Part 20
Kaki So Eun terasa lemas saat melihat wajah tampan itu mirip dengan Kim Bum. Matanya bergulir melihat nama yang tersemat pada gelang pasien. Nama mereka sama membuat So Eun semakin kaget.
"Apa yang terjadi?" gumamnya.
"Siapa kau?"
So Eun berbalik menatap pria yang tadi ditabraknya. Tatapan tak suka dilayangkan pria itu secara terang-terangan. So Eun tersenyum mencoba bersikap tenang.
"Maaf aku salah kamar," ucap So Eun. Ia bergegas pergi, tapi pria itu mencegatnya.
"Siapa yang memintamu datang ke sini? Apa kau ingin mencelakai kakakku?"
So Eun menatapnya lekat lalu melirik Kim Bum yang berbaring di atas tempat tidur.
"Aku tidak mengenal pria itu, untuk apa aku mencelakainya?"
Perlahan pria itu melepas cengkraman tangannya. Ia meminta maaf lalu membiarkan So Eun pergi.
***
"Kau dari mana saja?"tanya Onew setelah menunggu So Eun cukup lama. Gadis itu menggeleng disertai senyum lebar.
"Aku sakit perut. Ayo bangun, aku sudah menyelesaikan administrasinya dan dokter sudah mengizinkan kamu pulang."
So Eun membantu Onew turun dari tempat tidur. Walau dengan langkah tertatih Onew menolak memakai kursi roda. Ia lebih suka mendapat perhatian lebih dari sahabatnya.
"Aku tidak bisa mengantarmu pulang. Kau pulang sendiri ya,"kata So Eun setelah mendapatkan taksi untuk Onew. Pria itu mengangguk lalu mengusap kepala So Eun pelan.
"Aku pergi dulu, kau jangan pergi ke mana-mana, langsung pulang,"kata Onew sebelum masuk ke taksi.
So Eun melambaikan tangannya sampai taksi itu menjauh. Entah mengapa So Eun merasa dirinya kosong. Ia tidak mengerti apa yang terjadi. Ia berjalan sambil melamun. Terlalu banyak masalah yang ia hadapi, terutama masalah perasaannya yang kini terasa hampa. Langkah gadis itu terhenti saat melihat Habaek berdiri di depan toko.
So Eun menghampirinya. Habaek yang merasakan kehadiran seseorang pun menoleh.
"Aku mau es krim,"ujarnya seraya menunjuk gambar es krim yang sedang diskon terpampang jelas dekat pintu kaca
"Tidak. Untuk apa kau makan es krim?"
Habaek menatap So Eun sendu, seperti anak kecil yang ingin beli mainan.
"Aku akan melakukan apa pun yang kau mau," ucap Habaek membuat sudut bibir So Eun melengkung naik. Inilah saatnya ia memanfaatkan Habaek.
So Eun menyetujui tawaran Dewa Air itu. Habaek terlihat bahagia setelah mendapatkan es krim yang ia minta. Mereka duduk di pinggir jalan sembari menyesap dinginnya minuman beku itu.
"Kau tahu sesuatu tentang Kim Bum?" tanya So Eun yang dibalas gelengan kepala, seakan Habaek tidak ingin berpikir keras. So Eun sedikit kesal, karena ia yakin Habaek menyembunyikan sesuatu.
"Aku bertemu seseorang yang mirip Kim Bum terbaring di rumah sakit."
Habaek berhenti menjilati es krimnya. Ia teringat sesuatu. Helaan napas berat pria itu membuat So Eun yakin kalau Habaek mengetahui semuanya.
"Apa yang ingin kau tahu?"
So Eun menatapnya dari samping. Habaek tidak sedikit pun menoleh, tatapan pria itu lurus ke depan.
"Apa yang terjadi pada Kim Bum?"
Habaek tidak langsung menjawab. Ia diam cukup lama.
"Dia masih hidup, hanya saja ingatannya menghilang. Kim Bum adalah roh yang sedang mencari jati dirinya. Ia mendapat sebuah misi mencari Dewi Samshin yang menghilang, setelah itu ia akan kembali ke tubuh aslinya."
So Eun mencerna perlahan sampai mengabaikan es krim yang meleleh di tangannya. Cairan manis itu bahkan membasahi tangan So Eun.
"Apa yang terjadi kalau dia gagal?"
"Dia akan mati," jawab Habaek singkat.
