Transmigrasi 14
_
_________________________________
Ilene mulai melancarkan aksinya. Sejak kemarin ia memang meminta Devina untuk sementara menginap di rumahnya. Devina yang memang ayah dan ibunya mengabdi pada keluarga Eve sejak ia kecil sampai sekarang, tentu mengiyakan ajakan Ilene sebagai Eve tanpa pikir panjang. Selama mereka berteman dekat sejak kecil, Devina tidak pernah merasakan adanya hal-hal aneh dalam hubungan pertemanan mereka. Eve selalu baik, tidak mencoba memanfaatkannya dan selalu bertindak sebagai teman yang sangat baik. Bagi Devina, Eve merupakan teman terbaiknya begitupun sebaliknya. Jadi jika Eve tiba-tiba meminta sesuatu padanya, Devina tidak akan menolaknya.
Kecuali satu. Dari kemarin Devina sudah mengerti ada yang ingin Eve tahu terkait kebenaran hubungannya dengan Zein. Gadis itu tidak tahu apa alasan pasti dibalik putusnya hubungan mereka. Devina juga selalu menolak memberitahukan keberaniannya. Karakter Eve yang sangat penasaran dan akan melakukan berbagai cara untuk mendapatkannya, membuat Devina merasa kalau kali ini ia tidak akan bisa kabur dari Eve. Kalau hari ini Eve lagi-lagi bertanya, mungkin Devina akan menjawabnya dengan benar.
Saat Devina membuka pintu kamar Eve, gadis itu sudah berada di kasur lengkap dengan pakaian tidurnya. Devina baru sadar, kalau ia memang berteman dengan anak orang kaya, pakaian Eve terlihat begitu mahal di matanya meski hanya setelan baju tidur. Eve dengan mata berbinar, menyuruh Devina untuk duduk di sampingnya. Gadis itu memang sangat cocok dengan rambut kecoklatan yang begitu panjang dan tebal. Devina tidak iri, tapi ia sangat mengakui kalau Eve sangat cantik.
"Kenapa lagi?" Devina bertanya pada Eve yang saat itu tersenyum penuh arti. Ia tidak tahu apa yang dimaksud oleh senyuman gadis itu, tapi satu hal yang Devina tahu, mata itu menyiratkan mata penuh rasa keingintahuan.
Devina lalu beranjak naik ke kasur. Sebelumnya ia sudah mencuci kaki dan menggunakan sandal kamar yang sudah Eve belikan khusus untuk Devina ketika menginap di sini. Ia bahkan menyediakan beberapa baju tidur yang bisa Devina gunakan. Gadis itu tidak sungkan meminjam semua barangnya pada Devina. Untung ia masih punya harga diri dan rasa malu, jadi Devina tidak akan menyalahgunakan semua hal yang bisa ia dapatkan dari Eve. Devina janji akan membalas semua kebaikan Eve dan keluarganya pada keluarga Devina.
"Aku tebak kamu pasti lagi-lagi pengen tahu gimana hubungan aku sama Zein, kan?" Gadis itu tidak menjawab tapi tertawa kecil. Tebakan Devina tepat 100 persen.
Devina menghela napas, tapi kali ini ia sudah siap menceritakan semua perasaannya pada Eve. Sudah saatnya sahabat satu-satunya milik Devina itu tahu semuanya. Kali ini Devina juga tidak akan menutupi apa pun darinya. Sudah seharusnya sejak awal begitu, tapi Devina malah baru melakukannya sekarang.
***
Ilene tidak menyangka, membuat Devina jujur dengan perasaannya akan semudah ini. Padahal ia sudah menyiapkan beberapa cara kalau kali ini Devina tidak mau berbicara lagi. Seperti misalnya mengancam Devina kalau ia tidak akan berteman dengannya lagi, atau dengan cara-cara klasik lainnya. Belum Ilene melakukannya, Devina malah bercerita dengan sendirinya? Sepertinya Ilene salah menilai hubungan antara Eve dengan Devina. Ia tidak tahu kalau hubungan pertemanan mereka akan sedekat dan sehangat ini. Devina bahkan tadi banyak berterima kasih karena Eve mau menjadi temannya dari kecil sampai sekarang dan memperlakukan Devina selayaknya teman dekat tanpa pandang bulu.
