Bab 7
Ayu mengintip melalui celah jendela yang tidak tertutup oleh tirai. Kamar itu remang-remang namun Ayu masih bisa melihat ke dalam sejauh yang dapat dijangkaunya. Beberapa lembar pakaian berserakan di lantai, dan juga beberapa bungkus bekas makanan ringan. Dari sudut yang bisa terlihat oleh Ayu, kamar itu kelihatan kotor dan tidak terurus. Ayu bergidik.
"Kenapa Mbak?"
Ayu hampir melompat karena terkejut. Kikan tiba-tiba saja sudah berdiri di belakangnya.
"Astaga Kikan, hampir copot jantungku," Ayu memegangi dadanya. "Aku penasaran dengan orang yang tinggal disini. Bebarapa malam ini aku mencoba mengintip untuk memastikan siapa dia, namun rupanya dia tidak pulang beberapa malam ini."
"Mbak masih penasaran ya?"
"Iya. Aku merasa benar-benar mengenal cara berjalannya."
Kikan membungkuk dan melihat melalui celah terbuka yang dilihat Ayu sebelumnya. "Kelihatannya tidak ada siapa-siapa Mbak, di dalam."
"Iya," kata Ayu sedikit kecewa. "Jadi penasaran, siapa ya orang itu, kok kesannya misterius sekali. Dari pertama kali menyewa kamar ini sampai detik ini, tidak ada satupun dari kita yang pernah melihatnya."
"Kamarnya kotor sekali," Kikan mengernyitkan hidungnya. "Pasti dia tidak pernah beres-beres. Mbak sama sekali belum pernah bertemu langsung dengan orang ini?" Kikan menunjuk kamar yang tertutup rapat itu.
"Belum. Jangankan aku, Pak Banu saja belum pernah," jawab Ayu sambil berpikir. "Aku ingat waktu itu Pak Banu bilang kalau orang yang menyewa kamar ini mengirimkan uang sewanya lewat rekening dan kuncinya diambil setelah lewat tengah malam. Aneh sekali kan?"
"Mungkin dia putri seorang pejabat yang sedang melarikan diri Mbak," ujar Kikan. "Atau selebritis yang sedang menghindari sorotan media?"
Ayu tertawa kecil dan menepuk bahu Kikan pelan. "Ada-ada saja..., tapi bisa jadi sih, mengingat betapa misteriusnya dia. Sudah ah, aku harus berangkat kerja. Yuk..."
Ayu berlalu dari hadapan Kikan dan ia kembali ke kamarnya. Kikan tidak suka mencampuri urusan orang lain. Ayu memang baik hati, namun kadang-kadang sifatnya yang suka bergunjing membuat Kikan merasa lebih baik tidak bergaul terlalu dekat dengannya.
%%%
Mayda tersenyum sinis, "Kau lihat Net, cewek bego itu mencoba mengusik kita." Dia pikir dirinya pintar. Apa? Putri pejabat yang melarikan diri? Selebritis?"
Aneta tertawa geli mendengar omelan Mayda. "Akui saja May, teori itu masuk akal juga lho... Kau bisa lihat ternyata dia lumayan cerdas kan?"
"Si Ayu itu, aku harus melakukan sesuatu padanya," desis Mayda gemas. "Dia bisa membongkar rahasia kita."
"Aku juga berpikir seperti itu. apa perlunya dia mengintip-intip kamar kita, bergaya seperti detektif segala."
"Si perawan tua itu juga tolol, dia malah melayani ocehan tidak penting si Ayu itu."
"Mungkin...kita harus memikirkan sesuatu cara untuk membuat si Ayu itu berhenti mengganggu kita. Kelihatannya dia tidak akan berhenti kalau belum benar-benar mengetahui siapa kita. Lagipula, semakin penasaran seseorang, maka akan semakin nekat dia melakukan sesuatu yang bisa memuaskan rasa penasarannya."
"Kita bisa meminta Jodi untuk mengerjai dia?"
"Kelihatannya itu cara yang jitu. Aku akan membicarakannya dengan Jodi nanti. Kita akan mengatakan bahwa dia mengganggu Kikan, supaya Jodi mau membantu kita. Anak tolol itu paling bersemangat kalau urusan membela cewek lemah itu kan?"
"Kau cerdas Net!"
"Jangan khawatir May, dia bukan apa-apa," ujar Aneta menenangkan.
"Sekarang, mumpung ada waktu, bagaimana kalau kita ke pantai?"
%%%
Jodi suka membuat sketsa, terutama pemandangan. Ia menyukai keindahan alam dan semua unsurnya. Ia bisa menggambar berjam-jam, larut dalam keasyikannya bila telah menemukan obyek yang disukainya untuk ditumpahkan diatas kertas.
"Mengapa kau lebih suka menggambar di atas kertas? Kau bisa membeli kanvas dan cat yang bagus kan?" tanya Aneta.
"Tidak, aku lebih suka menggambar diatas kertas," jawab Jodi datar.
"Lebih alami dan mudah dilakukan dimanapun aku ingin. Aku hanya perlu kertas dan pensil saja."
"Gambarmu bagus sekali," puji Aneta tulus. "Kau sangat berbakat."
"Terima kasih," jawab Jodi datar. Ia memandangi sketsa matahari terbenam yang telah selesai dibuatnya. "Ya. Ini memang gambar yang indah."
Aneta berpaling, dan Jodi merobek-robek gambar di tangannya menjadi serpihan kecil.
Ternyata kau sangat terampil... gambar-gambarmu indah sekali... Ayahku mempunyai sebuah sanggar melukis, maukah kau belajar menggambar di tempatnya?
%%%
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top