika So Eun membuka pintu kamarnya. So Eun menghela napasnya berat ketika melihat ruangannya kosong.
"Dia sudah pergi," gumamnya tak bersemangat.
So Eun menutup kembali pintu kamarnya dan pergi ke tempat kerja.
***
Kim Bum mondar-mandiri di sebuah ruangan bernuansa serba merah, untuk pertama kalinya pria itu mau menginjakkan kakinya ke ruangan itu. Sudah lama Kim Bun menghindarinya tapi kali ini pria itu harus berhadapan dengan orang yang tidak disukai.
Seorang wanita cantik dengan gaun putih panjang sampai menyapu lantai datang menghampirinya. Wajah cantik mulus dengan lipstik tebal berwarna merah membuatnya terlihat sangat seksi. Kim Bum menyadari kehadiran wanita itu kemudian berbalik dan menghampirinya.
"Kau mengatakan jika aku tidak akan merasakan apa yang manusia rasakan, tapi kenapa hal itu tidak berlaku pada So Eun? Aku merasakan hal yang aneh," ujar Kim Bum marah. Menatap tajam wanita di depannya.
Dewi Samshin yang berdiri di hadapannya tersenyum dan mengalungkan tangannya pada leher Kim Bum.
"Kau tau, Samshin itu bukan hanya satu dewi, kami bertiga dengan sifat yang berbeda tapi dengan tujuan yang sama," ujar Dewi Samshin kemudian menangkup kedua sisi wajah Kim Bum.
"Kau seorang Chilsong, aku tau itu. Meski para Dewa membantahnya. Kau harus tanyakan masalah perasaanmu pada Dewa Asmara."
Kim Bum melepaskan tangan Dewi Samshin dari wajahnya, pria itu menjauh dengan tatapan tak bersahabat.
"Aku bahkan tidak tau apa tujuanku saat ini, semua ingatanku terhapus begitu cepat. Aku hanya mengingat semua tentang gadis itu, bahkan aku bisa merasakan perasaannya. Ini bertentangan dengan hukum langit," ucap Kim Bum.
Dewi Samshin tertawa kemudian duduk di sebuah kursi besar berwarna merah layaknya seorang ratu. Kakinya menyilang yang menegaskan kekuasaannya.
"Semua sudah diatur dengan baik, Kim Bum. Hanya saja para Dewa dan Dewi tidak memiliki hak untuk tau rencana masing-masing. Kau harus mencari tau sendiri. Tanyakan pada Dewa Asmara tentang perasaanmu itu, mungkin itu sedikit sulit mengingat kau adalah utusan Dewi Samshin," ucap Sang Dewi dengan senyum menggoda.
Kim Bum menghela napasnya kemudian pergi tanpa sepatah kata.
***
Tidak ada yang berubah dengan rutinitas So Eun, semua berjalan seperti biasa. Bekerja menjadi Badut dan menghibur para pengunjung toko. Tidak jarang jika ia harus berjoget untuk menarik hati para pelanggannya bersama dengan Onew. So Eun akui jika sahabatnya ini sangat pintar dalam menari, jika Onew dalam keadaan baik ia akan semangat menari dengan kocak yang mengundang gelak tawa para pengunjung.
Seperti saat ini Onew menari seperti ayam, mengepakkan kedua tangannya layaknya sayap dengan kaki kiri naik tertekuk. Tidak berlangsung lama pria itu mengubah gerakannya lagi, menari mengikuti musik yang memutar lagu legendaris Michael Jackson--Beat it. Dengan lincah Onew meliukkan tubuhnya, tidak merasa terganggu dengan kostum yang dikenakannya.
Suara tepuk tangan menghentikan tarian Onew tepat ketika musik juga usai. Andai pria itu tetap mengejar mimpinya sebagai seorang penyanyi mungkin ia akan sukses bernaung pada salah satu agensi terkenal di Korea. Namun sayang Onew lebih memilih melepas impiannya dan bekerja sebagai badut di mall bersamanya.