So Eun kaget dan juga takut. Melihat keadaan Kim Bum yang berbaring lemah membuat gadis itu tak percaya. Kim Bum pria yang menyebalkan bagaimana mungkin bisa berbaring lemah tak berdaya di rumah sakit.
"Di mana Dewi Samshin sekarang? Bagaimana cara mengetahui keberadaan dewi itu?"
"Aku tidak tahu," kata Habaek membuat So Eun penasaran.
Setelah berpisah dengan Habaek yang ingin jalan-jalan,So Eun memutuskan untuk pulang. Entah mengapa gadis itu malah berjalan ke gedung berlantai delapan. Tanpa adanya pemeriksaan So Eun lolos begitu saja sampai tiba di atas gedung.
Gadis itu tercengang melihat sosok wanita cantik yang pernah datang ke rumahnya.
"Akhirnya kau datang juga," ucapnya membuat So Eun bingung. Bahkan gadis itu kaget bisa berada di atas gedung.
"Kenapa aku ada di sini?"
"Aku yang memintamu datang. Jangan bertanya bagaimana caranya, aku hanya ingin memberitahumu sesuatu yang penting tentang Kim Bum," ujarnya.
Yi Soo melipat kedua tangannya di depan dada. Gadis itu menatap So Eun lekat, bahkan tatapannya begitu tajam dan dingin.
"Apa yang ingin kau sampaikan?" tanya So Eun. Gadis cantik itu mendekatinya bersamaan dengan angin kencang yang berhembus. So Eun merapikan rambutnya yang berantakan karena gadis itu.
"Kau ingin tahu keberadaan Dewi Samshin, bukan?" tanya Yi Soo. So Eun mengangguk pelan, di kepalanya muncul berbagai pertanyaan tentang gadis itu. Terutama asal usulnya. So Eun mulai waspada terlebih gadis di depannya punya kekuatan yang tidak biasa.
"Dia berada di tubuhmu."
So Eun mundur beberapa langkah menjaga jarak dari Yi Soo. Ia tidak percaya dengan apa yang gadis itu katakan. Bagaimana bisa roh seorang Dewi Samshin ada di tubuhnya.
"Ketika kami bertiga turun ke Bumi, salah satu dari kami terjebak dalam tubuh seorang bayi. Kami tidak bisa membebaskan roh itu, bahkan kami kehilangan jejak," kata Yi Soo.
Wajah So Eun seketika pucat. Ia tidak percaya dengan apa yang Yi Soo sampaikan. Mustahil roh itu berada dalam dirinya.
"Satu per satu keluargamu pergi, itu karena roh yang ada di dalam dirimu memaksa keluar. Kekuatannya sangat besar. Jika kau ingin orang di sekitarmu selamat maka kau harus mengeluarkan roh itu," jelas Yi Soo.
"Kau bohong. Itu tidak mungkin," sangkal So Eun. Bagaimana pun juga ia tidak boleh percaya begitu saja dengan orang asing.
"Itu alasannya Kim Bum selalu ada untukmu. Dia malaikat yang diutus untuk melepaskan roh Samshin yang ada di tubuhmu. Sebagai bayarannya,Kim Bum akan sadar dari koma."
So Eun terhenyak. Kenyataan mulai terungkap. Ia mulai paham apa yang telah terjadi padanya.
"Kau tidak ingin Kim Bum mati,bukan? Dia memiliki keluarga, sangat disayangkan kalau dia berkorban demi dirimu. So Eun aku tidak bermaksud memojokkan dirimu, tapi kau harus berpikir baik-baik. Kau tidak memiliki keluarga yang akan menangisi kepergianmu. So Eun, kalau Kim Bum meninggal maka kaulah penyebabnya."
Mata So Eun mulai memanas, air matanya tumpah begitu saja. Gadis itu tidak bisa berpikir jernih. Bahkan kakinya semakin lemas tak bertenaga.
"Tidak mungkin ... TIDAK!"
So Eun menutup telinganya berharap Yi Soo berhenti memberitahu kenyataan padanya. Namun, Yi Soo justru memanfaatkan keadaan itu dengan baik.
"Kau harus melepaskan roh itu, So Eun. Setelah roh itu pergi kau akan terbebas selamanya. So Eun kau harus memikirkan semuanya dengan baik," ucap Yi Soo mencoba mempengaruhi.
So Eun terduduk lemas dengan derai air mata. Pikirannya kosong. Yi Soo perlahan mendekatinya lalu berjongkok di depan So Eun.
