Demon and Angel - Sukma

Bagaimana jadinya jika anak iblis dan malaikat berteman di bumi? Apakah kalian bisa membayangkannya?

Tradisi surga dan neraka setelah sang ratu melahirkan adalah meninggalkan anak mereka di bumi selama enam hari.

Setelah enam hari, mereka akan berumur delapanbelas tahun. Iya, satu hari di bumi sama dengan tiga tahun di surga dan neraka.

Itulah yang menjadi awal mula pertemuan Raka si anak malaikat dan Rani si anak iblis.

•••
Seorang mailaikat perempuan bernama Cia turun ke bumi untuk menitipkan putranya, berharap semoga putranya dapat menjadi raja hebat di surga nanti.

"Kamu harus pulang," bisiknya kemudian menempelkan telapak tangannya pada kening sang putra, membacakan mantra untuk menamkan ingatan agar putranya tau siapa jati dirinya dan bisa kembali ke surga.

"Bunda pergi dulu," pamit Cia setelah meletakkan anaknya di bawah pohon mangga di tengah hutan.

Wanita itu tersenyum sambil melangkah menjauh, kemudian sayap seputih kapas terbentang di punggungnya dengan indah, sayap itu lalu mengepak, membawa wanita itu terbang jauh ke atas langit.

•••

"Mama akan pastikan kamu menjadi permaisuri terkejam di dunia kegelapan," senyuman mengerikan terukir di wajah cantiknya.

Mei kemudian merogoh saku gaun hitamnya, memasukan sebuah fosil bunga lily.

"Mama bakal nunggu kamu pulang," ujar wanita itu dengan senyum kejinya, kemudian sayap sehitam tintanya mengepak, terbang jauh ke atas sana.

•••

Enam hari kemudian.

Duk.

"Auhh... Apaan nih?" Rani mendongak, kemudian gadis itu mengulas senyum lebar saat melihat seekor tupai di atas pohon tempatnya berlindung.

Rani bangkit dari duduknya kemudian menepuk roknya yang kotor.

Ia menyeringai lebar lalu mulai memanjat pohon.

Hap.

"Kena kau," desisnya pada seekor tupai di tangannya, lalu gadis itu membuka mulut lebar-lebar hendak melahap tupai itu. Namun urung saat sebuah suara mengalihkan perhatiannya.

"Heeeh kamu, ngapain di atas pohon?" Tanya Raka heran, tapi kemudian pemuda itu melebarkan mata terkejut melihat seekor tupai di tangan gadis itu.

Rani menipiskan bibir, gadis itu turun dari pohon dalam satu lompatan.

"Kamu bener-bener ganggu," desis gadis itu.

Raka meneliti penampilan gadis itu, pakaiannya serba hitam dengan lingkaran halo berwarna hitam di atas kepalanya.

"Kamu iblis?" tanya Raka setengah sadar.

"Hm," gumam Rani cuek.

"Kamu gaktau kalau nyiksa binatang itu dosa? " tanya Raka polos menatap ngeri tupai di tangan Rani yang mungkin sudah pingsan karena dipegang saking eratnya.

"Di dunia kami gak ada yang namanya dosa," ujar Rani, kemudian gadis itu berbalik dan melangkah pergi, tidak menyadari bahwa ia meninggalkan pohon mangga tempat dia dititip selama di dunia manusia.

"Hei. Tunggu! " teriak Raka kemudian berlari menyusul Rani.

Raka sedikit terengah, pemuda itu berusaha mensejajarkan langkahnya dengan gadis di sampingnya.

"Nama aku Raka," ucapnya sambil mengulurkan tangan.

Rani melirik sekilas, gadis itu melengos keras. "Aku Rani," jawabnya tanpa menerima tangan Raka.

Rani kemudian membuang tupai itu asal, moodnya memburuk saat melihat pemuda disampingnya.

Raka menurunkan tangannya lalu tersenyum kikuk.

Mereka berjalan menyusuri hutan dalam diam, hingga tiba-tiba tanah yang mereka pijaki bergetar bak gempa.

Rani terkejut, gadis  itu lantas menyadari sesuatu. "Ini waktunya pulang ke neraka," ucapnya riang tapi seperkian detik wajah gadis itu berubah panik.

