Transmigrasi 3


___________________________________

Kejadian tadi memang sempat membuat Ilene dan Alana mati kutu dan tidak berani berbuat macam-macam selama berada di kelas. Kendati Alana menyukai novel bertema bad boy, ia masih ingin menjadi murid yang teladan. Setidaknya sisi positif Alana adalah tidak mengikuti apa yang karakter ia sukai lakukan.

Kalau begini Alana bisa menyombongkan diri sejenak. Seperti mengatakan, menyukai bacaan novel bertema bad boy bukan berarti harus menjadi bad girl, bukan?

Sebenernya itu kalimat yang paling sering Alana katakan ketika Ilene sudah mulai menyerangnya karena menyukai hal-hal demikian.

Sedangkan Ilene sendiri memilih diam dan tidak berkutik bukan karena ia ingin menjadi murid teladan seperti Alana. Ini tidak boleh ditiru, tapi Ilene melakukannya karena malas menghadapi konsekuensi yang akan datang. Bu Ari adalah guru yang terkenal kejam dan tegas. Beliau tidak akan segan-segan memberikan hukuman yang setimpal agar siswa-siwi tidak berani berbuat macam-macam di jam pelajarannya. Dan itu ampuh untuk semua siswa yang ada di sekolah.

Akhirnya, dua jam berlalu. Tiba di waktu mereka pulang sekolah. Jam yang paling ditunggu semua siswa di dunia ini, kalau kata Ilene. Dua sahabat itu sedang sibuk membereskan mejanya. Memasukkan semua barang-barang di meja ke dalam tas. Suasana kelas yang riuh ramai tidak membuat keduanya menghentikan pembicaraan.

"Besok gue bawa bukunya ya! Dijamin Lo bakal suka. Walaupun karakter utamanya bad boy, tapi buku ini bagus banget. Gue udah baca dua kali dan nggak nyesel sampe ikut war PO karena gila banget. Masa ya, authornya ngestok 3000 eksemplar langsung habis dalam waktu 5 menit. Terus nambah lagi 5000 eksemplar. Itu baru PO loh, belum yg stok bukunya. Pokoknya lo kudu baca."

"Iye dah iye, gue bakal baca. Bawa aja bukunya besok. Awas kalau nggak sesuai selera gue, gue nggak bakal berhenti ngata-ngatain karakter bad boy kesayangan lo itu." Ilene sedikit mengancam. Namun baik ia maupun Alana mengerti kalau itu hanya candaan di antara mereka berdua.

"Nggak bakal pokoknya. Demi, deh."

***

Ilene tidak begitu memikirkan apa yang dibilang Alana. Sebenarnya alasan ia menerima buku rekomendasi Alana kendati bukan tema kesukaannya hanya untuk memuaskan rasa penasarannya saja. Selebihnya, Ilene baru bisa menjawabnya ketika ia telah selesai membaca novel itu.

Ilene mungkin sudah bilang beberapa kali kalau ia tidak menyukai karakter bad boy di tema-tema novel jaman sekarang. Bukan tanpa alasan ia mengatakannya. Ilene pun sering membaca novel bertema demikian ketika SMP. Saat di mana Ilene belum menyadari semua keanehan tokoh-tokoh itu. Masa iya ada anak Badung seperti mereka digemari banyak remaja, di dunia nyata seperti dunia tempat Ilene tinggal saat ini pun nyatanya gadis-gadis itu juga enggan berdekatan dengan cowok-cowok nakal.

Lupakan soal novel bad boy sejenak. Ilene saat ini tengah menyimpan tasnya di meja belajar, kemudian merebahkan dirinya di kasur. Belajar seharian di sekolah membuatnya lelah bukan main. Benar kata Alana, rumah sekarang hanya tempat untuk istirahat dan makan, selebihnya mereka habiskan di sekolah dan bimbel alias tempat belajar.

Ilene sebenarnya bukan siswa yang rajin-rajin amat. Ia memang hampir selalu mengerjakan tugas tepat waktu, namun terkadang Ilene juga menyontek tugas milik Alana. Nilainya pun nggak bagus-bagus banget. Tapi Ilene masih tetap bersyukur ia masuk ke dalam jajaran 10 besar di kelasnya, ya walaupun ia yang nomor 10.