"Dengar, kau tidak akan mati jika melepaskan roh itu. Kau bisa hidup bahagia setelahnya. Tidak ada lagi orang tersayangmu yang meninggal. So Eun dengarkan kata-kataku."
"Apa yang harus aku lakukan untuk menghilangkan roh itu?"
Yi Soo tersenyum senang mendengar ucapan So Eun. Gadis itu berdiri menatap bangunan tinggi di depannya.
"Berdirilah, ikut denganku."
So Eun menurut lalu mengikuti langkah Yi Soo ke pinggir atap. Di bawah banyak orang yang berlalu lalang mulai menatap ke atas. Mereka panik ketika melihat So Eun berdiri merentangkan tangan bersiap untuk terjun.
"Kau hanya perlu melompat dari gedung ini. Itu satu-satunya cara melepaskan roh itu."
Yi Soo berdiri di belakang So Eun. Gadis itu akan mendorong So Eun, tapi beberapa petugas penyelamatan datang.
"Nona jangan lakukan itu?" ujar salah satu dari petugas. So Eun menoleh pada dua petugas di belakangnya. Yi Soo menggeleng, ia meminta agar So Eun tidak terpengaruh ucapan dua petugas itu.
"Jangan ragu So Eun. Kau harus melepaskan roh itu."
Para petugas perlahan mendekati So Eun yang masih berdiri di pinggir atap. Yi Soo yang melihat petugas yang ingin menolong itu pun mendorong So Eun tanpa aba-aba. Kedua petugas itu berteriak lalu turun dari atap gedung sesegera mungkin.
Bugg!
Yi Soo menatap ke bawah di mana orang-orang mulai mengerumini tubuh So Eun. Suara ambulance terdengar nyari, bahkan polisi sudah berjaga ketat. Gadis itu berdecak kesal melihat Kim Bum menyelamatkan So Eun. Pria itu menjadi bantalan So Eun sehingga tubuh gadis itu terhindar dari benturan dengan aspal.
"Cih, dasar Kim Bum sialan."
Yi Soo langsung menghilang bersama dengan rasa kesalnya.
So Eun tersentak merasakan tubuhnya menindih seseorang. Pelukan seseorang yang ada di bawahnya membuat gadis itu sadar dengan apa yang ia lakukan.
"Kau berjanji tidak akan mati, tapi kenapa kau lakukan itu?" Bisik Kim Bum dekat telinga So Eun.
Gadis itu menangisi kebodohannya. Beberapa orang tenaga medis lalu membopong So Eun ke ambulance. Gadis itu bahkan tidak bicara sedikit pun ketika ditanya.
***
"Apa tubuhmu sakit?" tanya Dokter setelah memeriksa tubuh So Eun. Kedua dokter yang menangani So Eun merasa ada yang aneh. Tidak satu pun ada luka serius yang dialami pasien di depannya.
"Tidak," jawab So Eun singkat.
"Apa benar kau terjun dari lantai 8?" tanya dokter kedua, yang juga terheran-heran dengan kondisi pasiennya.
So Eun mengangguk pelan membuat kedua dokter itu memijit keningnya.
"Hah! Sepertinya malaikat sudah menolongmu. Kau beruntung masih bisa selamat." Dokter itu duduk lalu menulis sesuatu di atas kertas.
"Tidak ada penanganan apa pun, kau tidak perlu obat, tapi perlu psikolog. Aku akan melaporkan pada kepolisian tentang keadaanmu. Mungkin setelah itu kau akan diintrogasi," ucap dokter.
So Eun hanya diam, menunggu hasil pemeriksaan. Saat ia berbaring di tempat tidur tiba-tiba Kim Bum berdiri di sampingnya.
"Apa yang kau lakukan?" tanya Kim Bum membuat So Eun berbaring memunggunginya.
"So Eun."
"Aku ingin sendiri," jawabnya membuat kedua dokter itu menoleh. Mereka saling bertatapan dan mulai menganggap So Eun gila karena bicara sendiri.
"Apa kita perlu merujuknya ke rumah sakit jiwa?" bisik dokter pertama saat mendengar So Eun bicara lagi.
"Kita lihat perkembangannya dulu dan riwayat penyakitnya."
Kedua dokter itu pun mengangguk setelah berdiskusi sembari mengamati So Eun yang berbaring di tempat tidur.
TBC....
hmmm.... Maaf lama menunggu
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top