I. Awal Petaka


Happy reading~

Sakura tersenyum manis dihadapan kedua orang tuanya yang melambaikan tangan dari dalam mobil. Kanzen, sang kakak menatap mereka dengan datar.

Sakura berbalik, masuk bersama Kanzen yang mengekorinya.

"Kakak tidak bekerja?" Sakura menoleh, menatap wajah tampan kakaknya.

Kanzen menggeleng. "Tidak. Aku mengambil cuti untuk menemanimu."

Sakura mengernyit. Duduk dihadapan Kanzen. "Aku sudah besar, kak. Gak perlu lagi ditemani. Sudah kuliah, loh."

"Aku tahu. Tapi bagiku kau masih gadis kecilku yang imut."

Buk!
Sakura melempar bantal sofa hingga mengenai wajah tampan kakaknya yang lempeng saja meskipun menggombal.

"Apaan sih kak! Malu ih!" Sakura mengerucutkan bibir.

"Hahaha, maaf maaf. Habisnya kamu keliatan murung setelah ditinggal ayah dan ibu." Kanzen tertawa lepas, wajah tampan pria berusia dua puluh lima itu semakin sempurna saja karena tawanya.

###

Sakura terbangun. Matanya sakit karena terlalu banyak menangis. Mimpinya sangat indah untuk ukuran seseorang sepertinya.

Mimpi yang indah. Tapi hanya mimpi. Kenyataannya itu hanya mimpi. Sakura kembali terpejam. Ia ingin sekali kembali ke masa itu. Mimpi dimana mereka masih bersama.

Sakura, kakaknya, ayahnya, ibunya juga semua pelayan dirumahnya. Nyatanya... Mereka telah tiada. Mereka semua mati. Meninggalkan Sakura sendiri.

Masih teringat jelas dibenaknya bahwa keluarganya tidak, bukan cuma keluarganya tapi seluruh penghuni rumahnya dibantai oleh kakaknya. Kakak yang sangat ia hormati juga sayangi, Kanzen Prunus Damier.

Hati Sakura sangat sakit. Kebencian dan kemarahan telah menguasainya.

Apa ini? Kenapa rasanya sakit sekali?

Sakura adalah gadis yang baik, dia tidak pernah mendendam pada siapapun. Bahkan meski ia pernah dihina oleh temannya, dijauhi oleh orang yang dicintainya, dia tidak marah. Tidak juga benci. Tapi ini berbeda.

Entah mengapa, Sakura sangat marah, juga benci sekali pada kakaknya. Tidak, pria itu tidak pantas dipanggil kakak lagi olehnya. Dia hanya bajingan yang membantai orang-orang terkasihnya.

Sakura turun dari ranjangnya dengan wajah mengeras. Tak ada lagi Sakura yang baik hati dan polos. Kini dia menjadi gadis yang membawa dendam. Dendam yang akan membakar habis hatinya juga jiwanya.

Sakura berjalan menuju ruang tamu. Ia masih ingat isi sebuah buku bersampul hitam dan memiliki simbol aneh - bintang heksagram- Sakura masih ingat jelas apa yang ada didalam buku.

Sebuah perjanjian dengan iblis. Iblis terkuat dari dunia bawah.

Sakura memejamkan matanya, menggigit tangannya hingga keluar darah. Darah menetes sedikit demi sedikit membasahi lantai.

Tangan lentik Sakura menggambar sebuah pola, pola untuk memanggil iblis.

Setelah selesai menggambar pola tersebut menggunakan darahnya, Sakura menggumamkan sesuatu. Mantra pemanggilan.

Seberkas sinar merah dan asap hitam mengepul disekitarnya. Ini percobaan pertamanya, dan langsung berhasil!

Netra giok Sakura terkejut. Ini bukan yang ia inginkan! Bagaimana bisa ada empat iblis yang datang?!

"Hei, dimana ini?"

"Sepertinya ada manusia yang memanggil kita."

"Manusia memanggil kita bersama? Yang benar saja, seberapa kuat dendamnya hingga kita terpanggil bersama seperti ini?"

"Jangan-jangan kau yang memanggil kami? Perawan ya? Pantas saja baunya menggoda."

Sakura terjatuh terduduk. Netranya membelalak. Jelas sekali dihadapannya berdiri empat pria tampan, ralat, empat iblis berwujud pria tampan!

