part 5
Happy Reading
***
Deburan ombak menemani So Eun dalam diamnya, menghirup aroma laut yang terbawa angin. Terik matahari tak diindahkan, pandangan gadis itu menerawang jauh pada luasnya lautan biru.
Kim Bum memerhatikan So Eun dengan bosan, setelah menabur abu neneknya gadis itu duduk di atas pasir dekat bibir pantai. Pakaian basah tidak dipedulikan, So Eun tak bergeming sedikit pun dari posisisnya.
"Yak ... Kim So Eun, kau tidak bermaksud bunuh diri, 'kan?" tanya Kim Bum duduk di sebelah gadis itu.
Kim Bum memang tidak bisa merasakan bagaimana perasaan gadis itu karena dia bukan manusia yang bisa merasakan berbagai rasa. Tapi melihat So Eun bersedih membuat Kim Bum sesikit kasihan.
"Apa dewa langit akan marah jika aku bunuh diri?" So Eun tidak menatap Kim Bum, pikirannya melayang jauh, kali ini gadis itu menatap biru langit yang cerah, bahkan awan pun tak terlihat.
"Tidak. Kalau kau mau bunuh diri tidak akan masalah, tetapi dikehidupan yang akan datang kau akan menderita," ujar Kim Bum. "Aku sarankan jangan bunuh diri di laut, lebih baik di sana atau di sana."
Kim Bum menunjuk batu besar dan tebing dengan antusias. So Eun berdecih, bicara dengan makhluk tak kasat mata seperti Kim Bum tidak akan menyelesaikan masalah.
"Aku tidak jadi bunuh diri, kau saja," kata So Eun jengkel, berdiri dan pergi meninggalkan Kim Bum yang terdiam di tempatnya. So Eun menyusuri bibir pantai, menenteng sandal putihnya sehingga membuat kakinya kotor oleh pasir putih.
"Tidak ada ruginya jika kau mati, setidaknya aku mempunyai teman untuk misiku kali ini," ujar Kim Bum mensejajarkan langkahnya dengan So Eun.
So Eun mengabaikannya, tidak habis pikir jika ada malaikat seperti Kim Bum yang menjengkelkan. Bolehkah ia meminta kekuatan Dewa untuk memusnahkan malaikat yang satu ini.
"Aaww ...," ringis So Eun ketika sebuah bola mengenai kepalanya. Benda bulat dengan gadis putih melingkar itu jatuh tepat di kaki So Eun.
"Maaf Nona apa kau baik-baik saja?"
So Eun berbalik, menghadap seorang pria tampan yang baru kemarin dikenalnya.
"Kim Joon Oppa," gumamnya tak percaya.
"Kim So Eun, aku tidak menyangka bisa bertemu denganmu di sini. Apa kau sering ke pantai jika liburan?" tanya Kim Joon, diambilnya benda bulat dekat kaki So Eun.
"Aku tidak sengaja datang ke sini, hanya ada sedikit urusan," jawab So Eun.
"Oh jadi seperti itu. Kebetulan sekali kita bertemu, aku butuh bantuanmu. Maukah kau menemaniku menghadiri jamuan makan malam hari ini?" kata Kim Joon.
"Jangan mau! Kau hanya dimanfaatkan saja," ujar Kim Bum yang berdiri di samping So Eun.
"Itu pun jika kau tidak keberatan," lanjut Kim Joon.
"Baiklah saya bersedia, tapi ...." So Eun memandang pakaian yang dikenakannya. Pakaiannya lusuh, kotor dan basah.
"Kau tenang saja, kita bisa singgah sebentar di villa ku."
So Eun terbelalak, terbesit hal-hal buruk di kepalanya. Seorang bos besar kaya raya seperti Kim Joon tiba-tiba mengundangnya yang merupakan seorang karyawan rendahan ke villa pira itu? Apa So Eun tidak salah dengar?
