Transmigrasi 20
___________________________________
Di sisi lain, setelah mengantarkan Eve semalam, Dave langsung kembali ke apartemen milik Zein. Awalnya Dave begitu memikirkan ucapan Eve yang meminta dirinya sedikit waktu lebih untuk memikirkan apa jawaban yang tepat. Dave jadi kepikiran, kalau sebenarnya ia hanya dimanfaatkan. Meskipun memang sejak awal ia pernah berpikiran demikian, Dave tetap berusaha membantu Eve. Toh, memang dari awal selain berusaha mendekati Eve, ia juga memang berniat membantu memperbaiki hubungan Zein. Mungkin Eve tidak memiliki perasaan dan pemikiran yang sama seperti Dave, makanya meminta waktu lebih lama untuk memberikan jawaban yang tepat padanya. Sebenarnya, Dave tidak masalah. Kalaupun pada akhirnya Eve menolaknya, Dave akan kembali berusaha.
Ia bukan tipe cowok yang mudah menyerah ketika ingin mendapatkan sesuatu. Termasuk masalah percintaan. Sejak awal bertemu saat awal-awal masa SMA mereka, Dave sudah jatuh cinta pada Eve. Namun baru berkesempatan untuk dekat dengan gadis itu sekarang. Kalaupun Eve menolaknya, Dave akan kembali berusaha setidaknya sampai gadis itu nyaman terhadapnya. Niat awal Dave memang seperti itu. Makanya kenapa malam ini ia sedikit memikirkannya. Semoga saja Eve tidak benar-benar menolak Dave, meskipun ada kemungkinan kalau Eve menolak dan gadis itu perlahan menjauh, Dave akan terus berusaha mendapatkannya. Ia akan menunjukkan beberapa cara yang pernah Zein contohnya. Tapi bukan berarti Dave mau menirunya.
Omong-omong tentang Zein. Sudah hampir tengah malam, tapi cowok itu belum juga kembali. Tidak mungkin mengantarkan Devina sampai selarut ini bukan? Namun kenapa Zein belum juga kembali. Apa yang cowok itu lakukan setelah mengantar Devina? Lebih tepatnya Dave penasaran apa yang mereka lakukan dan bicarakan ketika bertatap muka tadi. Kalau Dave boleh memberikan pendapatnya, menurutnya mereka berdua balikan. Tidak mungkin keluar cafe dengan bergandengan tangan tapi tetap tidak balikan. Eve juga tadi terlihat begitu senang ketika mengetahui mereka keluar bersama. Sepertinya kemungkinan besar mereka balikan. Tapi kenapa sampai sekarang Zein belum juga kembali?
Itu yang masih menjadi pertanyaan besar bagi Dave bahkan sampai keesokan harinya.
***
Berbeda dengan Dave yang menunggu dengan perasaan tidak tenang dan menduga-duga kemana perginya Zein. Zein sendiri sudah punya tujuannya. Setelah mengantarkan Devina kembali ke rumah dengan selamat, Zein mampir ke rumah kakeknya. Rumah yang dulunya merupakan tempat Zein dibesarkan hingga SMP. Setelahnya, Zein bersama keluarganya pindah ke rumah baru, tepat dua tahun sebelum tragedi meninggalnya sang ibu. Bukan tanpa alasan Zein datang ke sana, ia juga tidak berniat beramah-tamah. Yang ingin Zein lakukan adalah memperingati kakeknya. Orang tua itu boleh berkuasa atas segala macam materi yang ia punya, tapi untuk hidup Zein, mohon maaf sekali cowok itu tidak bisa. Ia tidak mau mengorbankan siapa-siapa lagi dalam hidupnya.
"Kakek mana?" Zein bertanya setelah sampai di rumah.
Ia bahkan tidak berniat untuk bersikap sopan, karena sejujurnya sejak tadi Zein menahan emosi supaya tidak meledak-ledak. Ketika bertanya beberapa asisten rumah tangga di saja menjawab kalau kakeknya tengah berada di gazebo belakang rumah. Tempat yang biasa kakeknya gunakan ketika lelah bekerja atau sedang beristirahat menikmati langit dan angin malam. Tanpa berbasa-basi, Zein segera menghampirinya. Ia ingin bersikap sopan, tapi kalau kakeknya bertindak macam-macam, Zein tidak akan dengan segan memberinya pelajaran. Lihat saja, suruh siapa berurusan dengan masalah pribadinya.
Ketika melangkah mendekat, Zein bisa melihat sang kakek tersenyum cerah menyambut kedatangannya. Memang sudah lama sekali Zein tidak datang berkunjung ke sini.
"Udah lama sekali kamu nggak datang ke sini menjenguk Kakek." Kalau saja orang tua di depannya bukan kakek, Zein udah menghajarnya sejak tadi.
"Aku nggak mau basa-basi. Mulai dari sekarang, tolong jangan pernah ganggu urusan pribadiku. Aku nggak suka kakek terlalu ikut campur, bahkan sampe bikin pacarku mutusin aku. Itu semua bukan urusan Kakek!" Zein bisa melihat ekspresi kakeknya yang awalnya senang melihat kehadirannya berubah menjadi datar.
