Prolog

"Apakah kau sudah menemukannya?”

Pertanyaan itu langsung menghujam telinga seorang wanita yang baru saja kembali setelah berjam-jam pergi ke sebuah pemukiman terpencil untuk mencari sebuah ramuan ajaib.

Wanita itu tak berbicara, ia langsung mengeluarkan botol ramuan beserta petunjuk pemakaiannya dari tas kain buluk miliknya. Dan Ratu yang sejak tadi menunggu, langsung merampas botol itu.

"Baiklah, sekarang kau pergi dan bilang ke orang-orang bahwa penyihir itu yang membuat anak-anak mereka menjadi aib kerajaan,” ucapnya. Tersenyum jahat, matanya masih lekat menatap botol itu di bawah cahaya yang memantulkan kemilau yang memikat.

"Tapi, mengapa yang Mulia? Bukannya, dia t–"

Sosok yang dipanggil 'yang mulia' itu berbalik dan menatap tajam ke arahnya, "Turuti saja perintahku! Dan sebaiknya tutup mulutmu, tentang rahasia ini sampai kau mati!"

Wanita paruh baya yang bernama Tara itu menunduk dan mengangguk pelan, "B-baik, yang Mulia.”

"Jadi, tunggu apalagi?! Cepat pergi!”

Dengan cepat, Tara pergi dari ruangan itu. Dengan perasaan takut, kecewa dan kasihan dengan dirinya sendiri.

Ia tak menyangka, jika Ratu kerajaan mementingkan dirinya sendiri dengan memerintahkan perbuatan keji itu untuk orang yang sudah menolongnya padahal ramuan itu dibuat untuk mengobati rakyat yang lain. Tapi, apa boleh buat?

Nasi sudah menjadi bubur. Sekarang, ia malah secara terang-terangan diikuti oleh prajurit kerajaan dari kejauhan.

Wanita itu tak tahu harus mulai darimana, apakah keputusannya benar dengan mengikuti perintah Ratu? Apa penyihir itu penyebab aib kerajaan?
Tara benar-benar bingung. Tapi, jika tidak ia lakukan, pasti keluarganya juga ikut mendapat hukuman berat karena dianggap membangkang terhadap perintah kerajaan.

🎭

Dengan cepat, berita itu menyebar dari mulut ke mulut hingga terdengar ke telinga Raja. Hal itu, membuatnya murka dan menyuruh prajuritnya untuk menangkap penyihir itu dan mengaraknya keliling setiap kampung sebelum ia dihukum atas perbuatannya - tanpa mencari kebenarannya terlebih dahulu. Apakah benar penyihir itu yang menyebabkan kutukan itu ada?

Saat matahari sudah tenggelam, sorak sorai kemarahan mulai terdengar dari luar kerajaan. Para rakyat telah berkumpul mengikuti para prajurit yang mengarak penyihir itu sampai ke halaman kerajaan.

"Perhatian, harap tenang! Raja kita ingin bicara,” ucap salah satu prajurit sedikit berteriak.
Saat kumpulan itu sudah diam, Raja pun maju beberapa langkah, "Wahai rakyatku, inilah orang yang telah mengkhianati kerajaan. Ia membuat kutukan dan membuat aib kerajaan. Ia berhak dihukum.”

"BENAR!!! HUKUM SAJA DIA!!!” balas rakyat dengan serentak.

Perempuan yang dianggap penyihir itu memberontak di dalam ikatan kayu, hatinya dengan keras mengatakan bahwa itu tidak benar. Ia telah difitnah dan dijebak untuk kepentingan sendiri.

"Baiklah, bawa dia ke ruang eksekusi agar kutukan sekaligus aib ini hilang selamanya,” titah Raja. Yang langsung mendapat sorak gembira dari rakyat.
Perempuan bernama Mage itu masih memberontak saat kain hitam mau menutupi kepalanya, prajurit tak memperdulikannya dan mendorongnya untuk berbaring di tempat eksekusi.

Saat terdengar, decitan kayu telah diturunkan, Mage bersumpah dalam hatinya, "Dia akan datang untuk membalaskan dendam atas kematian ku yang tak bersalah ini, kalian semua harus dihukum!!”

Tara yang melihat dari kejauhan hukuman mati itu, hanya bisa menunduk pasrah dan kembali ke rumah. Berharap keputusannya itu tidak salah.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top