Transmigrasi 17


__________________________________

Hari ini adalah hari di mana rencana itu akan dilaksanakan. Ilene dan Dave sudah menyusun beberapa rencana. Pertama adalah hal yang perlu Ilene lakukan untuk membawa Devina bersama bertemu mereka. Lebih tepatnya bertemu dengan Zein. Selama mereka putus, mereka sangat berjauhan. Bahkan baik Zein maupun Devina tidak ingin berpapasan saat mereka berada di sekolah. Mereka selalu menghindar setiap kali ada peluang untuk berpapasan. Jadi Ilene menyusun rencana dengan membawa atau lebih tepatnya memaksa Devina pergi ke pusat perbelanjaan. Dengan ciri khas Eve yang sudah perlahan Ilene ketahui. Walaupun sebenarnya Ilene juga baru tahu kalau Eve sangat suka pergi ke mall.

Dan kabar baiknya lagi, Devina memang selalu mau jika diajak Eve pergi ke mall. Jadi, mereka berdua memutuskan merancang rencana mereka dengan membawa Devina ke sebuah mall. Dave membawa Zein sudah siap dan datang di tempat sebelum Ilene dan Devina datang. Jadi seolah-olah mereka tidak sengaja bertemu satu sama lain. Ilene yakin kalau sebenarnya, keduanya hanya perlu berbicara berdua dengan lebih santai, tanpa membawa emosi ataupun perasaan. Karena yang ia lihat dari Devina dan bagaimana cewek itu semalam, Ilene pastikan kalau mereka sebenarnya hanya perlu berkomunikasi yang lebih intens. Maka dari itu, rencana Ilene dan Dave akan berjalan mulai dari saat ini.

Ilene mulai mengajak Devina pergi ke pusat perbelanjaan dari jam sembilan pagi dan mereka berdua alias Zein dan Dave akan datang dua jam kemudian. Sengaja Ilene meminta mereka dua jam setelahnya agar mereka berdua tidak perlu menunggu terlalu lama. Sudah mengerti, bukan? Kalau anak cewek memang sangat suka berbelanja dan suka lupa waktu ketika berbelanja. Sejujurnya, Ilene tidak tahu harus berbelanja apa mengingat Ilene aslinya  juga bukan berasal dari keluarga yang kaya. Namun Dave sangat baik ia memberikan pada daftar barang apa saja yang perlu ia beli saat bersama Devina. Meskipun itu sebenarnya tidak terpakai karena saat tiba di mall, Devina dan Ilene berbelanja seperti yang mereka mau.

Kalau Ilene sih lebih banyak membeli kaos dan baju-baju menarik lainnya. Jujur sekali, Ilene sangat menikmati saat ia menjadi Eve. Ilene seolah terlahir kembali sebagai orang kaya. Di sini, ia bisa ngapain saja dan mau ke mana saja. Ilene juga bisa berbelanja sepenuh hati. Kembali ke topik utama, Ilene dan Devina sudah berada di mall satu jam kemudian. Saatnya mengabari Dave kalau ia sudah berbelanja selama satu jam dan mereka bisa menyusulnya kemari. Pokoknya sampai mereka berdua datang ke cafe itu, Ilene baru mau bergerak mendekati titik kumpul mereka.

"Mau pulang kah?" Devina yang mungkin melihat Ilene seperti sedang gelisah menawarkan diri.

"Eh, nggak kok. Aku masih mau keliling-keliling lagi, kamu mau kan?" Sepertinya Devina tidak bisa menolak ajakan Ilene saat ini

Tentu saja hari ini ia tidak bisa pulang seenaknya. Pokoknya misi mempertemukan mereka berdua hari ini harus selesai dan berhasil. Setelah beberapa kali melihat-lihat berbagai macam kaos dan beberapa baju yang mungkin bisa ia pakai dengan nyaman. Hitung-hitung sedang menghadiahkan diri sendiri meski semua baju itu tidak akan pernah kembali ke dunia nyata bersama dirinya. Tapi tidak masalah, yang penting adalah menghabiskan waktu sampai akhirnya Zein dan Dave datang juga.

Satu jam tepat, Dave mengabari kalau mereka telah berada di tempat. Cowok itu juga mengatakan kalau Zein sudah tahu semuanya dan dia sendiri yang memutuskan untuk ikut hari ini. Jadi, hanya Devina yang tidak tahu mengenai rencana mereka. Ilene mengerti, Zein laki-laki yang sepertinya susah jika dibohongi, dalam hati ia bersyukur Dave mau membantu mereka bahkan berinisiatif untuk membuat Zein tahu segalanya. Meski tidak tahu bagaimana perasaannya saat mendengar semua alasan Devina semalam, Ilene harap Zein mau berlapang dada dan memaafkan semua yang Devina lakukan padanya kemarin-kemarin. Semoga dengan begini, mereka berbalikan nanti. Ilene berharap sekali kisah cinta mereka kembali berlanjut di sini.

