Transmigrasi 15
____________________________________
Pertanyaan tiba-tiba dari Dave membuat Zein termenung. Ia baru sadar, sudah beberapa hari ini mendiamkan Dave hanya karena teman dekatnya itu menyinggung satu hal saat membahas terkait Devina, mantannya. Zein juga tidak tahu apa yang membuat dirinya begitu emosi saat itu, yang jelas Zein tidak ingin siapapun membahas terkait permasalahannya dengan Devina. Biarlah hanya ia dan cewek itu yang tahu bagaimana pasti kejadiannya.
Namun hari ini, satu pertanyaan dari Dave membuat Zein tersadar, kalau selama ini ia berlebihan. Dave teman dekatnya sejak kecil, sangat disayangkan kalau Zein selalu bersikap seperti ini padahal cowok itu tidak salah apa-apa. Memang pada dasarnya Zein saja yang terlalu sensitif jika itu menyangkut tentang Devina. Membicarakan Devina sungguh membuat emosinya naik turun.
"Gue tanya lagi, sampai kapan lo nggak mau ngomong sama gue?" Dave berbicara dengan tenang. Nadanya pun cenderung seperti biasanya, cowok itu tidak terlihat marah sama sekali.
"Gue nggak mau ngomong sama lo kalau lo ngomongin Devina lagi." Sembari meneguk kaleng minuman soda kemasan, Zein menjawabnya tak kalah santai.
"Emang kenapa, sih? Apa salahnya gue tahu masalah kalian? Serahasia apa sampe gue yang dari dulu deket sama lo, jadi nggak tahu apa-apa kayak gini?"
"Emang semua permasalahan gue wajib lo tahu? Lo siapa emang." Kan, Zein jadi emosi lagi. Sesaat ia menyalahkan dirinya karena selalu bersikap seperti ini, tapi lagi-lagi Dave memancingnya seperti ini.
"Oke, fine. Gue keluar malem ini. Sebenernya gue kecewa, sih. Hal besar apa yang lo sembunyikan sampe berani bikin pipi gue lebam? Cowok pengecut kayak lo emang pantes ditinggalin."
Bajingan!
Satu kata itu. Cukup satu kata, membuat Zein merasakan emosi yang begitu besar. Kalau tidak mengingat kemarin ia sudah sempat membuat pipi cowok di depannya ini lebam, Zein pastikan ia sudah menyerang Dave dari detik itu juga.
Zein juga tidak mengerti mengenai dirinya sendiri, kenapa ia sangat takut ditinggalkan? Kenapa semua orang mau meninggalkannya? Apa yang salah dengan Zein sampai mereka semua berani meninggalkannya sendirian. Kalau Dave juga pergi, Zein akan bersama siapa di dunia ini? Kalimat-kalimat penuh kecemasan itu selalu menghantui Zein di mana pun ia berada dan kapanpun ketika cowok itu dipancing oleh kata-kata sederhana seperti kata ditinggalkan, juga meninggalkan. Zein takut sendirian di dunia yang begitu besar ini. Ia takut menghadapi semuanya sendiri.
Sebisa mungkin Zein menekan emosinya. Membuat Dave emosi sama saja mempertaruhkan pertemanan mereka selama ini. Lalu dengan suara lirih dan pandangan menunduk, Zein bersuara.
"Terus, mau lo apa sekarang? Lo mau ninggalin gue yang nggak punya siapa-siapa ini sendirian? Mau lo apa, Dave?" tanya Zein.
Dave tersenyum kecil. Rencananya berhasil. Ia selalu tahu kata-kata seperti itu pasti akan membuat Zein luluh dengan sendirinya. Meskipun Dave akui kalau ia jahat karena mempermainkan perasaan dan rasa takut cowok itu, tapi Dave mau tidak mau harus melakukannya. Ia pun tidak serius dengan ucapannya, mana bisa Dave meninggalkan Zein sendirian di dunia ini? Sejahat-jahatnya Zein padanya, ia tidak akan sampai hati meninggalkan cowok itu.
"Gue cuma mau lo jujur, masalah apa yang sampai buat kalian berdua putus. Lo tahu nggak, sih? Baru kali ini gue lihat lo seneng banget waktu pacaran sama Devina. Lo keliatan lebih hidup, lebih sehat, lebih cerah. Tapi saat kalian putus, gue udah nggak bisa lihat itu semua di lo. Agak menyayangkan karena putusnya kalian, bikin kalian berdua sama-sama nggak bahagia kayak sebelumnya." Akhirnya Dave memilih untuk jujur.
