Part 19

"Kau terlalu buru-buru," kata Kim Joon saat seorang wanita duduk di depannya. Teh hangat tersaji di depan keduanya, tapi tak satu pun dari mereka yang mencicipi. Wajah Yi Soo tertekuk kesal. Kim Joon tidak menyambutnya dengan hangat.

"Dia terlalu lama berada jauh dari kami. Harusnya pria itu langsung melepaskan saudaraku dari tubuh wanita itu," ucap Yi Soo dengan nada tinggi.

"Tidak semudah itu. Mereka sudah tinggal cukup lama, jadi Kim Bum tidak akan semudah itu melakukannya."

Kim Joon meniup tehnya lalu menyeruput sedikit demi sedikit. Yi Soo mencondongkan tubuhnya lebih dekat dengan pria itu.

"Apa mereka saling menyukai? Begitu maksudmu?"

Kim Joon tidak menjawab. Ia hanya menatap  Yi Soo sambil sesekali menyeruput tehnya. Gadis itu semakin jengkel, tidak ada yang bisa membuatnya bahagia.

"Kau lebih menyebalkan dari Kim Bum," ucap Yi Soo membuat satu alis Kim Joon terangkat ke atas.

"Aku dan Kim Bum jelas berbeda. Kami tidak sama." Kim Joon bersandar di kursi, ia ikut terbawa suasana ketika Yi Soo membandingkan dirinya dengan Kim Bum.

"Pria tidak akan mengerti perasaan wanita. Kau sama saja dengan manusia yang lain."

Yi Soo meninggalkan Kim Joon begitu saja. Pria itu menatap punggung Yi Soo yang semakin menjauh.

"Kau mau ke mana? Itu kamarku," tegur Kim Joon. Yi Soo menghela napas tanpa berbalik menatap sang pemilik rumah.

"Aku mau istirahat di kamarmu. Aku ingin merasakan menjadi manusia sehari." Yi Soo tiba-tiba menghilang membuat Kim Joon memejamkan matanya.

"Dia tidak berubah," gumamnya tanpa menyusul gadis itu. Kim Joon kembali menikmati tehnya. Pikirannya melayang jauh pada masa lalu. Alasan mengapa ia memilih tinggal bersama manusia. Sakit hati yang membuat Dewa Cinta itu sengsara. Tidak ada yang tahu alasannya tinggal di bumi, Kim Joon menguncinya rapat-rapat. Betapa malunya seorang Dewa Asmara patah hati.

Kim Joon bisa saja membuat orang lain berjodoh, tapi tidak berlaku untuk dirinya. Kim Joon menatap pintu kamarnya lekat. Sepertinya Yi Soo menikmati hari-harinya di dunia manusia.

Tanpa Kim Joon sadari gadis yang berada di dalam kamarnya tengah mengubrak-abrik isi kamar. Koper yang ada di pojok di mana pakaian yang belum sempat Kim Joon keluarkan pun ikut jadi sasaran.

"Kenapa manusia suka sekali menyimpan pakaian di dalam benda-benda aneh?" gumam Yi Soo. Puas mengeluarkan semua pakaian Kim Joon kini dewi cantik itu mulai mencari sesuatu yang unik. Setiap laci dibuka dan diperiksa. Tidak ada satu pun yang luput dari matanya.

Sampai ia berhenti saat melihat sebuah kotak unik di laci kabinet paling bawah. Yi Soo mendesah panjang saat melihat isi di dalam kotak itu.

"Boneka dan benang? Untuk apa benda ini?" gumamnya heran. Yi Soo mengambilnya lalu melemparkan diti ke atas tempat tidur. Dua boneka yang menarik perhatiannya. Ia tidak mengerti mengapa seorang pria suka bermain boneka.

"Kalau aku buang apakah dia marah?" gumam Yi Soo. Kim Joon bisa saja melukainya kalau melakukan hal yang tidak disukai, tapi Yi Soo tahu kemarahan Kim Joon tidak akan lama. Ia akan luluh pada akhirnya.

Yi Soo duduk bersila diantara pakaian yang berserakan. Ia meletakkan kedua boneka itu saling bersisian. Benang merah ditangannya lalu diikat pada kedua boneka itu.

"Nah kalian akan bersama," kata Yi Soo yang terlihat senang melihat kedua tangan boneka itu terikat. Tiba-tiba pintu terbuka membuat gadis itu kaget. Ia langsung menyembunyikan kedua boneka itu di bawah bantal sebelum Kim Joon melihatnya.

"Apa yang kau lakukan?" tanya Kim Joon saat melihat kamarnya berantakan.

