🍀
Pagi sudah menyapa meskipun hawa dingin masih setia dirasa. Sakura dengan rasa pusingnya masih terasa akibat semalam, sangat enggan singgah dari tempatnya sekarang. Meskipun sudah lama tapi aroma Itachi bisa tercium dan itu membuatnya kembali sangat merindukan pria itu.
Tapi saat ingat apa yang terjadi membuat senyumannya seketika lenyap,"aku benci padanya." Gumamnya dan beranjak dengan lesu menuju pintu karena suara ketukan dan panggilan untuknya.
"Apa tidurmu nyenyak?"
Alih-alih menyapa selamat pagi justru Konan menanyakan keadaannya yang sedang berantakan. Yang ia ingat hanya sebelum tertidur terlalu banyak minum dan setelah itu ia tidak mengingat apapun. Mungkin tujuannya minum memanglah sangat tepat, menghilangkan rasa sedihnya.
"Um, ya." Sakura mengangguk pelan dengan kondisi yang masih berantakan akibat baru saja terbangun dari tidurnya. Tapi melihat Konan yang bersikap aneh dengan tersenyum jahil lalu mengedipkan sebelah matanya membuat Sakura kebingungan.
"Ada apa?" Tanya Sakura merasa jika Konan sedang mentertawainya. Ia merapihkan rambutnya yang berantakan dan mengusap kedua pipinya, memastikan kondisinya.
"Apa ada yang aneh?"tanyanya lagi dan sontak Konan semakin terkekeh.
"Tidak baik melewatkan sarapan dan aku baru tau nyamuk disini ternyata sangat ganas ya." Ujar Konan yang masih terkekeh kemudian berbalik pergi dengan tawa kecilnya.
Merasa tidak mengerti akan maksud Konan, Sakura berbalik menuju kamar mandi untuk merapikan dirinya. Namun saat ia menyisir dan akan mengikat rambutnya, kedua matanya membulat melihat warna merah yang sangat kentara dilehernya. Hanya titik merah yang tidak begitu besar namun sangat jelas.
"A-apa-apaan ini?" Sakura berusaha mengosoknya, mengira itu adalah lipstiknya tapi nyatanya tanda itu tidak hilang.
"Apa disini nyamuknya seganas itu?" Tanyanya kepada diri sendiri karena ingat akan perkataan Konan barusan.
"Aku harus segera pergi." Sakura bergegas keluar kamar mandi. Ia akan menyusul Konan setelah memakai sweater turtle neck milik Itachi yang ada pada lemari. Meskipun sangat besar saat dipakai tapi, 'biarlah.' ujarnya dalam hati karena berpikir sang pemiliknya sekarang tidak berada disini dan ia hanya meminjamnya sebentar.
.
.
.
Sakura terus berbincang dengan Konan disela acara sarapannya. Banyak hal yang mereka ceritakan tentang keadaan disini. Bagaimana pria yang sekarang menjadi koki mengantikan Itachi tadi sempat bergabung dengan mereka, bagaimana seorang Hidan yang terus kedatangan perempuan yang dengan terang-terangan menyukai pria taat itu dan lainnya. Dan saat Konan menanyakan tentang pria yang tidak ingin didengar membuat mood Sakura langsung memburuk.
"Bagaimana dengan kabar Itachi?"
Jujur saja Sakura masih kesal karena perlakuan Itachi kepadanya meskipun dalam hati ia terus menyebut namanya.
"Kalian temannya sebelum kedatanganku, pasti bisa menghubunginya."ujar Sakura dengan enggan namun dalam hati ia mati-matian berusaha menahan kesedihannya yang kembali meluap.
"Tapi sepertinya dia sangat mencintaimu?" Konan menghela napas pelan saat melihat raut wajah Sakura yang sangat nampak terluka. Tidak dijelaskan pun ia sangat tau jika sesuatu telah terjadi kepada mereka.
"Hm entahlah." Sakura langsung merasa tidak ada minat lagi pada makannya dan memilih memalingkan wajahnya, menatap laut di depan sana.
"Jika kau ingin menikmati harimu silahkan," Konan menarik tangan Sakura dan menggenggamnya. Dengan senyuman tulus ia tunjukan untuk teman perempuannya itu,"tapi pastikan memakai jaketmu karena udara sangat dingin."ujarnya lembut.