###

Sakura duduk dihadapan empat pria yang menatapnya dengan berbagai macam tatapan. Ada yang berminat, ada yang cuek, ada juga yang menatapnya dengan tajam kemudian terakhir menatapnya dengan datar.

Sakura memejamkan matanya. Netranya enggan memandang mereka karena entah kenapa dirinya menjadi tak nyaman.

"Manusia, apa yang membuatmu memanggil kami?" Iblis berhelai perak bertanya pada Sakura yang menatap mereka dengan datar.

"Aku ingin membalas dendam."

Seketika iblis lainnya mengubah posisi. Ucapan Sakura sukses membuat mereka fokus menatapnya.

"Balas dendam? Itu sangat gampang! Tapi apa kau sadar, apa yang telah kau perbuat?" Iblis yang lain menimpali.

"Memangnya apa?"

"Astaga, gadis ini bodoh ternyata. Lupakan dia, ayo kita kembali." Iblis yang lainnya memandang rendah Sakura.

"Aku tidak bodoh! Aku tahu benar apa yang aku perbuat!" teriak Sakura marah.

Suaranya yang kencang cukup membuat empat iblis itu terhenyak.

"Kalau begitu, kau tahu kenapa bisa kami bersama terpanggil disini?"

Sakura menggeleng. Dia benar-benar tidak tahu mengapa empat iblis yang datang, bukan hanya satu? Tapi dia tidak peduli. Selama bisa membalas dendam, apapun akan Sakura lakukan.

"Sudah kubilang kan dia bodoh."

"Sasuke!"

"Ck! Menyusahkan. Apa aku harus menjaga sikapku dihadapan manusia rendahan ini?"

"Biar bagaimana pun dia adalah klien kita yang berharga."

Sakura hanya diam mengamati tingkah para iblis.

"Pandangan apa itu? Dia benar-benar tidak tertarik dengan kita?" Sasuke, iblis termuda bergumam pada iblis disebelahnya.

"Manusia, jika kau ingin membalas dendam. Kau harus menjalin kontrak dengan kami. Kau tahu apa artinya?"

Sakura menggeleng. Wajahnya masih tidak menunjukkan emosi apapun.

"Artinya kau harus menyerahkan tubuhmu pada kami, lebih tepatnya memberikan darah perawanmu kepada kami."

"Darah perawan? Tubuh? Kalau hanya itu, tentu saja aku berikan. Jangankan tubuh, nyawa juga akan kuberi."

Jawaban Sakura membuat mereka menyeringai. Sedikit tidak menyangka dengan reaksi gadis ini. Terlampau tenang.

"Tidak perlu nyawa. Yang kami butuhkan darimu adalah darah, tubuh dan jiwa."

"Baiklah. Apa yang harus kulakukan sekarang?"

Iblis berhelai perak mengangguk pada iblis disebelahnya. "Mari kita berkenalan dulu..."

"Sakura Leila Damier, delapan belas tahun, mahasiswa St. Laurent."

"Kakashi Hateil, pemimpin iblis Barat."

"Itachi Uldrain, pemimpin iblis Utara."

"Sasuke Uldrain, pemimpin iblis Selatan."

"Toneri Otsuai, pemimpin iblis Timur."

"Kalian pemimpin iblis? Bagaimana aku bisa--"

Kakashi mendengus. "Kau baru menyadarinya? Ambisi mu yang membawa kami kesini."

Sakura menautkan alis. "Aku hanya..."

"Dendam tidak berbeda dengan ambisi, nona. Dendammu sangat kuat hingga memanggil kami bersama." Toneri menimpali.

"Baru kali ini aku melihat manusia wanita memiliki dendam sekuat dirimu."

Sakura mengepalkan tangannya. Merasakan hatinya yang terbakar karena dendam dan benci yang menyatu. Ingatan tentang kejadian kemarin terus berputar dibenaknya.

Sasuke menyeringai, mengamati siluet hitam yang semakin membesar dibelakang Sakura.

" Lihat, itu adalah dendammu." Itachi menunjuk siluet hitam pekat dibelakang Sakura.

Sakura menoleh. Wajahnya datar tak terkejut sama sekali melihat bayangan hitam yang mengerikan muncul karena dendamnya yang menguar.

Keempat iblis dibelakang Sakura menyeringai.
































Sampe sini dulu gengs!
Besok2 sambung lg yaw 😚
Jangan lupa ditotol pojok Kirinya.
Komen juga biar aku semangat nulisnya ❤️

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top