Notif pesan masuk yang berisik mengganggu waktu istirahat Ilene. Ia segera meraih ponsel yang ada di saku jaketnya, lalu membuka benda pipih itu. Yap, benar. Ilene masih belum mengganti seragamnya, bahkan jaket dan kaos kaki pun masih melekat di badan mungilnya. Mohon jangan ditiru.

Pesan berderet itu berasal dari Alana. Rupanya sang sahabat masih memiliki semangat menggebu-gebu untuk menunjukkan novel bad boy anti-mainstream itu padanya. Ilene hanya membalas seadanya saja. Hari ini tenaga dan energinya seperti terkuras habis, entah mengapa. Ilene butuh istirahat yang lebih.

Dua jam berlalu, belum ada tanda-tanda Ilene bangun dari tidur lelapnya. Sejak membalas pesan Alana, Ilene merasa tidak memiliki cukup tenaga bahkan untuk ganti baju, jadi ia memutuskan untuk tidur dulu sebelum akhirnya bangun, mandi dan berganti baju. Dan untungnya hari ini Ilene tidak memiliki jadwal les sehingga ia bisa istirahat sepuasnya.

Beberapa menit setelahnya, Ilene bangun. Dengan badan pegal-pegal dan lengket karena belum membersihkan badan sejak pulang sekolah, Ilene akhirnya bangkit untuk mandi. Setelahnya, ia habiskan waktu untuk membaca di ruang baca ayahnya.

Ruang baca itu tidak begitu luas. Mungkin ukurannya hanya 2×2,5 meter. Di dalamnya hanya terdapat dua rak buku yang menjulang tinggi sampai ke atas dan satu set meja kerja serta sebuah sofa single. Dua rak buku itu terbagi miliknya dan milik sang ayah. Sudah bisa kalian tebak bukan, kalau Ilene memiliki minat baca yang tinggi sama persis dengan ayahnya. Bedanya, Ilene kebanyakan membaca buku fiksi, sedangkan sang ayah buku non fiksi. Ya, sesekali mereka bergantian dan bertukar buku bacaan namun tetap saja Ilene lebih suka novel.

"Baca apa, ya? Sebenernya mah TBR (to be read) banyak. Cuma bingung banget milihnya." Ilene berbicara sendiri.

Sudah menjadi kebiasaannya sejak kecil ketika berada di ruangan ini, Ilene akan asik dengan dunianya sendiri. Seolah hanya ia seorang yang ada di dunia ini.

Tangan gadis itu menyentuh buku demi buku di rak. Kebanyakan sudah Ilene baca. Dan setiap buku yang ia beli, ataupun hadiah dari orang lain masih Ilene simpan. Ia tidak suka dan tidak mau semua bukunya diberikan ke orang lain kendati ia kurang suka bukunya.

Dan pada akhirnya, Ilene memutuskan untuk membaca sebuah novel fantasi, novel yang baru saja ia beli sebulan yang lalu hasil dari rayuan dan godaan maut siapa lagi kalau bukan Alana.

***

Pagi-pagi sekali, tepatnya ketika Ilene baru saja melangkah masuk kelas tiba-tiba dari arah belakang lengan Alana sudah bertengger di bahunya. Gadis yang lebih tinggi 10 cm darinya itu merangkul Ilene erat, lengkap dengan sebuah novel cukup tebal di lengan satunya.

"Nih, gue udah bawa bukunya. Covernya cakep banget, kan? Kali ini gue jamin pasti lo nggak bakal ketipu sama covernya. Mau cover mau isi semuanya bagus."

"Kenapa lo bisa yakin banget gitu?"

"Ya karena emang ini novel bagus banget. Pokoknya nanti malem lo baca aja, dijamin pasti lo bakal selesai baca cuma semaleman doang."

"Kalau nggak?"

"Kalau nggak ya, gapapa, sih. Gue cuma berusaha meyakinkan lo kalau semua buku yang temanya bad boy itu templatenya nggak selalu sama. Lo tau kan, setiap otak penulis eksekusinya pasti beda. Pokoknya percaya deh, kali ini Ilene si paling anti baca buku bad boy bakal suka sama novel bad boy yang satu ini."

Alana kemudian menyerahkan novelnya ke tangan Ilene. Memang kalau dari ketebalannya Ilene masih bisa membacanya dalam waktu sehari. 300 halaman tidak sebanyak itu ketika cerita yang ditulis benar-benar seru.

Ilene sih berharapnya benar begitu.

05 Juli 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top