3 : Pulang (TAMAT)

(Topeng Yang Dipakai Jack👆Design By Me:"v)

Bastian dan Zara berjalan dengan kaki terseok memasuki hutan. Meskipun bukan hanya kaki Zara yang terluka namun Bastian tetap bersedia mengorbankan tubuhnya untuk memapah Zara, karena dirinya lebih kuat dari gadis tersebut.

Sekitar 40 menit mereka berjalan memasuki pulau dari rumah Jack sebelum akhirnya menemukan pemukiman warga, membuat mereka berdua bernapas lega. Awalnya para warga cukup terkejut mendapati dua orang tersebut dalam keadaan penuh luka dan berdarah, namun akhirnya mereka segera mengambil alih memapah Zara dari Bastian dan ikut memapah Bastian pula dibawa ke sebuah rumah seorang warga.

"Ini pasti ulah si gila itu, bukan?"
Seorang ibu-ibu yang diyakini Bastian sebagai pemilik rumah membuka suara sembari tangannya sibuk mengoles sesuatu di atas sebuah daun berukuran cukup besar.

Warga lain yang masih berkerumun di depan pintu perlahan pergi setelah ibu tadi mengibaskan tangan, tanda menyuruh meninggalkan rumahnya.

"Ibu tau tentang dia?"
Zara bertanya sambil meringis kesakitan ketika ibu tadi menempelkan daun yang Zara serta Bastian tak tau namanya. Daun yang sama juga ditempelkan di bagian tubuh Bastian, ia mengerang sedikit, lantaran lukanya yang terkoyak terasa pedih.

"Tahanlah, nak. Daun ini mampu menghentikan pendarahan. Mengenai si gila itu, tentu Ibu tau, semua warga di sini tau siapa dia. Jack si pembunuh yang punya kelainan jiwa, dulu dia sempat dipasung supaya tak mengganggu warga. Tapi dia meronta tak mau, dan akhirnya mengutuk para warga akan mendapat kesialan jika terus mengurung dan memasungnya. Awalnya kami tak peduli dan menganggap kata-kata Jack hanya rutukan yang tak penting. Tapi setelah beberapa hari kami mengurungnya, banyak kesialan yang menimpa kami semua. Dari mulai beberapa rumah mengalami kebakaran, ada yang mendadak meninggal dunia tanpa sebab yang jelas, dan terakhir hujan datang terus menerus membuat air laut pasang, tentu menyulitkan para nelayan untuk berlayar. Entah darimana si gila itu mendapatkan kekuatan. Yang pasti karena sudah tak tahan dengan semua kejadian, akhirnya warga beramai-ramai mendatangi rumah Jack, berjanji akan melepaskannya dengan satu syarat. Ia tak boleh pergi ke sini dan dilarang mengganggu kami semua. Dia setuju dengan mengambil alih pantai di dekat rumahnya menjadi wilayahnya. Jadi, dia punya wilayahnya sendiri dan dilarang ke sini, begitu juga sebaliknya, kami tidak menginjakkan kaki ke sana."

Bastian mulai mengingat sebuah salib besar yang berada di rumah Jack, ia berpikir mungkinkah kekuatan Jack didapat dari sana? Sulit dipercaya karena Tuhan maha baik.

"Saat warga mengurung Jack, apa dia sudah membunuh sejak saat itu?"
Ibu dengan rambut bergulung asal itu melirik Bastian dan mengangguk, "Ya, tapi hanya membunuh binatang. Seperti kucing, tikus, dan lain-lain. Terkadang selesai membunuhnya dia langsung memakan binatang-binatang tersebut. Itulah akhirnya warga khawatir dia akan bertindak lebih jauh, apalagi karena ketidakwarasannya dia sering tertawa sendiri, bicara sendiri, bahkan marah-marah tidak jelas."

Zara menutup mulut membayangkan seekor kucing dan tikus dibunuh lalu setelahnya dimakan bersama darah segar mereka. "Sebenarnya apa yang membuat dia jadi tidak waras begitu?"

Ibu yang tengah mengobati sementara luka Zara dan Bastian menghela napas panjang, seolah berat untuk menjawab pertanyaan dari Zara. "Memang, ada kisah tragis dibalik bagaimana Jack bisa menjadi pembunuh seperti sekarang ini. Rumah yang ia tempati bersama orang tua dan Kakaknya pada suatu hari kebakaran, menyebabkan orang tua dan Kakaknya meninggal saat itu juga. Tapi untunglah, Jack sempat diselamatkan oleh salah seorang penduduk kami. Sejak kejadian itu, Jack sudah menunjukkan tanda-tanda depresi, ia bahkan menyayat wajahnya sendiri dan berniat bunuh diri, syukurlah kami berhasil menghentikan niatnya tersebut. Itu sebabnya wajah Jack penuh jahitan, itu karena ulahnya sendiri. Sehari setelah kejadian percobaan bunuh dirinya, Jack membangun kembali rumah untuk dirinya sendiri dengan letak yang jauh dari pemukiman kami, yang cukup dekat dari pantai. Rumah yang kalian kunjungi."

Mendengar kenyataan itu, Zara melirik Bastian yang tampak terkejut dengan kejadian tragis yang dialami Jack. Di hatinya muncul secercah perasaan bersalah karena sudah membunuh pria tersebut.

"Kalian harus dibius dulu untuk menjahit luka kalian. Sebentar lagi Pak Lawi datang, dia seorang dokter yang sudah pensiun."