"Sudah aku katakan jangan diterima, dia banyak maunya," ucap Kim Bum tidak suka, mencoba menghasut So Eun agar menolak permintaan Kim Joon.
"Tenang saja ada beberapa pelayan yang akan membantumu. Itu pun kika kau tidak keberatan, aku tidak akan memaksa."
So Eun tersenyum lebar kemudian mengangguk, mengabaikan Kim Bum yang protes akan keputusannya. Setidaknya So Eun masih berpikir tentang pekerjaannya, tidak baik rasanya menolak permintaan Big Boss, anggap saja itu perintah atasan.
"Kau tunggu di sini sebentar."
Kim Joon berlari ke sekelompok anak-anak kecil, memberikan bola yang dibawanya dan kemudian menghampiri So Eun.
"Kajja, kita harus siap-siap."
Kim Joon menarik tangan So Eun untuk mengikutinya, meski So Eun sedikit risih dengan genggaman tangan Kim Joon. Tidak jauh dari pantai ada sebuah villa mewah berlantai tiga. Villa mewah milik keluarga Kim dengan fasilitas layaknya hotel berbintang.
So Eun menatap takjub villa yang berada di depannya. Bangunan tinggi bercat putih dengan kebun bunga yang cukup luas membuat villa itu nampak seperti istana.
So Eun tidak pernah bermimpi untuk bisa memasuki bangunan mewah ini. Berada di lingkungan berkecukupan membuatnya hampir mustahil merasakan kemewahan.
"Apa-apaan ekspresi wajahmu itu. Ini tidak ada apa-apanya dari kemewahan istana langit," ujar Kim Bum sombong. Berdiri di depan So Eun dengan wajah tertekuk.
So Eun memutar bola matanya kesal, entah apa yang membuat Kim Bum tidak menyukai Kim Joon, malaikat itu tidak pernah bersikap baik pada atasannya, beruntunglah Kim Joon tidak bisa melihat keberadaan Kim Bumsehingga gadis itu terbebas dari perdebatan dua lelaki tampan.
"Kau bisa bersiap di kamar itu," kata Kim Joon menunjuk sebuah kamar di lantai bawah dekat tangga. " Aku akan membelikanmu pakaian dulu."
So Eun mengangguk. Seorang pelayan mengantarnya ke kamar, menyiapkan segala kebutuhan mandi gadia itu.
"Semuanya sudah siap, Nona. Silakan," ujarnya sebelum pergi.
So Eun melangkahkan kakinya ke kamar mandi, tidak henti gadis itu dibuat takjub. Luas kamar mandi itu setengah kali lebih besar dari rumah atapnya. Begitu luas dan nyaman. So Eun berjalan ke bathup, air dengan taburan bunga dan wewangian menyapa hidungnya.
Sungguh ia merasa seperti cinderella, ini sungguh mewah untuknya. Tak hentinya kedua sudut bibir So Eun tertarik, ini seperti mimpi. Dalam sehari dirinya merasa hal yang luar biasa. Apakah dia berdosa jika merasa senang saat ini?
"Cih ... apa setiap wanita itu seperti dirimu yang suka dengan kemewahan?"
"Tentu saja, tidak ada wanita yang tidak menyukai kemewahan, mana ada wanita yang mau diajak susah."
"Mwo? Jadi kau mendekati bosmu itu hanya untuk kemewahan?" kata Kim Bum menatap So Eun tajam.
"Aku tidak mendekatinya, dia yang mendekatiku. Cepat pergi, aku mau mandi," usir So Eun.
"Aku pikir kau tipe wanita yang suka berkata 'Aku mencintaimu apa adanya,' tapi sepertinya aku salah," kata Kim Bum tidak mau beranjak dari tempatnya.
"Benar, aku bukan wanita yang seperti itu."
Kim Bum tersenyum lebar menatap So Eun yang mulai kebingungan.