Ilene bahkan terkesan dengan karakter Eve diciptakan. Memang karakter seperti Eve ini sangat sulit dijumpai di dunia nyata. Mana ada anak orang kaya mau berteman secara cuma-cuma dengan anak pembantu dan supirnya? Kali ini baru Ilene percaya kalau ia masuk ke dunia novel yang terkadang penuh dengan khayalan.
Kembali ke cerita Devina dengan perasaannya. Ilene juga sudah siap dengan ponsel yang merekam suara dan percakapan mereka. Niatnya, setelah Devina selesai membicarakan perasaannya, akan ia kirim pada Dave dan memintanya menunjukkan itu pada Zein. Siapa tahu dengan cara itu Zein paham letak salah paham mereka dan mereka berdua bisa kembali menjalin hubungan romansa, kemudian Ilene bisa kembali ke dunia nyata.
Ah, andai bisa semudah itu.
Ilene kali ini fokus mendengarkan apa yang Devina ucapkan, tentang perasaannya dan bagaimana mereka putus.
"Aku masih sayang banget sama dia. Kamu tahu sendiri, kan, Zein itu pacar pertama aku, cinta pertama aku juga. Nggak mudah ngelakuin itu cuma karena permintaan keluarganya. Tapi posisi aku sebagai anak pembantu dan supir nggak bisa apa-apa, aku nggak bisa menyaingi mereka, aku nggak bisa menandingi keluarga Zein. Menurut mereka, aku nggak pantes pacaran sama Zein. Makanya aku ambil keputusan seperti ini."
Waw. Ini sangat mengejutkan Ilene. Apa yang Devina alami, bagaimana keluarga Zein datang tiba-tiba padanya, meminta Devina putus hubungan dengan Zein hanya karena Devina anak pembantu dan supir? Gila, sih. Ternyata nggak di dunia nyata dan di dunia fiksi ini hal itu terjadi. Tebakan Ilene meleset jauh. Ia masih tidak menyangka kalau Devina-lah penyebab putusnya hubungan mereka. Devina yang pura-pura menduakan Zein, lalu menjelekkan mendiang ibu Zein di depan pacarnya sendiri. Devina melakukan itu semua untuk putus dengan Zein atas permintaan keluarganya sendiri. Saking terkejutnya Ilene sampai tidak tahu harus merespon seperti apa.
Tapi yang jelas, ia sudah mendapatkan satu kesimpulan besar mengenai putusnya hubungan mereka. Dan perasaan Devina yang sebenarnya, bahwa ia masih sangat menyayangi Zein dan berharap kalau waktu bisa diputar ia akan menahan semua permintaan itu dan berjuang bersama-sama Zein, memperjuangkan hubungan mereka. Ilene harap, perasaan dan rasa penasaran Devina bisa sedikit melunakkan hati Zein.
Setelah pembahasan itu, keduanya kemudian beralih dengan pembahasan lain. Ilene merasa sangat bersalah telah mengorek informasi mengenai perasaan Devina dan ternyata mendapatkan fakta yang cukup mengejutkan. Jadi Ilene tidak akan kembali membahas mengenai hal itu. Hingga dua jam kemudian, Devina jatuh tertidur. Kini giliran Ilene melancarkan aksi selanjutnya. Ia mengirimkan rekaman itu pada Dave lalu memintanya untuk menunjukkan rekaman itu pada Zein setelah mereka selesai berbicara. Dan ikut tertidur setelah menyelesaikan percakapan di antara mereka.
***
Dave bisa merasakan aura kemarahan Zein. Sejak kejadian itu, Zein memang masih belum ingin berbicara dengan Dave. Tapi Dave tidak menyerah, ia terus-menerus berusaha membuat Zein berbicara. Sejak beberapa hari yang lalu Dave berusaha tapi tidak membuahkan hasil yang memuaskan. Zein masih tidak ingin berbicara. Sekarang sudah lebih baik, Zein mau berdua dengannya dalam satu ruangan. Kemarin-kemarin ia masih menghindari Dave. Masih untung begitu, kemungkinan terburuknya Dave akan cowok itu usir dari sini. Namun Dave tenang saja, sih, Zein tidak akan pernah berani mengusirnya. Meski garang dari tampilan, dalam hatinya Zein memiliki banyak sekali ketakutan.
Termasuk ditinggalkan oleh orang yang ia sayangi. Dave paham, sih, Zein masih sangat marah karena Devina meninggalkannya di saat Zein masih sangat menyayangi gadis itu. Tapi Dave masih perlu menilai dari dua sisi.
"Lo masih nggak mau ngomong sama gue?"
17 Juli 2024
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top