"Kamu pasti capek, ya? Habis ini kita ngopi-ngopi, yuk! Aku tahu cafe ternyaman di sini. Dijamin kamu pasti suka!" Ilene dengan semangat menggandeng Devina yang sepertinya terlihat lesu.

Memang sejak pagi, gadis itu terlihat tidak memiliki semangat. Semoga saja Devina tidak marah jika mereka bertemu dengan Zein nantinya.

***

Devina pasrah saja mengikuti Eve alias Ilene ke mana saja. Ternyata benar, gadis itu membawanya ke sebuah cafe aesthetic yang terletak di dalam mall. Devina bukan anak cafe, atau gadis yang sering nongkrong di sini, tapi ia cukup kagum dengan desainnya. Eve pintar juga dalam memilih cafe yang bagus.

Setelah mereka berada di dalam cafe dan memilih tempat duduk. Eve pamit izin ke toilet. Sayang sekali Devina tidak menyadari kalau Ilene bukannya ke toilet, tapi menghampiri meja yang Dave dan Zein tempati. Untung saja gadis itu juga tidak menyadari ada Dave dan Zein di tempat ini. Mereka bertiga akhirnya mengatur strategi. Posisi Ilene sudah tepat sekarang, letak meja mereka berdua agak ke dalam, jadi tidak akan mencolok jika Zein datang ke sana dan misalnya Devina membuat sedikit suasana gaduh atau tidak nyaman mereka saling bersinggungan nanti. Sebelum itu, Ilene alias Eve memberitahu Zein untuk pergi ke meja Devina dengan pakaian serba tertutup dan juga sebisa mungkin tidak menimbulkan berbagai macam spekulasi dari pengunjung cafe yang lain.

Zein setuju, akhirnya setelah lima menit kemudian. Baik Dave maupun Eve melepas kepergian Zein. Sebenarnya mereka agak khawatir kalau Devina akan memberontak dan membuat gaduh cafe ini.

"Mereka bisa balikan kan? Ya, kan?" Ilene seolah meminta kepastian pada Dave. Dave juga mengatakan hal yang sama dan menambahkan semua kemungkinan pasti akan memiliki peluang untuk kejadian. Tapi untuk mereka semoga saja tidak terjadi.

Zein datang ke meja Devina dengan pakaian serba tertutup. Jaket kulit berwarna ungu dongker yang ia sukai, disertai dengan topi yang menutup mata berwarna hitam. Setelah sampai di depan meja Devina, cewek itu tidak begitu merespon karena sejak tadi sibuk dengan memesan menu yang ada di dalam buku menu. Bahkan hingga bermenit-menit setelahnya, Devina tidak paham kalau ada orang
lain yang ada di depannya. Dan ia menganggap kalau itu adalah Eve.

"Kok tumben lama?" Devina mengatakannya tanpa melihat siapa yang ada di depannya sekarang.

Sedangkan Zein terkekeh. Ternyata gadis di depannya ini masih sama, tidak peka. Sejak awal pendekatan sampai akhirnya putus pun, Devina masih sama. Ada banyak sekali hal yang ingin Zein katakan sekarang, tapi ternyata ia tidak bisa apa-apa.

"Lo kok sejak kapan pake baju warna hi-" ucapan Devina terputus saat ia baru saja menyadari bukan Eve yang ada di depannya melainkan, Zein.

Zein mantan pacarnya tenyata ada di depannya.

Devina terkejut, tentu saja. Tapi ia memilih untuk stay cool. Ini pasti kerjaan Eve, mempertemukannya dengan Zein tidak akan berguna. Lihat saja nanti, Devina sudah memantapkan hati tidak akan goyah sekalipun pada Zein. Remaja laki-laki di depannya ini bisa melakukan apa saja, terserah, Devina tidak akan lupa dengan keputusannya sendiri.

"Ngapain di sini?" tanya Devina dengan nada dingin.

Zein, di depannya diam saja. Ada banyak sekali hal yang ingin ia katakan pada Devina. Tapi selalu tidak pernah tersampaikan. Bahkan sampai saat ini pun, Zein masih bingung mau berbicara apa. Yang jelas, Zein ingin memperjelas dan menyudahi salah paham ini.

"Gue udah tahu semuanya."

"Terus?"

"Gue nggak ngerti kenapa lo ngelakuin hal ini. Menjelekkan mendiang ibu gue di depan gue sendiri, tapi ternyata itu semua suruhan Ibu tiri gue karena nggak mau dan nggak akan pernah mau kembali ke rumah itu. Lo pikir dengan begitu gue bakal seneng gitu? Lo tahu sendiri secinta apa gue sama lo, tapi lo tetep tega ngelakuin ini semua dari gue? Bikin gue benci lo sampai nggak mau ketemu lo sama sekali. Lo pikir dengan begitu semuanya bakal selesai gitu aja? Nggak bakal."


20 Juli 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top