"Sial. Apakah aku pergi terlalu jauh?" ujarnya panik.

"Rani, kita ada di dalam hutan," kata Raka, pemuda itu mengacak rambut kesal.

"Aku pengen ketemu bunda, tapi karena ngikutin kamu, aku jadi jauh dari pohon mangga."

"Aku bisa bikin portal," Rani menoleh, lalu mundur dua langkah, gadis itu mengangkat tangan kedepan sambil memejamkan mata mengucapkan mantra.

"Rani, kamu perlu bunga lily untuk mengaktifkan mantranya," ujar Raka meningatkan.

Rani membuka mata, wajahnya terlihat murung membuat Raka tak tega.

"Aku bisa kembali ke surga kapanpun aku mau, tapi kalau kamu..." kalimat Raka terputus, pemuda itu meragu, tapi kemudian memantapkan diri untuk menolong gadis di sampingnya.

"Kita harus cari jalan pintas buat nemuin bunga lilinya," Raka maju mendekati Rani, tangannya terangkat pelan, ditepuknya kepala Rani dua kali dengan canggung.

"Aku akan bantu Rani," ucap Raka membuat wajah Rani berbinar seketika.

"Beneran?" tanyanya memastikan.

Raka mengangguk yakin. "ayo kita cari jalan pintas buat cari bunga lily."

•••

"Aku capek," ujar Raka dengan nafas terengah. Sudah duajam mereka menyusuri hutan namun belum juga mendapatkan bunga lili.

Rani melirik, kemudian ia mendecak.  "Kamu lemah," ujar Rani meremehkan.

"A-aku gak lemah kok," Raka berdehem mengendalikan diri, pemuda itu mengusap peluhnya yang mengucur di pelipis.

"Hilih," cibir gadis itu kesal.

"EH ITU DIA!" pekik Raka membuat Rani mendelik jijik.

"Gak usah alay, deh," ujarnya kesal.

Raka hanya nyengir lebar.

"Lilinya di tengah telaga," lirih Rani hampir putus asa.

"Aku bisa renang kok," Raka melangkah maju,  kemudian langsung menceburkan diri di telaga itu.

Pemuda itu berenang dengan lincah menyusuri telaga itu. Kemudian memetik bunga lily untuk Rani.

"AKU DAPAT!" teriaknya dari tengah telaga sambil mengangkat bunga lilinya tinggi-tinggi.

Raka tersenyum lebar saat melihat binar cerah di wajah Rani.

Pemuda itu kemudian menceburkan diri ke telaga untuk kembali.

"Nih," Raka mengulurkan bunga lily yang langsung diambil oleh Rani.

Pemuda itu mengacak rambut basahnya, Rani memandangi itu terpana dengan pipi memerah.

"Rani, kamu harus kembali sekarang," titah Raka membuat Rani meneguk ludah, merasa tak ikhlas jika harus berpisah secepat itu dengn Raka.

"Raka..." panggil Rani dengan nada bergetar.

Rani tidak bodoh, lingkaran halo berwarna emas di kepala Raka menandangan bahwa pemuda itu adalah malaikat.

Ia menunduk, menyadari bahwa ia tidak akan pernah bisa memiliki Raka.

Raka mengangkat alis, pemuda itu hampir saj terjengkang ke belakang saat Rani tiba-tiba manerjangnya.

Rani memeluk Raka erat, ia menyampingkan malunya karena ini akan jadi pertemuan pertama dan terakhir mereka.

"Rani," Raka mengusap rambut Rani saat menyadari gadis dalam dekapannya ini menangis.

"Kita gak bisa lama-lama di sini," ingat Raka membuat Rani melepaskan pelukannya.

"Terimakasih, Raka. Terimakasih," ucap Rani penuh haru.

Raka tersenyum, pemuda itu mengangguk.

Rani mengusap pipi basahnya, kemudian menutup mata, hingga tiba-tiba sebuah portal menuju dunia kegelapan terbuka di depannya.

"Mungkin ini akan jadi pertemuan pertama dan terakhir kita," kata Raka membuat Rani menoleh dengan senyum pahit.