So Eun menghidupkan kipas angin pada volume tertinggi, saat ini mereka berada di ruang ganti untuk beristirahat. So Eun mengelap wajah Onew yang bercucuran keringat, mereka masih menggunakan pakaian badutnya hanya saja kepala badut itu ditanggalkan.
"Kau pasti lelah menari seharian," ujar So Eun mengelap keringat di dahi Onew.
"Meski pun lelah aku tetap bahagia. Melihat mereka senang dengan tarianku itu sudah cukup membuatku bahagia," ujarnya dengan senyum lebar.
"Berhentilah berkorban untuk orang lain, kau juga harus memperhatikan dirimu, Onew. Kau terlalu baik," ucap So Eun duduk di samping Onew.
"Apa kebaikanku sudah cukup membuatmu jatuh cinta?" ucap Onew dengan wajah berseri.
"MWO?" So Eun memukul keras bahu Onew. Tidak cuma sekali pria itu merayunya, setiap So Eun membahas tentang keluarga angkat, Onew akan merayunya habis-habisan sampai So Eun melupakan tujuannya.
"Hahaha lihatlah wajahmu sudah merona," ujarnya santai.
Suara ketukan pintu mengalihakan parhatian mereka. Seorang wanita cantik dan seksi dengan rok mininya muncul dari balik pintu. Go Ara. Itulah nama yang tertera pada nametag-nya.
"Kau Kim So Eun?" tanya Ara ketus.
"Nde," jawab So Eun ragu.
"Ikut denganku, Tuan Kim ingin bertemu dengamu," ucapnya kemudian pergi.
So Eun bergegas mengenakan kepala badutnya dan segera menyusul wanita itu.
"Pelan-pelan So Eun, ingat jangan selingkuh di belakangku," ucap Onew asal. So Eun menoleh ke belakang dan mengacungkan jempolnya. So Eun terlalu asik memandang ke belakang sampai ia tidak sadar menabrak pintu kayu di depannya. Hampir saja ia terjatuh jika Kim Bum tidak segera menangkapnya. Beruntung So Eun tidak mencium lantai untuk yang kedua kalinya.
"Hati-hati, chagiya," ucap Onew menahan tawa.
Kim Bum mengeram kesal mendengar Onew memanggil So Eun mesra. Merasa aura kemarahan Kim Bum membuat So Eun menyeret pria itu ikut dengannya. Sepanjang perjalanan Kim Bum tidak berhenti mengomel padanya. So Eun hanya diam dan mengabaikan semua kata-kata pria itu.
So Eun mengikuti langkah wanita di depannya masuk ke sebuah ruangan besar yang tidak asing lagi untuknya. Berbagai macam lukisan mahal berjejer rapi pada dinding bercat putih. Sekali lagi So Eun terkagum melihat ruangan itu.
"Presdir, Kim So Eun sudah datang," ucap Ara dengan lembut dan disertai senyum lebar, berbeda sekali saat wanita itu bicara pada So Eun dengan nada ketus. Kedudukan bisa merubah sikap seseorang, pikir So Eun.
Kim Joon mengalihkan perhatiannya dari laptop, pria itu tersenyum melihat sekertaris dan seorang badut maskot--So Eun--- di depannya.
"Kau bisa kembali bekerja, Ara,"perintah Kim Joon yang diangguki oleh Go Ara.
So Eun berbalik mengikuti Ara yang berjalan ke arah pintu.
"Kau mau ke mana So Eun?" tanya Kim Joon, tahu jika So Eun ingin keluar dari ruangannya. Gadis itu menggeleng, berbalik menghadap Kim Joon, dengan kepala menunduk dan tangan saling menggenggam. Tingkahnya seperti anak kecil yang akan menerima hukuman.
"Buka saja kepala badut itu, jangan sampai kau kehabisan napas," ucap Kim Joon yang dibalas gelengan dari So Eun.
"Baiklah jika kau tidak mau. Aku ingin mengundangmu makan malam sebagai ucapan terima kasih karena kau mau menemaniku saat jamuan makan malam," ujarnya sopan.
