Transmigrasi 10

__________________________________

Berbeda dengan reaksi yang biasa Ilene berikan ketika ia menghadapi seorang bad boy baik di dunia fiksi maupun dunia nyata. Begitu melihat langsung sosok tokoh Zein jujur membuat Ilene merasa tertarik. Tertarik untuk lebih tau siapa itu Zein, bagaimana latar belakangnya.

Apa sebaiknya Ilene dekati saja Zein secara langsung atau justru mendekati Dave dan meminta bantuan informasi mengenai Zein. Tentu saja opsi kedua jauh lebih baik, bukan? Berinteraksi dengan Zein secara langsung agak membuat Ilene takut. Berhubung cowok itu cowok nakal, jujur saja Ilene takut kalau Zein berbuat yang tidak-tidak kepadanya.

Ah, Ilene mikir terlalu jauh ternyata.

Memikirkan semua ini membuat kepala Ilene pusing. Sepertinya ia butuh udara segar. Keluar sebentar boleh bukan? Dan akhirnya Ilene memilih untuk keluar dengan alasan pergi ke toilet.

"Enak juga keluar kelas. Mana udaranya juga adem. Lama-lama betah gue di sini." Ilene mengatakannya pelan sembari melihat sekeliling sekolah.

Benar-benar terlihat seperti sekolah anak-anak konglomerat. Halamannya saja begitu luas. Mungkin tiga kali lipat lebih luas dibandingkan lapangan sekolah Ilene yang sebenarnya.

"Ngapain bolos?"

"Anjirlah! Gue kaget banget gila lo ya."

Ups. Ilene kelepasan mengumpat di depan, Zein.

Hah? Zein?

Mata Ilene terbelalak. Orang yang baru saja mengejutkan dirinya adalah Zein. Cowok bad boy yang nggak disukai itu. Astaga, Ilene segera menutupi wajahnya berharap Zein tidak mengenalinya sebagai Eve. Tapi sepertinya terlambat, Zein mungkin sudah mengamatinya dari jauh. Bagaimana ini?

"Tumben banget orang paling rajin kedua di sekolah ini keluar kelas."

Ilene mengernyit, Zein berkata demikian? Wah, cowok di depannya ini memang benar-benar definisi bad boy. Dari nada bicaranya yang ketus dan kalimat sindiran yang keluar dari mulutnya barusan seakan mencerminkan segalanya.

"Emang kalau rajin nggak boleh keluar kelas? Kamu doang yang boleh gitu?"

Giliran Zein yang terkekeh. "Gue ngomong gitu karena kaget aja. Mana lo sempet ngumpat juga, kan? Apa perlu gue kasih tau seluruh isi sekolah kalau cewek polos ini ternyata nggak sepolos itu."

Benar-benar cowok bad boy yang wajahnya ingin Ilene tampar dengan keras. Bisa-bisanya merendahkan perempuan kayak gitu. Awas saja, Ilene tidak akan tinggal diam.

Ilene bersedekap. "Oalah begini ternyata kelakuan mantan Devina yang katanya paling ganteng ini? Cuih, pantes aja kalian putus. Asal lo tau ya, Devina sangat pantas dapetin cowok yang jauh lebih baik dari lo yang kayak begini."

"Berani lo nyebut nama Devina di depan gue?"

"Emang kenapa? Faktanya kalau lo cuma cowok nakal yang make narasi sedih cuma buat narik simpati Devina biar bisa pacaran sama lo, kan? Ngaku aja deh."

Zein terlihat cukup marah dengan kalimat yang baru saja Ilene sampaikan.

"Aneh banget deh, bukannya lo yang kemarin mohon-mohon sama gue biar gue kasih tau alasan kenapa gue putus sama sahabat lo itu. Tapi tiba-tiba lo di sini ngejelekin gue. Ternyata emang bener, ya. Eve si anak paling rajin itu suka lupa ingatan. Keknya bakal jadi gosip menarik kalau gue kasih tau semua anak di sekolah ini."

Hah? Sebentar. Jadi Eve sempat mendatangi Zein untuk mencari tahu alasan mereka berpisah yang sampai saat ini masih menjadi rahasia di antara mereka berdua.

"Lo bilang apa tadi?"