"Aku tahu," Rani mengangguk.

"Aku harus pulang," ucap Raka dengan dua sayap seputih kapas yang sudah terbuka lebar di punggungnya.

"Dahh...." pamit pemuda itu kemudian melesat terbang ke langit.

"HATI-HATI RAKA!" teriak Rani memandangi kepergian Raka dengan tatapan sendu.

Rani berbalik menghadap portal Wattpadesurd, portal menuju dunia kegelapan.

Ia tahu nama itu karena sejak ditinggal di dunia manusia, sang mama sudah memberinya ingatan.

Rani maju satu langkah, jantung gadis itu mencelos saat mendengar teriakan Raka di atas sana.

"SEBULAN LAGI KITA BERTEMU DISINI YA RANI!" teriak pemuda itu sambil melambaikan tangan.

Senyum Rani terbit, ia membalas lambaian tangan Raka.

"AKU PASTI DATENG," balasnya sambil berteriak.

Senyum di wajah Rani mengembang saat mengetahui ini bukan yang terakhir bagi mereka.

Ia kemudian melangkah memasuki portal, dalam satu kedipan mata, gadis itu sudah berada di dunia kegelapan.

"Rani!" teriak sang mama penuh haru, wanita perpakaian serba hitam itu mendekati anaknya kemudian memeluknya erat.

"Mama," Rani membalas pelukan sang mama tak kalah erat.

"Mama tahu kamu pasti kembali," ujar mama sambil menyeringai lebar. Lalu memanggil para pelayannya.

"Pelayan, buatkan makanan terenak di dunia kegelapan ini untuk calon permaisuri kita." titah mama tak terbantahkan.

Wanita itu kemudian menoleh ke arah anaknya. "Ayo kita ke kamar, kamu pasti lelah," ajaknya sambil menggandeng Rani ke dalam kamarnya.

•••

Sutubulan kemudian.

Portal Wattpadesurd dari dunia kegelapan terbuka, Rani melangkah masuk ke dalamnya, dan dalam seperkian detik, gadis itu sudah berada di dunia manusia.

Gadis itu tersenyum simpul, ia masih ingat kata-kata Raka bulan lalu.

"SEBULAN LAGI KITA BERTEMU DISINI YA RANI!"

Rani memegang dadanya yang berdebar kencang, kemudian gadis itu berjingkrak - jingkrak riang.

"Kamu seseneng itu ya ketemu aku?"

Rani hampir saja mengumpat kasar tapi kembali ia telan. Gadis itu menghadap ke sumber suara.

"RAKA!" pekiknya riang kemudian berlari ke arah Raka, memeluknya erat.

"Wooo, pelukanmu kencang sekali," gurau Raka sambil mengusap lembut rambut Rani.

"Aku gak nyangka kita bakal ketemu lagi," rengek gadis itu manja.

"Lho, aku kan udah janji," Raka terkekeh gemas dengan gadis dalam dekapannya ini.

"Iya-iya," sahut Rani sambil melepas pelukannya.

"Eh aku mau nunjukin tempat bagus."

"Wahh serius?"

"He-eh, yuk," Raka menggenggam tangan mungil Rani, mereka berdua kemudian melangkah ke dalam hutan.

"Kita bakal lewat jalan pintas," beritahu Raka.

"Loh, lewat jalan biasa emang kenapa?" tanya Rani heran.

"Bagusan jalan pintas kok."

Rani mengangguk menurut, mereka menyusuri hutan bersama dengan perasaan bahagia.

Rani menganga takjub dengan pemandangan di depannya, gadis itu menoleh ke arah Raka.

"Raka, ini indah banget. Kamu tau tempat ini darimana? " tanyanya sambil memetik setangkai bunga lily.

Raka tertawa renyah, perasaan senang membuncah di dadanya kala melihat gurat bahagia terlukis di wajah Rani.

"Kamu seneng?" tanya Raka sambil memetik bunga mawar.

"Seneng banget," sahut Rani, gadis itu merentangkan tangan sambil memejamkan mata. Menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

"Aku seneng kalau kamu seneng," ujar Raka, pemuda itu mendekat, lalu menyematkan bunga mawar di telinga Rani.