Karena memang betul. Sebenarnya sebelum Eve meminta bantuannya pun Dave sudah memiliki keinginan yang sama, Dave lebih ingin melihat Zein merasa bersinar, menjadi manusia yang lebih baik seperti saat ia bersama Devina. Tidak seperti sekarang, cowok itu bahkan terlihat jauh lebih buruk dibanding saat sebelum mereka berdua bersama.
Mau tidak mau, Zein harus menceritakan semua yang selama ini ia pendam. Apa yang berusaha ia tutupi sebisa mungkin, pada akhirnya tidak bisa lagi ia simpan. Meskipun sedikit emosi, Zein menceritakannya pada Dave.
***
Setelah menceritakan semuanya pada Dave, mereka duduk berdua di meja makan, menunggu pesanan makan malam mereka datang. Meskipun sudah hampir tengah malam, pembicaraan mereka kali ini sungguh membuat Dave lapar. Karena merasa bersalah pada Zein, malam ini ia akan meneraktir semua yang Zein inginkan.
Cerita Dave membuatnya cukup terkejut. Apa yang selama ini cowok itu tutupi, Dave bisa memakluminya. Permasalahan mengenai keluarga memang cukup sensitif bagi Zein. Dan ketika mendengar cerita Zein, kali ini Dave ingin berada di sisi cowok itu, ucapan Devina pada Zein saat itu memang tidak sopan. Siapapun yang ada di posisi Zein saat itu, pasti akan merasakan hal yang sama seperti yang cowok itu lakukan sekarang.
Dave ceritakan sedikit, Zein tadi bilang, kalau Devina memang sengaja menjauh satu bulan sebelum mereka putus. Zein tidak tahu apa penyebabnya, tapi selama sebulan gadis itu berubah. Tidak pernah mau angkat telepon Zein, jarang membalas pesan Zein dan bahkan tidak mau bertemu. Entah apa yang salah dari Zein, Devina tidak mau bilang. Pun saat mereka putus, gadis itu bahkan menyinggung bagaimana ibu Zein pergi, juga bagaimana satu per satu keluarganya pergi meninggalkan Zein. Itu yang membuat Zein merasa sangat sakit hati dan mengiyakan begitu saja permintaan putus Devina. Dan sejak waktu itu juga, Zein yang masih sangat sakit hati tidak mau siapapun membahas mengenai hubungannya dengan Devina. Zein masih sakit hati, bahkan sampai sekarang.
Itu saja yang Zein ceritakan, tapi Dave bisa memaklumi apa yang Zein lakukan belakangan ini, sakit hatinya berubah menjadi perilaku buruk. Maka dari itu, Dave bilang kalau Zein banyak berubah semenjak putus dari Devina. Ternyata hubungan mereka juga ribet. Meskipun Dave juga tidak tahu alasan apa yang akan Devina berikan pada Eve saat gadis itu bercerita, ia juga tidak tahu apa yang melatarbelakangi Devina melakukan hal seperti itu, tapi tetap saja tindakan Devina pada Zein salah, menurut Dave.
"Tapi lo masih sayang, kan, sama Devina." Sembari menunggu pesanan mereka datang, Dave lagi-lagi bertanya.
Ia bisa melihat Zein menghela napas. Mungkin Zein tidak tahu harus berkata apa saat Dave mempertanyakan alasannya. "Jujur, gue nggak tahu perasaan gue kayak apa sekarang. Selain masih sakit hati, gue juga kadang ngerasa kosong. Putus dari dia itu salah satu masa terberat bagi gue. Lo tahu sendiri sekacau apa gue waktu itu."
Dave mengangguk. Ia paham semua itu karena memang yang mengurus Zein saat awal-awal mereka putus cuma Dave. Bahkan sampai beberapa kali Dave menjemput Zein yang tengah mabuk, racauan cowok itu ketika mabuk, semuanya Dave tahu, kecuali alasan sebenarnya mereka putus. Ketika tahu cerita dari sisi Zein, Dave akhirnya bisa sedikit paham perasaan Zein waktu itu.
Saat mereka masih mengobrol tentang ini dan itu, suara notifikasi dari Eve mengganggu Dave. Dan ketika membaca pesannya, Dave rasa ini waktu yang tepat untuknya membantu mereka berbicara berdua.
"Lo mau tahu cerita dari sisi Devina nggak?"
18 Juli 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top