"Aku hanya main," jawab Yi Soo santai. Kim Joon menatapnya sengit, kedua alisnya menukik tajam.

"Bereskan semuanya atau kau akan terkurung di sini," ancam Kim Joon sebelum menutup pintu. Yi Soo mendesah kesal terlebih saat Kim Joon menutup kasar pintu kamar.

"Dia ingin aku membersihkan semuanya? Apa dia sudah gila?"

Yi Soo tidak mengindahkan ucapan Kim Joon. Bukankah ia bisa menghilang dan pergi ke mana pun sesuka hati. Yi Soo memilih istirahat menikmati tempat tidur yang nyaman. Matanya terpejam dengan napas teratur. Belum pernah ia merasakan tidur setenang ini.

***
Entah dari mana asal pengunjung yang membludak. So Eun menggoyangkan tubuhnya terus menerus untuk menghibur para pengunjung. Kostumnya yang panas membuat keringat membanjiri wajahnya.

Tidak jauh dari tempatnya saat ini, Onew juga melakukan hal yang sama. Gerakan pria itu sangat enerjik berbeda dengan dirinya yang sudah lemas. Satu jam berlalu akhirnya So Eun bisa kembali ke ruang ganti. Ia yakin pakaiannya sudah basah kuyup karena keringat. So Eun berjalan pelan menyusuri lorong yang akan membawanya ke ruang istirahat.

Langkahnya terhenti saat melihat Kim Bum berjalan mendekatinya. Pria  itu menghampiri So Eun membuka kepala badut yang masih menutupi wajah gadis itu. Kim Bum membuangnya begitu saja membuat So Eun kaget. Bukan hanya itu Kim Bum tanpa banyak bicara mendaratkan ciuman di bibir So Eun. Gadis itu membeku ketika Kim Bum mulai menggerakkan bibirnya. Kedua tangan besar itu membingkai wajah So Eun.

Perlahan mata So Eun terpejam erat dengan kedua tangan mengepal. Ia ragu untuk membalasnya. Tepukan di pundak So Eun membuat gadis itu tersadar. Tidak ada sosok Kim Bum di depan mata, justru Onew yang berdiri di samping sambil menenteng kepala badutnya.

"Kau kenapa?" tanya Onew khawatir.

"A-apa maksudmu?" tanya So Eun tidak mengerti.

"Kau tiba-tiba berhenti lalu membuang kepala badutmu dan sekarang kau memejamkan mata. Apa yang terjadi?" tanya Onew membuat So Eun mengernyit. Ia yakin Kim Bum datang menemuinya, tapi kenapa Onew tidak bisa melihatnya?

"Oh, itu aku sedang kepanasan jadi aku lepas saja kepala badutnya." So Eun berusaha tersenyum agar Onew tidak curiga. Pria itu mengangguk lalu menarik tangan So Eun ke dalam ruangan.

"Aku ingin bicara."

So Eun mengangguk pelan. Onew terlihat ragu memberitahu So Eun, terlihat ia sangat sulit mengeluarkan kata-kata.

"Aku tahu ini tidak mudah untuk kita berdua, tapi aku harus mengatakannya. Ini adalah hari terakhirku bekerja sebagai badut. Aku   akan mulai bekerja di tempat ayahku. Aku harap kau tidak membenciku," kata Onew dengan kepala tertunduk. So Eun berusaha tetap tersenyum meski ia tidak rela ditinggal oleh sahabatnya. Ia yakin Onew sudah memikirkan semuanya dengan matang.

"Jangan sedih, aku tidak keberatan sama sekali." So Eun menepuk pundak Onew berkali-kali. Mungkin ini saatnya Onew memperbaiki hubungan dengan keluarganya.

***
So Eun bergegas pulang setelah membereskan barang-barangnya. Bayangan Kim Bum terus menghantuinya sepanjang hari. Ia sudah tidak bisa membedakan mana Kim Bum yang asli dengan Kim Bum hayalan. Beberapa kali So Eun mencubit pipinya untuk menyadarkan diri akan hayalannya.

"Aku mulai gila," gumam So Eun lalu menyampirkan tas di punggungnya.

Saat di jalan So Eun merasa ada orang yang mengikutinya. Beberapa kali ia menoleh ke belakang, tapi tidak satu pun orang yang mencurigakan. So Eun coba mengabaikan perasaan curiganya. Namun, ketika ia kembali berjalan perasaan aneh kembali muncul. So Eun mempercepat jalannya bahkan sesekali ia berlari kecil menembus kerumunan.

Hingga akhirnya ia kelelahan dan seseorang menepuk punggungnya.