"Banyak. Gue bilang banyak hal," ucap Zein kemudian berlalu pergi dari hadapan Ilene yang masih mencerna apa yang baru saja Zein katakan padanya.

Ilene berjalan tertatih dan akhirnya duduk di salah satu bangku terdekat. Jadi sebenarnya sudah pernah mencoba untuk menghubungi Zein terlebih dahulu, bertanya apa hal yang menyebabkan mereka putus padahal mereka sudah bersama hampir dua tahun lamanya.

Dan Ilene baru saja merusak semua rencana yang sudah Eve bangun. Pasti si bad boy itu nggak akan mau memberitahu informasi mengenai dirinya dan Devina. Lalu Ilene harus bagaimana?

Ah, semuanya jadi berantakan karena ia sama sekali tidak memiliki ingatan tentang Eve. Seolah Eve benar-benar amnesia karena sama sekali tidak mengingat apa-apa.

Lalu Ilene harus apa? Ia benar-benar tidak tahu harus apa sekarang.

***

"Jadi kamu pengen aku nyari tau masalah apa di hubungan mereka karena aku deket banget sama Zein?"

Ilene mengangguk. Ini satu-satunya cara, ia tidak tahu harus meminta bantuan siapa kalau bukan Dave.

"Ini nggak mudah, Eve. Kamu tau sendiri kita udah pernah nyoba cara ini tapi sama sekali tidak pernah berhasil. Yang ada Zein malah makin benci Devina. Zein tuh sekarang bersikap kalau seakan-akan ia tidak pernah pacaran sama Devina."

"Kenapa dia sampe begitu? Pasti ada alasan kan? Dan kamu orang yang paling deket sama dia. Aku tau dia punya masalah sama keluarganya dan nggak mungkin percaya sama orang lain gitu aja, tapi sama kamu aku yakin dia mau."

"Eve, kamu tahu dari mana kalau Zein punya masalah keluarga? Sejauh mana kamu tahu tentang Zein? Kenapa kamu sampe segininya, apa yang buat kamu sampe berbuat sejauh ini, Eve? Aku akan bantu kalau kamu jawab jujur."

Mereka yang saat ini tengah berada di suatu cafe minimalis di dekat sekolahnya. Setelah bertemu dengan Zein, Ilene memutuskan untuk tidak kembali ke kelas dan meminta Dave untuk mengizinkannya ke guru, berpura-pura sedang sakit.

Dan mendengar ucapan dari Dave membuat Ilene semakin frustasi. Mengapa ia lupa kalau apa yang terjadi di novel yang ia baca belum tentu semua tokohnya tahu. Apalagi Dave yang hanya pemeran biasa seperti dirinya.

Ah, Ilene bingung harus bagaimana. Ia tidak tahu harus menjawab seperti apa. Ilene benar-benar bingung tapi ia tidak akan menyerah. Ilene tidak ingin terjebak di dunia ini selamanya. Ia ingin pulang. Dan dengan cara apa pun, ia akan menyelesaikan misi itu. Tidak peduli apakah sesuai dengan yang seharusnya, apakah orang-orang akan bingung karena Eve dan dirinya memang orang yang berbeda. Ia hanya akan menjalankan semuanya sesuai dengan rencananya sendiri. Tentu dengan bantuan Dave.

"Dave, you know Devina more than best friend for me. Devina seperti Adik aku sendiri. Cuma dia yang mau nemenin aku, mau jadi teman aku dari kecil sampai sekarang. Waktu Devina sama Zein, Devina bener-bener bahagia. Aku cuma mau Devina bahagia sama Zein. Devina sesayang itu sama Zein, mereka juga bucin satu sama lain. Dan alasan yang nggak kita tahu bikin mereka putus dan jadi kayak orang asing seperti sekarang bikin aku ngerasa sedih. Aku ngerasa gagal buat Devina bahagia. Aku cuma pengen itu aja."

Dave menghela napas dalam. Ia terlihat cukup lelah dan Ilene di depannya juga tidak kalah kacau.

Maafin gue Dave, gue harus bohong. Gue nggak mungkin ngasih tau lo tentang semua hal yang nggak masuk akal ini. Maafin gue.


12 Juli 2024

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top