"Setidaknya kau menghargai derajat seorang pria, ketika seorang wanita mengatakan mencintai pasangannya apa adanya itu hanya sebuah bukti jika pria itu payah," ujar Kim Bum menepuk pelan pundak So Eun sebelum menghilang.
"Aneh," gumam So Eun.
Tidak butuh waktu lama untuk gadis itu mandi, ketika ia keluar dari kamarnya sebuah gaun berwarna hitam berada di atas kasurnya lengkap dengan pakaian dalam.
So Eun meraba gaun indah itu, begitu halus dan lembut tidak tega rasanya jika ia mengenakan pakaian mewah itu.
"Mau akau pakaikan gaun itu?"
So Eun terlonjak kaget, Kim Bum sudah berdiri di belakangnya. Pria itu selalu membuatnya jantungan, datang dan pergi secara tiba-tiba.
"Aku bisa sendiri!"
Dengan kesal So Eun masuk ke kamar mandi dengan membawa gaun hitamnya.
"Kau melupakan dalamanmu, So Eun," ujar Kim Bum menahan tawa. Suara pintu kamar mandi terbuka, So Eun menatap Kim Bum kesal. Semburat merah tipis menjalari pipinya, So Eun sungguh malu.
"Pink?" kata Kim Bum dengan membekap mulutnya.
"Dasar mesum!" kata So Eun kesal dengan kaki terhentak di depan pria itu.
Cukup lama gadis itu mengenakan pakaiannya, bukan karena ia tidak bisa menggunakannya tapi gaun itu cukup terbuka di bagian bahunya membuat gadis itu risih.
Tok ... tok ... tok
"Nona apakah Anda sudah selesai?"
Suara seorang pelayan dari luar membuat So Eun mau tidak mau keluar dari kamar mandi, bagaimana pun juga ia harus berdandan. Tidak mungkin dirinya berpenampikan buruk pada jamuan makan malam yang akan dihadirinya dengan bosnya.
"Kau cantik sekali Nona. Tidak pernah tuan muda Kim membawa seseorang ke villa ini, termasuk teman prianya," ujar pelayan itu membuat pipi So Eun bersemu merah.
Kim Bum yang memlihat rona pipi So Eun hanya mengepalkan tangannya. So Eun menatap Kim Bum yang tidur menyamping di atas ranjang dengan tangan menyangga kepalanya. Seketika gadis itu ingat kejadian beberapa saat lalu. Dengan cepat So Eun menyilangkan tangannya di depan dada.
"Ada apa, Nona?" tanya pelayan itu heran.
"Aniya, hanya kedinginan saja," ujar So Eun. Diambilnya selimut tebal di atas ranjang kemudian melilitkan pada tubuh mungilnya.
Pelayan itu mulai mendandani So Eun, menata rambut lurusnya menjadi bergelombang. Kim Bum beranjak dari tempatnya, pria itu duduk di atas meja rias So Eun membuat gadis itu mengumpat kesal.
Senyum Kim Bum merekah, sekali jentikan jari pakaiannya berubah seketika. So Eun takjub dengan penampilan Kim Bum dengan texudo hitam yang serasi dengannya. Gadis itu akui jika Kim Bum memiliki ketampanan di atas rata-rata, senyumnya bisa membuat So Eun terpana jika saja gadis itu tidak ingat bahwa Kim Bum bukan manusia.
Ketukan pintu kamar So Eun mengalihkan pandangannya. Kim Joon memasuki kamarnya dengan pakaian yang sama dengan Kim Bum. Tapi bagaimana bisa?
Pelayan yang mendandani So Eun kemudian pergi meninggalakan dua orang di ruangan itu, Kim Bum tidak termasuk dalam hitungan karena bagi gadis itu Kim Bum tinggal adalah dunia yang berbeda.
"Kau sudah siap?"
So Eun mengangguk dengan senyum lebarnya.
"Dengan selimut itu?" tanya Kim Joon memandang So Eun yang masih terbungkus dengan selimut.
"Oh ... mianhae, tadi aku kedinginan karena AC-nya terlaku dingin," bohong So Eun.