"Berani mengadu apa perempuan itu ke kamu?" Balasan ucapan dari kakeknya membuat Zein semakin naik pitam.
Kenapa selama ini ia tidak curiga kalau sikap aneh Devina karena mereka semua?
"Tolong ... Aku juga butuh privasi dan dengan teganya Kakek mengacaukan semua itu. Hidupku jauh lebih baik karena ada di dia dan Kakek dengan seenak jidat membuat kami berpisah? Aku nggak nyangka Kakek bisa sekejam ini."
Zein bisa melihat wajah kakeknya semakin datar. Kentara sekali kalau laki-laki itu marah dengan aoanyang baru saja Zein ucapkan. Tapi ia tidak peduli. Putusnya hubungan Zein dengan Devina, berawal dari manusia di depannya ini, Zein jelas marah sekali begitu mendengarnya. Alih-alih marah pada Devina, Zein jauh lebih marah pada orang yang dengan santainya menganggap orang lain begitu rendah.
"Kamu mau berpacaran sama gadis yang kayak gitu? Mau ditaruh di mana harga diri Kakek kalau sampai kalian masih bersama? Kakek tahu semuanya tentang gadis itu dan Kakek juga berhak menentukan siapa yang pantas menjadi bagian dari keluarga ini. Apa sikap Kakek salah?"
Tahan. Zein tidak mungkin memukuli kakeknya sendiri. Meskipun apa yang baru saja laki-laki itu katakan membuat hatinya sakit. Ia juga idak tahu kalau di belakangnya, banyak sekali yang tidak suka bahkan mengancam pacarnya hanya karena latar belakang mereka yang berbeda.
"Aku sudah dewasa! Aku yang berhak menjalani hidup yang aku mau! Kalau sampai Kakek melakukan hal yang sekali lagi, sudah sampai di situ aku jadi bagian dari keluarga ini, titik!" Kemudian Zein berlalu dari hadapan kakeknya.
Tidak peduli apa pun, Zein bahkan siap jika harus mengorbankan semua kekayaan dan fasilitas yang ia punya. Tidak peduli banyak yang mengatainya bodoh, Zein hanya ingin melindungi dirinya sendiri.
Itu ... Tidak salah kan?
***
Zein betulan tidak pulang. Ia tidak akan bisa berpikir jernih jika kembali ke apartemen. Zein perlu menenangkan dirinya sendiri. Dengan cara bagaimana? Minum, pergi ke club. Sudah sejak lama Zein memiliki kebiasaan seperti ini, akan sangat sulit mengubahnya. Dulu ... Ia sempat berhenti melakukannya, ketika masih bersama dengan Devina. Namun setelah putus dari gadis itu Zein kembali dengan kebiasaan lamanya. Bahkan lebih parah lagi.
Zein juga sengaja tidak mau menghubungi siapa-siapa, termasuk Dave. Ia mengerti sahabatnya itu pasti merasa khawatir, namun Zein tidak mau melakukan apa-apa lagi. Ia hanya ingin minum, mabuk, lalu melupakan segalanya. Kebiasaan seperti itu sudah ia jalani satu tahun belakangan. Apalagi ketika ia baru putus, Dave bahkan sampai tidak tahu harus menggunakan cara apalagi supaya Zein mau berhenti. Sayang sekali semuanya masih terjadi hingga saat ini.
Club yang ia datangi merupakan tempat yang biasa dibagi menjadi dua. Malam tempat hiburan, lalu siangnya menjadi hotel. Makanya Zein senang sekali berada di sana, ketika ia mabuk berat, ia langsung bisa memesan kamar tanpa merepotkan siapa-siapa termasuk Dave. Bahkan cowok itu tidak tahu tempat ini, Zein memang sudah pindah tempat hiburan malamnya jadi Dave tidak akan tahu mengenai tempat ini. Untuk sekarang, Zein benar-benar tidak ingin diganggu.
Di sisi lain, Dave sedang sangat bingung sekarang. Semalam ia sudah mencoba menghubungi beberapa teman-teman Zein yang biasanya bersama cowok itu untuk pergi ke hiburan. Namun sayang, mereka bilang Zein tidak ada di sana. Ia tidak tahu ke mana perginya cowok itu. Bahkan sampai pagi menjelang siang pun, cowok itu tidak kembali.
Meskipun khawatir, Dave tidak ingin bertindak gegabah. Mungkin memang Zein perlu waktu untuk sendiri. Tapi kalau mereka balikan, bukannya harusnya Zein merasa senang? Kenapa ia malah memilih untuk mencari hiburan? Sepertinya ada yang aneh pada hubungan keduanya. Kalau Zein merasa senang, pastinya ia sudah ada di sini, menceritakan semua perasaan yang ia rasakan. Ini dia malah menghilang.
Dering ponselnya berbunyi. Orang yang menelfonnya adalah Eve. Awalnya Dave sedikit bingung. Apakah gadis itu akhirnya memberikannya sebuah jawaban? Dave tidak sabar untuk mengangkat teleponnya. Namun ... Ternyata gadis itu memberikan pernyataan lain.
"Dave ... mereka ternyata belum balikan."
23 Juli 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top