Melihat perlakuan Konan membuat Sakura pun ikut tersenyum. Jika saat seperti ini biasanya Ino selalu menemaninya tapi untuk saat ini menghampirinya sepertinya bukan hal yang mudah dan baik karena ia baik Ino perlu waktu untuk saat ini.
"Terimakasih Konan-nee-san." Sakura berucap tulus karena merasa jika kedatangannya ke sini adalah hal yang baik saat ini, dimana seseorang bisa memahaminya dengan tidak terlalu banyak bertanya.
"Sama-sama."
.
.
.
.
"Aku ingin menenangkan diri dulu Onii-chan." Sakura menghela napas saat berbicara dengan Kakaknya yang terus bersikeras untuk menyusulnya sedangkan ia berencana akan kembali setelah ia merasa baikan. Bukan fisiknya yang sakit tapi hatinya yang merasakan sakit.
"Ne, akan aku telpon lagi nanti "Sakura menutup sambungan telponnya dan memasukannya pada saku jaket. Pandangannya melihat ke lautan disana, melihat keindahan alam yang selalu menenangkannya walaupun hanya sesaat.
Sakura kembali menghirup udara dan dihembuskannya perlahan secara berulang-ulang, membuat hembusan asap keluar dari mulutnya. Sebenarnya ia masih tidak percaya akan ucapan Itachi yang menyakitinya karena ia yakin semua itu karena Shisui yang merupakan sepupu Itachi. Tapi yang membuatnya kesal setengah mati adalah pria itu yang lebih memilih mengalah daripada perasaannya sendiri
"Udara sangat dingin kenapa berlama-lama diluar?"
Suara seseorang membuat Sakura terkejut bukan main. Gadis itu menyentuh dadanya karena rasa terkejutnya.
"Nagato-san."
Pria pengganti Itachi di dapur ternyata sudah berdiri disampingnya dengan senyuman kecilnya. Jika dilihat-lihat rambut pria itu mengingatkannya kepada sang Kakak.
"Maaf jika mencampuri tapi sepertinya kau sedang bimbang?"Nagato bertanya dengan tatapannya yang tertuju pada lautan didepan sana. Mereka berdiri bukan di pasir bibir pantai melainkan sebuah dermaga kecil yang berada di selatan restoran mereka.
"Sepertinya aku mudah ditebak ya." Ujar Sakura merasa kesal karena apa yang mereka katakan selalu benar sedangkan ia tidak bisa berbuat banyak untuk menutupinya.
"Tidak juga," Nagato menolak ucapan itu. Karena ia mengatakan itu hanya saat ini, dimana melihat pancaran dari kedua mata gadis itu yang terlihat menyendu. Sedangkan tadi pagi dia terlihat ceria dengan berbagai ceritanya.
Sakura hanya bergumam menanggapinya, tidak ambil pusing. Lagipula mau terlihatpun tidak masalah karena ia memang sulit untuk menyembunyikan sesuatu dari dirinya sendiri.
"Jika dia menyakitimu aku harap kau tidak membencinya," Nagato berbicara masih dengan pandangannya yang tertuju pada lautan didepan sana. Ketenangan dalam ucapan, sikapnya membuat Sakura menoleh, memperhatikannya.
Saat Sakura ingin menanyakan apa maksud ucapannya itu, Nagato kembali berbicara membuat Sakura kembali mengatupkan mulutnya.
"Karena dia hanya tidak ingin dilihat olehmu tentang kelemahannya."
Sebenarnya Sakura tidak tau apa maksud dari perkataan Nagato itu. Tapi entah kenapa ia langsung terpikirkan Itachi yang terus mendorongnya menjauh.
"Apa dia sedang berpura-pura dengan melakukan itu?" Sakura bertanya dengan objek dalam pikirannya adalah Itachi sedangkan ia tidak tau siapa yang dimaksud Nagato. Tapi Sakura ingin tau pendapat Nagato tentang sosok yang dia maksudkan.
Nagato menoleh dan tersenyum tipis, "karena kelemahannya adalah melepas orang yang dia cintai."
Jujur saja Sakura tidak mengerti apa dari maksud perkataan Nagato. Jika tau tidak bisa kenapa melepaskannya dan menyakitinya?
"Kenapa dia bodoh." Sakura merasa kesal hanya dengan memikirkan orang seperti itu. Entah kenapa ia ingat sosok Itachi yang menyebalkan.
"Karena dia harus melakukannya meskipun dia tau jika dia sendiri akan hancur."