Gadis itu membuka selumutnya dan berjalan menghampiri Kim Joon. Pria itu tersenyum melihat kaki telanjang So Eun.
"Maaf ... aku tidak memiliki sepatu," ujar So Eun dengan menggerakkan jari-jari kakinya.
"Duduklah."
Kim Joon membuka sebuah lemari besar dengan lebar. So Eun hanya bisa takjub berkali-kali lipat melihat deretan heels memenuhi lemari tersebut. Kim Joon memilih salah satu sepatu itu dan memakaikannya pada So Eun.
"Ayo," kata Kim Joon mengulurkan tanganya pada So Eun. Gadis itu menerimanya, mengabaikan Kim Bum yang marah-marah dan melarangnya.
Tidak mau kalah dengan Kim Joon, Kim Bum menggenggam tangan So Eun yang terbebas, digandeng dua pria tampan tidak membuatnya nyaman terlebih Kim Bum seperti ingin merebut dirinya dari Kim Joon.
Jamuan makan malam berjalan dengan lancar meski Kim Bum selalu membuat ulah yang membuat So Eun harus bersabar dan tetap tersenyum meski hatinya kesal karena tindakan Kim Bum yang tidak mau mengalah dengan Kim Joon. Sepertinya So Eun harus mengingatkan Kim Bum jika dirinya bukanlah seorang manusia.
"Gomawo, telah menemaniku hari ini," ujar Kim Joon yang berada di belakang kemudi menatap So Eun yang duduk di belakang. Ya sejak berangkat dari villa hingga dirinya dianatar pulang ke rumah atapnya, So Eun selalu duduk di belakang karena Kim Bum tidak mengizinkannya duduk di samping Kim Joon, dan dirinya bersyukur jika bosnya bisa memaklumi keputusannya untuk duduk di belakang karena Kim Bum menempati jok depan samping kemudi.
"Nde," ujar So Eun singkat.
Kim Joon turun dari mobil kemudian membukakan pintu untuk So Eun.
"Aku pulang dulu, sampai jumpa besok pagi," ucap Kim Joon kembali memasuki mobilnya. Kim Bum masih berada di dalam mobil, entah apa yang direncanakannya So Eun tidak peduli lagi.
So Eun melambaikan tangannya sampai mobil itu menghilang dari pandangN.
"Kau harus menjauhinya, dia sangat berbahaya."
So Eun mengelus dadanya pelan karena tiba-tiba Kim Bum sudah berdiri di sisinya. Tanpa memedulikan peringatan Kim Bum gadis itu menaiki tangga menuju rumahnya.
Kim Bum mengekorinya tak henti pria itu memperingati So Eun agar menjauhi Kim Joon.
"Bisakah kau diam? Apa kau mencintaiku sampai kau harus melarang diriku dekat dengan bosku sendiri?!" bentak So Eun menatap tajam ke arah Kim Bum.
Pria itu mendekat, memegang pundak So Eun. Mereka bertatapan dengan pandangan yang berbeda.
"Aku bukan manusia sepertimu. Aku tidak bisa merasakan cinta dan hal lainnya," kata Kim Bum.
"Apa yang kau inginkan dariku?" So Eun menekuk alisnya marah.
"Bantu aku menemukan roh Samshin, hanya itu," ujar Kim Bum.
"Baik, aku akan membantumu tapi jangan mengganggu urusan pribadiku, termasuk hubunganku dengan bosku," kata So Eun membuat kesepakatan.
"Aku setuju, tapi tidak tentang bosmu. Aku memiliki firasat yang buruk tentangnya," ujar Kim Bum melipat tangannya di depan dada.
"Terserah kau saja!" So Eun berbalik dan masuk ke dalam rumahnya.
"Istirahatlah dengan baik, besok kita akan berpetualang," ujar Kim Bum sebelum So Eun menutup dengan kasar pintu rumahnya.
TBC
😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top