Kim Bum berdiri di samping Kim Joon, menatap So Eun dengan tajam.
"Kau sudah berjanji akan menemaniku dalam misi, aku harap kau tidak melupakannya," ucap Kim Bum mengingatkan So Eun.
"Jika kau bersedia aku akan menjemputmu nanti malam," kata Kim Joon lagi.
"Kita akan mencari roh itu sampai malam, jadi aku sarankan kau menolak ajakan pria ini," ucap Kim Bum membuat So Eun bingung.
"Bagai mana, So Eun?" tanya Kim Joon meminta persetujuan.
"Kau pilih aku atau dia?" ucap Kim Bum kesal.
So Eun menggaruk kepala badutnya, ingin rasanya ia menghilang dari hadapan kedua pria itu.
"Kim So Eun," ucap Kim Joon tidak sabaran.
So Eun membuka kepala badutnya.
"Mianhae, saya ada janji malam ini. Mungkin lain kali saja," tolak So Eun dengan halus. Kim Bum bersorak gembira ketika gadis itu lebih memilih dirinya dari pada Kim Joon.
"Aku merasa kecewa, tapi lain kali kau tidak boleh menolak tawaranku."
So Eun tersenyum dan mengangguk, dipakainya kembali kepala badut itu dan pergi setelah membungkukkan badanya pada Kim Joon.
***
"Kau yakin dia orangnya?" ucap So Eun ketika melihat seorang wanita cantik keluar dari sebuah rumah mewah.
"Aku tidak yakin tapi Dewi Samshin menyukai kemewahan. Tidak salahnya jika kau mendekatinya," kata Kim Bum mengekuarkan sebuah benda bulat dari sakunya. Sekilas benda itu terlihat seperti stopwatch, ada sebuah tombol berwarna merah di tengahnya.
"Benda apa itu?" tanya So Eun penasaran.
"Benda ini akan membantu kita. Kau dekati saja wanita itu, biar aku yang melihatnya dari sini."
So Eun mengangguk kemudian menghampiri wanita itu. Gadis itu menggaruk keningnya bingung apa yang harus itu katakan.
"Nona, maaf aku mengganggu. Aku ingin bertanya apa benar ini jalan menuju rodeo street?" ucap So Eun ramah.
Wanita itu memandang penampilan So Eun dari atas sampai bawah sebelum tersenyum miring.
"Kau bisa mencarinya di map," kata wanita itu dengan sinis kemudian pergi meninggalkan So Eun.
So Eun menghentakkan kakinya kesal melihat kelakuan wanita cantik itu. Kekesalannya bertambah saat Kim Bum mengekori wanita itu di belakangnya.
"Dasar pria tidak bisa melihat wanita cantik sedikit saja. Aish dasar kalian berdua sama saja!" So Eun melipat tangannya di depan dada, wajahnya cemberut dengan alis tertekuk.
"Kau cemburu, eoh?" Kim Bum mengalungkan tangannya di bahu So Eun dari belakang. Gadis itu melepaskan tangan Kim Bum yang merangkulnya.
"Aku hanya memastikan jika dia bukan orang yang kita cari," kata Kim Bum, mencondongkan sedikit tubuhnya untuk melihat raut wajah So Eun.
"Jadi bagaimana?" kata So Eun tanpa memandang Kim Bum.
"Bukan dia orangnya."
"Apa tidak ada tanda-tanda lain lagi? Maksudku selain kehidupan mewah. Terlalu banyak orang di Seoul yang memiliki kehidupan yang glamor, tidak mungkin kita mendatangi mereka satu-satu," kesal So Eun.
"Kau benar, terpaksa kita akan melakukan perjalanan waktu, kembali pada masa perdukunan."
"Ke mana?" tanya So Eun dengan mata terbelalak penasaran.
"Goryeo," ucap Kim Bum membuat So Eun menutup mulutnya dengan kedua tangan.
TBC
MAAF TELAT UPDATE
30/8/2019
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top