"Ya Tuhan, ternyata ada orang sebodoh itu." Sakura tidak percaya jika ada orang seperti itu. Kenapa tidak menjadi egois, memikirkan diri sendiri daripada menyakiti sesorang yang dia cintai hanya demi hal yang belum pasti.
Nagato tertawa pelan, "ada." Ujarnya dengan menunjuk dengan dagunya pada arah belakang Sakura,"dia orang terbodoh di dunia sekarang."lanjutnya kemudian pergi meninggalkan Sakura yang kini terpaku pada sosok yang ia benci namun dirindukannya itu.
Jarak mereka hanya terpaut tiga langkah namun Sakura terasa kelu hanya untuk mengatakan sepenggalan kalimat saja. Entah kenapa sekarang untuk menyapanya saja terasa begitu sulit.
"Ap--" perkataan Sakura terhenti saat tubuhnya tiba-tiba ditarik dan didekap erat oleh pria yang sudah beberapa hari ini mengacaukan pikirannya.
"Maafkan aku."
Kedua tangan Sakura menggantung tanpa membalas pelukan itu. Tubuhnya hanya bisa mematung atas apa yang terjadi sekarang. Belakangan ini Itachi selalu bersikap yang melukainya dan kini pria itu sangatlah berbeda membuatnya sungguh tidak mengerti.
Sakura melepaskan diri dari pelukan Itachi dan menatap pria yang lebih tinggi darinya itu dengan tatapan tidak percaya.
Menggeleng karena masih tidak mengerti akan apa yang terjadi, Sakura memilih melangkah, melewati Itachi yang terdiam.
'Apa aku sedang bermimpi.' gumam Sakura yang terus berjalan dengan pertanyaan-pertanyaan yang terus bermunculan dibenaknya.
Kemarin ia bertemu dan tidak mungkin Itachi menghampirinya kesini kan? Dan hal yang membuatnya bingung adalah alasan kedatangan pria itu kesini. Apakah itu untuknya atau hanya kebetulan saja.
"Haish, aku tidak peduli." Sakura terus berjalan dengan gumaman disepanjang perjalanannya menuju restoran sedangkan Itachi terus melangkah dibelakang Sakura, mengikuti kemana gadis itu pergi.
Sakura sudah masuk ke dalam dan Itachi menghentikan langkahnya, sedangkan pandangannya terus tertuju kepada gadis itu.
"Sepertinya dia sudah mulai tidak percaya kepadamu."
Itachi masih melihat ke depan meskipun Sakura sudah tidak terlihat, sedangkan kini sudah ada pria berdiri di sampingnya.
"Kejar kembali dan yakinkan dia akan penyesalanmu."
Itachi mendengus pelan mendengarnya.
Perkataan temannya mungkin memang benar, tentang Sakura yang kini membencinya karena perlakuannya. Dan setelah apa yang terjadi ia sungguh menyesal membuat Sakura terluka akan perlakuannya. Meskipun sejak awal ia yakin karena harus melakukan itu demi Shisui, tapi perkataan Sakura terus terngiang-ngiang dan membuatnya sadar jika ia sudah melakukan kesalahan besar.
"Bagaimana denganmu, bagaimana denganku?"
Kata-kata itu membuatnya menyesal Karena sudah menyakiti orang yang ia cintai dan mencintainya.
Mungkin karena ia menganggap sosok Shisui adalah adiknya membuatnya ingin melihat kebahagian didapatkannya. Tapi sekali lagi, apa yang dilakukannya pun salah karena sudah melukai Sakura.
"Bagaimana dengan--"
"Untuk kali ini cobalah egois dan pentingkan diri sendiri Itachi." Pria disampingnya menyela perkataan Itachi karena tidak suka saat kebimbangan ada pada diri Itachi.
"Bukan hanya kau tapi pikiran Sakura yang juga mencintaimu."
Perkataannya memang benar. Jika ia memilih menyerah justru yang ada ia kehilangan apa yang dicintainya dan yang lebih menyakitkan adalah Sakura membencinya. Mungkin ia harus bertemu dan berbicara kepda Shisui dan Kakeknya untuk masalah ini.
"Bahkan dia gadis yang sudah lama kau sukai bukan?"