Zara menaikkan satu alis, memasang raut tak yakin. "Dijahit? Apa di sini tak ada rumah sakit atau klinik?"

Ibu tadi menyunggingkan senyum. "Di sini tak ada klinik, apotik, atau pun rumah sakit. Hanya Pak Lawi yang diandalkan jika ada warga yang sakit. Tenang saja, alatnya lengkap dan aman."

Zara hanya mengangguk ragu, sedangkan Bastian menelan ludah, cukup khawatir dengan apa yang akan terjadi pada lukanya.

"Ngomong-ngomong siapa nama kalian? Kalau Ibu, Ibu Marni."

"Saya Zara, dan ini Bastian. Bastianlah yang menyelamatkanku dari kurungan Jack, bu."

Bu Marni menautkan alis bingung. "Mengapa dia melakukan itu padamu?"

"Dia bilang aku dan teman-temanku yang lain sudah merusak wilayahnya. Memang, waktu itu kami membuang sampah di tepi pantai, dan banyak melakukan hal buruk lainnya di sana. Kami berencana untuk berkemah di tepi pantai, namun semuanya jadi hancur saat Jack mengetahui keberadaan kami yang menurutnya sangat mengganggu. Saat malam tiba, aku tak tau apa yang terjadi tiba-tiba saja kami semua sudah berada di sebuah rumah kayu, dan di malam itu juga Jack menghabisi nyawa teman-temanku di depan mataku."
Bu Marni segera membawa Zara yang terisak ke dalam pelukannya. Sedangkan Bastian yang mendengar hal itu mengalihkan pandangan ke lain, teringat akan sosok Renald.

Bukan hanya Zara yang merasa kehilangan, tapi Bastian juga.
Apalagi ia sendiri belum tau bagaimana nasib ketiga temannya yang lain.
Bastian sangat berharap mereka semua selamat.

"Jack sudah mati! Jack sudah mati!"
Bu Marni, Bastian, dan juga Zara sontak menatap ke luar, ke arah suara teriakan barusan.

Semua warga berkumpul mendengar teriakan tersebut termasuk bu Marni juga Bastian dan Zara.

"Kalian lihat ini? Aku menemukannya di depan rumahnya sendiri. Ada yang membunuh Jack. Syukurlah."
Pria yang berteriak tadi kembali membuka suara dengan antusias seraya menunjukkan kepala Jack yang dibawanya.

"Saya yang membunuhnya."
Semua perhatian warga tertuju pada Bastian tak terkecuali bu Marni.

Sedetik kemudian semua warga bersorak sorai bahagia dan membanjiri Bastian dengan ucapan terima kasih. Semua warga senang, sekarang tak ada lagi yang akan mengganggu ketenangan mereka. Sedangkan Bastian sendiri tampak termenung, mendengar cerita dari bu Marni membuatnya tak yakin bahwa tindakannya itu benar.

Beberapa saat kemudian barulah pak Lawi datang dan segera menangani luka milik Bastian dan Zara setelah sebelumnya mereka dibius dulu.

Hari itu Bastian dan Zara tidak langsung dibawa pulang ke tempat tinggal mereka dikarenakan hari sudah hampir malam. Keesokkan harinya barulah Bastian dan Zara berpamitan kepada bu Marni serta warga yang lain.

Mereka pulang diantar oleh suami dari bu Marni menggunakan kapal.

Bastian dan Zara langsung berpisah ketika tiba di kota, kembali ke rumah masing-masing. Namun mereka sudah saling bertukar nomor, berencana untuk sering bertemu agar bisa menjadi teman baik.

Sayangnya kemalangan harus kembali menimpa Bastian.
Kapal yang tempo lalu ia sewa untuk berlibur bersama Renald dan ketiga temannya yang lain berhasil ditemukan dalam keadaan rusak parah dan tenggelam di dasar laut.

Ketiga teman Bastian yang menghilang juga dapat ditemukan namun dalam kondisi tak bernyawa.

Jadi akibat kejadian nahas itu hanya Bastianlah satu-satunya yang selamat. Sebenarnya berdua bersama Renald, kalau saja Jack tak membantai sahabatnya tersebut.

Bastian menceritakan hal pahit itu pada Zara. Begitu pula kejadian liburannya dan juga di pulau topeng jahit, semuanya diceritakan Bastian pada kedua orang tuanya beserta orang tua dari Renald.

Dengan besar hati orang tua Renald pergi ke pulau topeng jahit ditemani Bastian untuk mengambil jasad Renald yang tertinggal di rumah Jack untuk dimakamkan dengan layak.

Bastian meneteskan air mata saat melihat semua jasad teman-temannya dikuburkan. Dia tak yakin bisa melupakan kejadian ini secepatnya. Semua tak lagi sama. Semua berubah begitu cepat.
Dan Bastian rasanya tak siap untuk menjalani kehidupannya lagi.

The End

Holahoo! Udah lama beut gak update kan😩akhirnya cerpen ini selesai jugak:( Maap kalo endingnya gak memuaskan:"
Dan terima kasih buat kalian yang udah mau baca cerpen gaje ini sampe akhir😘 See u di ceritaku yg lain yak❤

Finish.27.Sept.19
Edit.27.Mei.20

Jangan plagiat.
Jangan siders.
Jangan sampe gak Vomment😚

❤MelQueeeeeen

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top