Raka morogoh kantong, lalu mengeluarkan sebuah fosil bunga lily. "Ini punya kamu, 'kan? " tanya pemuda itu.

"Kamu nemu dimana?" Rani mengambil fosil bunga lily tersebut lalu memasukkan ke kantongnya.

"Jatuh dari sakumu."

"Terimakasih, Raka," ucap Rani tulus.

Raka tersenyum tipis, tangan pemuda itu terulur, mengacak gemas rambut Rani.

Pipi Rani bersemu merah, gadis itu benar-benar merasa bahagia sekarang.

•••

Sepulangnya Raka dari dunia manusia, senyum manis belum sirna di wajahnya.

Pemuda itu luar biasa bahagia, bisa menghabiskan waktu dengan Rani.

Tok tok tok.

"Masuk," ucap Raka sambil menaruh bunga lily di nakasnya.

"Raka," panggil sang Bunda, Mei.

"Bunda," Raka melangkah mendekati Mei lalu memeluk wanita cantik itu.

Bunda terkekeh senang, membalas pelukan putranya. Tapi tiba-tiba Bunda melepas pelukan mereka dan menatap Raka dengan sorot cemas.

"Raka, kamu habis darimana?" tanya Bunda meneliti penampilan putranya.

Senyum Raka melebar. "Aku ke bumi," akunya.

Bunda mengulum bibir. "Tapi kamu bau iblis, Raka." ujar Bunda.

"Aku habis ketemu temen, Bunda," akunya jujur.

Bunda menatap putranya dengan kening berlipat. "Teman siapa, Raka?"

Raka menuntun Bunda untuk duduk di pinggiran ranjangnya. Pemuda itu menarik nafas dan menghembuskan perlahan.

"Bunda, Bunda ingat,'kan saat Bunda titip aku di bumi?" tanya Raka.

"Iya, ingat. Kenapa,  Nak?" tanya Bunda penasaran.

Raka pun menceritakan kejadian dimana ia bertemu dengan Rani hingga kejadian tadi.

Bunda mendengarkan itu dengan seksama, lalu wanita itu menghela nafas gusar. "Dia iblis, sedangkan kamu malaikat." ingat sang Bunda sambil menyentuh dada kiri Raka.

"Jangan gegabah, Nak," tuturnya lembut.

"Aku tahu, tapi dia baik, Bunda," ujar Raka meyakinkan.

Bunda menggeleng tegas. "No. Bunda tidak izinkan."

Bahu Raka menurun, pemuda itu menatap Bunda dengan sorot kecewa. "Bunda... "

"Tidak, Raka. Kalian berbeda. Dan Bunda tidak mau mengambil resiko,"  kata Bunda, kemudian Bunda berdiri dan melangkah keluar dari kamar Raka.

Meninggalkan Raka yang duduk termenung menertawai nasibnya.

"Aku harus ketemu Rani," gumamnya kemudian melesat ke luar istana, terbang menuju bumi.

•••

"RANI!" teriak Raka di tempat di mana biasanya portal Wattpadesurd terbuka.

"RANI!"

Raka mengacak rambut frustrasi, sudah sejam ia memanggil nama Rani, namun gadis itu tak juga muncul.

Blush.

"Raka? "

Raka mendongak, pemuda itu tersenyum tipis saat melihat sosok Rani di depannya.

"Kamu kenapa manggil aku?" tanya Rani heran.

"Ada yang harus aku bicarain," jawab Raka dengan dada sesak.

Raka meneguk ludah getir, ia tahu ini pasti akan melukai mereka berdua, tapi Raka tidak bisa gegabah dengan menemui Rani sesukanya.

Rani menghela nafas, gadis itu melirik Raka yang sedari tadi menatap kosong ke depan.

"Kamu mau bicara apa, Raka?" tanyanya tak tahan.

Raka mengerjap tersadar, pemuda itu berdehem. "Ini mungkin akan jadi hari terakhir kita bertemu."

Rani yang mendengar itu menegang seketika, gadis itu menarik nafas dalam-dalam. "Aku tau," katanya serak.