"Kenapa kau berlari?" tanya Kim Bum membuat So Eun kaget. Gadis itu mematung lalu berlari menghindari Kim Bum. Melihat reaksi So Eun yang aneh membuat Kim Bum curiga ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu. Beberapa kali Kim Bum meneriaki nama So Eun, tapi gadis itu tidak mau menoleh. So Eun seakan menulikan kedua telinganya.

Dering ponsel So Eun membuat gadis itu menghentikan larinya. Onew menghubunginya.

"Onew." Baru saja So Eun menyebut nama pria itu, kabar buruk terdengar dari seberang. Onew kecelakaan dan sekarang di rawat di rumah sakit. Tanpa pikir panjang So Eun berlari menuju rumah sakit menemui Onew.

Kim Bum yang melihat So Eun berlari lebih kencang semakin curiga ada sesuatu yang terjadi pada gadis itu.

"Apa dia sengaja menghindar?" gumam Kim Bum.

***
So Eun berlari menuju sebuah ruangan yang diberitahu seorang perawat. Ia melihat Onew duduk di atas tempat tidur dengan kaki diperban.

"Apa yang terjadi?" tanya So Eun. Wajah sahabatnya tak luput dari luka kecil. Belum sehari mereka berpisah.

"Aku tidak fokus saat menyeberang. Tidak perlu khawatir nanti juga boleh pulang," kata Onew. So Eun menatapnya lekat.

"Kamu tidak bermaksud bunuh diri lagi,'kan?"

Senyum Onew memudar. Tidak ada jawaban dari pria itu sampai So Eun memeluknya.

"Jangan lakukan itu. Aku akan sedih kalau kau pergi. Aku masih ingin melihatmu. Jangan tinggalkan aku." Onew menepuk punggung So Eun untuk menenangkan perasaannya.

"Ini murni kecelakaan. Aku juga tidak ingin meninggalkan kamu," kata Onew. So Eun mengurai pelukan mereka. Tepat saat itu Kim Bum muncul di belakang Onew.

"Kau menyukai pria aneh ini? Kemarin kau mengusirku dengan senang hati, tapi saat Onew pergi kau malah menangis. Jadi kau menaruh hati padanya?" tanya Kim Bum membuat So Eun menggeleng.

"Bukan seperti itu," kata So Eun. Onew menoleh ke belakang, tapi ia tidak bisa melihat siapa pun.

"Kau baik-baik saja? Kau sedang bicara padaku atau pada seseorang?"

So Eun menatap Onew lalu menggeleng pelan. Ia tidak ingin Onew memikirkan hal lain.

"Bukan siapa-siapa. Aku akan mengurus administrasi rumah sakit. Mana suratnya?"

Onew memberikan beberapa berkas yang harus So Eun urus.

"Tolong,ya, So Eun." Onew tersenyum membuat So Eun melakukan hal yang sama. Ia meninggalkan Onew di ruangan itu. Pikiran So Eun kacau, ia yakin Kim Bum marah padanya, tapi ia juga sadar perasaannya tidak akan terbalas oleh pria itu. Mereka berbeda dunia.

So Eun berjalan pelan sambil melamun. Tiba-tiba ada seseorang menabraknya. Seorang pria muda dengan wajah pucatnya. So Eun berjongkok membantu mengambil beberapa berkas yang tercecer. Gerakan tangannya terhenti ketika membaca nama pasien yang mengingatkannya pada seseorang.

"Maaf itu milikku," kata pria muda itu. So Eun berusaha tersenyum lalu memberikan berkas itu padanya.

"Ee ... Apa itu namamu?" tanya So Eun seraya menunjuk berkas yang ada di tangan pria tampan itu.

"Bukan, dia kakakku," ucapnya lalu pergi. So Eun menghela napas panjang. Ia berusaha untuk melupakan nama yang ia baca, tapi entah kenapa rasa penasarannya membuat gadis itu berbalik mengikuti pria yang tiga tahun lebih muda darinya.

So Eun berjalan pelan, menjaga jarak dari pria itu. Saat ia masuk ke sebuah ruangan So Eun lalu melihat nomor kamarnya. Ia berencana akan berkunjung keesokan harinya, tapi pria muda itu kembali keluar membuat So Eun memiliki kesempatan untuk masuk.

Dengan jantung berdebar So Eun membuka pintu itu sepelan mungkin. Ia sudah membuat rencana kalau-kalau ada orang di dalam. Ruangan itu kosong, hanya ada seorang pria yang berbaring tak sadarkan diri.

So Eun terus melangkah mendekati pria itu. Ia berdiri tepat di samping tempat tidur.

"Kim Bum?" 

TBC

Maaf kalau ada yang aneh 😂
Tinggal beberapa chapter akan selesai

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top