[7/8]

[Jika suatu saat aku menangis ...]

Sore hari di halaman belakang sekolah, di bawah langit merah bersama kekasihmu. Terdengar romantis.

Namun nyatanya, kamu sedang menangis.

Di salah satu bangku tersebut, kalian duduk saling membelakangi. Tsukki paham, kamu tidak ingin terlihat lemah di depannya. Dan Tsukki pula, tidak sanggup melihat air matamu.

"Semua orang berekspektasi tinggi padaku," kamu terisak. Tsukki menarik napas panjang, sedia untuk mendengarmu. Walau sangat menyakitkan baginya mendengar suaramu yang bergetar.

"Aku juga sudah berusaha sebaik mungkin. Tapi lima besar pun aku tidak masuk."

Dengan tangis yang penuh rasa penyesalan serta napas yang tersengal-sengal, kamu menambahkan, "Dulu juga pernah begitu. Aku selalu mengacaukan semuanya. Aku pengacau Kei--"

Belum sempat kamu menyelesaikan kalimatmu, sebuah figur mendekapmu erat. Ia mengusap kepalamu dengan lembut. Yang tak lama kemudian, kamu mendapati bahwa figur itu adalah Tsukki.

"Kalah dalam satu pertandingan bukan berarti kamu gagal," ucapnya. Ia menghapus air matamu. Sejenak, kamu termenung. Dan berangsur-angsur, tangismu mulai mereda.

"[Name]," panggilnya. Tsukki mendorong bahumu yang masih naik turun, ia menatap lurus matamu dan berkata dengan serius, "Kamu jelek kalau nangis."

Otomatis, kamu layangkan tinju ke perutnya.

Ia tertawa kecil. Sedangkan kamu cemberut sembari memalingkan muka untuk menyembunyikan wajahmu yang memerah.

"Kalo sudah main tinju gini berarti sudah enggak sedih lagi kan?" Tsukki tersenyum.

Mendadak, kamu lupa semua kesedihanmu.

[... tetap berada di sampingku, ya? Karena cuma kamu yang bisa menyembuhkan aku.]

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top