"Maaf," sesal Raka.

Rani terkekeh perih. "Gak ada yang salah disini, ini udah takdir."

"Makasih," gumam Raka.

"Aku harus pergi," Rani berdiri, kemudian ia membaca mantra, membuka portal wattpadesurd untuk kembali ke dunianya.

Raka menatap kepergian Rani dengan mata berkaca-kaca dan dada sesak.

Pemuda itu menunduk, perlahan bahunya berguncang dengan isakan yang lolos dari bibirnya.

Raka mendenguskan hidung, pemuda itu berdiri dan melebarkan sayap, lalu terbang menuju surga.


"Aku udah turutin perintah Bunda," ucap Raka dengan bibir bergetar.

"Bagus. Bunda tahu kamu sudah besar," ujar Bunda bangga sambil mengusap rambut Raka lembut.

Sedangkan di neraka.

"Hiks, hiks, hiks. Sakit banget," rengek Rani sambil memukul dada kirinya.

"Kenapa harus Raka, sih?"gerutunya sambil mencabik bunga mawar yang pernah Raka sematkan di telinganya.

"Huaaaaaa."

"Rani," sang Bunda, Mei, melongok ke dalam kamar putrinya.

"Kamu kenapa nangis?" tanya Mei panik melihat kekacauan putrinya.

"Gakpapa, Ma," ujar Rani sesegukan.

"Mama mencium bau malaikat," ucap Mei sambil menatap sinis Rani.

Rani gelagapan. "Maaf, Ma. Aku tadi ke bumi," akunya sambil menunduk.

"Bertemu pengeranmu itu, hah?" bentak Mei, wanita itu berkacak pinggang sambil berdecak.

"Maaf," ujar Rani lirih.

"Mama kecewa sama kamu," kata Mei tajam.

"Salah, Ma? Aku gak bisa nentuin sama siapa aku jatuh cinta, 'kan?"

Mei terbahak. "Jatuh cinta, ya? "

"Kamu mikir gak? Apa jadinya kalau seorang calon permaisuri dari dunia kegelapan jatuh cinta sama seorang mailaikat? " desis Mei, wanita itu mencengkeram rahang putrinya kuat.

"Ma, sakit, Ma," isak Rani sambil menahan tangan Mei.

"APA JADINYA KALAU IBLIS SAMA MAILAIKAT JATUH CINTA?"

PLAK.

Rani terpelanting, rahangnya dihempas kasar oleh sang Mama, dan diakhiri dengan tamparan kuat di pipi kanannya.

Gadis itu tak bisa menahan isaknya, bahunya bergetar hebat.

Yang mana membuat Mei makin geram.

"MAU JADI APA KAMU HAH? SEGINI DOANG KAMU NANGIS?"

BUG BUG BUG

Amuk Mei, wanita itu membentak Rani dan menendangnya.

Seolah melupakan fakta bahwa gadis di depannya adalah buah hatinya.
"AMPUN, MA. AMPUN. SAKIT, MA, " Rani menjerit histeris berusaha menghindari amukan sang Mama.

Gadis itu terengah dengan daras mengucur dari hidungnya.

INI MENYAKITKAN!

Mei memutar bola mata malas. "Kamu mama kurung. Tidak boleh keluar kamar," bentaknya lalu membanting pintu kamar putrinya.

Rani berdiri, gadis itu melangkah tertatih. "Ma! Buka pintunya, Ma!" teriaknya serak sambil menggedor pintu.

"Ma... " lirih Rani, gadis itu menyandar di pintu, lalu terisak.

Yang kemudian badannya merosot lalu tumbang begitu saja.

Dia menyerah.

•••

"Maaf. Maaf," Raka terisak, pemuda itu benar-benar menyesal.

Jika saja sejak awal, ia tak mengikuti Rani, mungkin mereka tidak akan semenderita ini.

Jika saja Raka tidak membantu gadis itu, Rani pasti masih baik-baik saja.

Jika saja Raka tidak menghujami Rani dengan perhatian, Rani tidak akan jatuh hati padanya.

Ini semua, salahnya.

Harusnya dia yang menderita, bukan Rani.

"maafin aku, Rani."



Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top