TORTURE
[Aloha! Ada kisah baru lagi untuk kalian. Seperti biasa, ini sudah tamat dengan jumlah chapter 6 dan 66 halaman. Kalian bisa baca selengkapnya di Karyakarsa kataromchick. Silakan juga menggunakan kode voucher (TORTURE) untuk mendapatkan potongan harga. Happy reading 🤎]
Apa ada yang salah jika membenci pria tampan? Maksudnya bukan karena membenci ketampanan mereka, melainkan untuk memberikan warning pada diri sendiri—pada diri Kanita sendiri lebih tepatnya, untuk tidak terjerumus pada ketampanan yang dimiliki para lelaki. Kenapa? Pertama, pria tampan bisa kebanyakan sekarang memilih yang sesama tampan. Kedua, pria tampan lebih mudah menyingkirkan wanita yang tidak mereka inginkan.
Ya, memang tidak ada yang salah dengan memilih wanita yang diinginkan. Hanya saja, bagi Kanita yang tidak memiliki privilege sebagai wanita super cantik, posisinya sangat riskan untuk ditendang oleh para lelaki tampan. Mudah dijadikan mainan saja.
"Nggak perlu takut karena kamu nggak cantik, kamu punya kualitas otak yang bagus, Nit."
Itu mulut kakak sahabat Kanita, namanya Yurgawi yang memang memiliki kemiripan dengan surgawi. Orangtua pria itu tampaknya terlalu mencintai dan memuji putra pertama mereka itu hingga memberi nama demikian. Kanita sendiri bersahabat dengan Yastisya yang sekarang sedang sibuk di luar negeri, melanjutkan studi dan menikmati kebebasan yang diberikan orangtuanya setelah lama sekali tidak diizinkan kemanapun.
"Iya, tahu. Bang Yurga udah sering bilang begitu. Aku punya otak yang bagus. Cara bicara yang menarik setiap pria. Sampai-sampai kebanyakan adalah pria beristri yang nyaman denganku."
Kanita merebahkan kepalanya di permukaan meja dengan kedua tangannya yang menyangga. Dia hampir putus asa dengan semua nasibnya ini.
"Aku nggak mau sama suami orang. Aku mau yang single dan nggak melihat wajahku. Melainkan seperti yang Bang Yurga bilang—otak yang cantik."
Kanita tidak memiliki teman bercerita setelah Yastisya kuliah di luar negeri. Untungnya dia dan Yurga memang cukup akrab. Tidak ada kecanggungan, dan kebetulan Yastisya sudah meminta pada kakaknya itu untuk menjaga dan menjadi teman bagi Kanita.
"Kalo kamu gaulnya sama yang single, pasti dapet. Kamu aja dari tempat kerja selalu nongkrong sama bapak-bapak yang udah berkeluarga."
"Ishh! Di circle itu banyak yang single. Tapi biasanya, yang belum tahu menikah nyarinya memang yang cantik mukanya! Beda sama yang udah makan asam garam pernikahan, udah tahu bahwa muka cantik istri nggak menolong di pernikahan. Pria yang udah beristri lebih paham bahwa mereka ternyata butuh istri yang otaknya jalan dengan baik untuk mengurus rumah dan diajak diskusi. Kecantikan cuma bikin mereka makan hati karena kebanyakan perempuan cantik otaknya nggak sepadan sama silau wajahnya."
Yurga tersenyum karena ucapan Kanita tersebut. Pria itu menuangkan baso Aci yang belakangan viral di media sosial dan mendapatkan review bagus ke dalam mangkuk.
"Ada tiga kategori perempuan yang kayaknya nggak bisa dimiliki ketiganya. Yaitu kaya, cantik, pintar. Kalo udah cantik, biasanya nggak pintar. Yang pintar nggak cantik dan nggak kaya. Atau, kaya dan cantik, tapi nggak pintar. Dan sebagainya. Yang punya ketiganya nggak masuk akal. Kalo ada, itu jarang. Nggak ada yang sempurna di dunia ini, jadi nggak perlu kamu insecure begitu."
Kanita mengambil piring kecil dan sendok garpunya untuk ikut mencicipi baso Aci yang sudah dihidangkan Yurga. Dia mencicip dan terpana dengan rasanya. Memang sangat baso Aci. Bukan yang hanya embel-embel baso Aci tapi rasanya biasa saja.
"Ini enak," ucap Kanita.
"Banyak micinnya, ya enak." Yurga memang sangat tahu maksud Kanita.
"Ya, apa pun yang pake micin memang enak."
Kanita memberikan fokus pada baso Aci miliknya. Namun, dia tidak tahu kenapa dari ujung matanya, dia sedang diperhatikan. Siapa lagi jika bukan Yurga yang memperhatikan?
Kanita menoleh pada pria itu dan Yurga tidak mengalihkan tatapannya. Dia sama sekali tidak ragu untuk menatap mata Kanita.
"Kenapa, Bang?" tanya Kanita.
"Have you ever thought about me, Nit?"
Kanita sedikit terkejut, tapi dia tidak termakan dengan kejutan tersebut. Justru dia berusaha untuk bersikap tenang karena ini pembicaraan yang cukup serius antara dirinya dan Yurga.
"Maksudnya berpikir untuk menjadikan Bang Yurga sebagai sosok pria untuk jadi teman hidupku?"
Yurga menaikkan kedua bahunya. "Siapa tahu?"
"Memangnya Bang Yurga mau sama perempuan nggak cantik kayak aku? Apalagi punya mantan sekelas bidadari."
"Kenapa kita nggak mencoba lebih dulu?"
Itu ajakan yang boleh Kanita ambil, kan?
Tentu saja boleh. Sangat boleh. Asal dia tahu risiko seperti apa yang harus dihadapinya karena menerima ajakan dari pria tampan, yang notabene adalah kakak dari sahabatnya. Tapi aku kenal dia dengan baik. Meragukan pria tampan sekaligus kakak sahabatnya yang dikenalnya dengan baik jelas bukan hal bagus. Kanita jelas ingin mengambil kesempatan yang tidak datang dua kali ini.
Tanpa tahu bahwa kesempatan itu berpotensi menyakitinya.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top