Mendengar pertanyaan itu membuat ingatan Itachi otomatis kembali berputar pada waktu itu, dimana ia melihat gadis duduk dengan menekuk kedua lututnya disaat hujan turun dengan derasnya. Dan karena pertemuan itu ia beberapa kali datang menemaninya, hingga suatu hari gadis itu tidak lagi datang dan menghilang entah kemana.
Dan saat malam itu sebenarnya bukanlah untuk pertama kalinya ia kembali bertemu dengannya. Saat gadis itu masuk di salah satu universitas pun ia tau dan sering bertemu meskipun tidak saling menyapa. Ia ingin menyapa tapi sepertinya gadis itu tidak mengingatnya, apalagi saat tau jika disampingnya sudah ada sosok yang selalu menemaninya.
Tapi ada disaat-saat tertentu, saat gadis itu datang di cafe mereka yang terdapat tidak jauh dari kampus, gadis itu selalu datang. Kadang bersama kekasihnya itu, kadang dengan teman perempuan dan kadang sendirian hanya ditemani sebuah laptop dan buku sketsa. Ia tau karena sering memperhatikannya, itulah yang hanya bisa dilakukannya. Katakanlah ia pengecut hanya bisa memandangnya dari jauh, tapi hanya dengangan begitu saja membuatnya tenang bisa selalu melihatnya.
"Terimakasih Nagato." Ujar Itachi karena berkat perkataan Nagato membuatnya sekarang lebih yakin akan keputusannya.
Nagato, pria yang juga tadi sempat berbincang dengan Sakura menepuk bahu Itachi pelan.
"Sebagai teman aku ingin kau bahagia Itachi."
"Hn."
.
.
.
Konan nyaris terbahak melihat wajah Itachi yang kini sudah dipenuhi kecemburuan. Bagaimana tidak? Saat susah payah menyusul namun kini Sakura sedang tertawa dengan pria lain. Ah, sedikit cerita ia sudah mengetahui masalah mereka dari Sakura. Bukan tidak ingin mendukung Itachi tapi ia ingin melihat bagaimana Itachi merasa menyesal atas apa yang dilakukannya sedangkan siapa yang akan bersama Sakura itu adalah pilihan Sakura, karena ia tidak bisa berbuat banyak walaupun hanya untuk membantu Itachi sedikit saja.
Itachi bersender dimeja bar dengan kedua tangan bersilang sedangkan tatapannya terus tertuju kepada kedua manusia yang kini sedang berbincang bersama. Shisui duduk membelakanginya sedangkan Sakura saling berhadapan namun gadis itu kadang mengacuhkannya saat tatapan mereka bertemu.
"Mereka serasi ya?" Tanya Konan dengan menyerahkan teh hangat kepada Itachi.
"Ini lebih sehat karena akan sangat lucu kalau kau mabuk disiang hari bukan?"
Konan bisa merasakan apa yang dirasakan Itachi saat ini. Bukan, bukan karena ia menyukai Itachi tapi dari sini ia bisa sangat jelas melihat bagaimana Sakura terus menyentuh pipinya dengan senyumannya saat berbincang dengan sepupu Itachi itu.
"Tidak ada kata terlambat Itachi, kenapa tidak ber--" belum Konan menyelesaikan ucapannya, Itachi sudah melangkah menghampiri Sakura dan Shisui berada.
"Dasar bodoh." Gumam Konan tidak habis pikir. Setelahnya, ia memilih pergi ke dapur dimana Nagato dan Pain berada meninggalkan ketiga orang itu sedangkan Hidan, Kakuzu dan Deidara sedang membeli bahan makanan.
.
"Ah Itachi aku tidak tau ternyata kau disini."
Itachi melirik Sakura sekilas dan bergumam menanggapi perkataan Shisui barusan.
"Hn."
"Jadi kalian kenal disini begitu kan?"tanya Shisui karena ingat akan ucapan Itachi tempo hari.
"Hn."
Wajah datar Itachi dengan aura tidak menyenangkan tentu dirasakan baik Sakura dan Shisui. Namun Sakura memilih mengabaikannya sedangkan Shisui memukul bahu sepupunya itu karena merasa tidak enak kepada Sakura.
"Ekspresi macam apa itu Itachi," dengus Shisui tidak habis pikir,"kau menakuti Sakura tau."
Mendengar itu membuat satu alis Itachi terangkat. Ia menoleh menatap Sakura,"benarkah itu Sakura?" Tanyanya.
Namun Sakura enggan melihat tatapan itu membuatnya memilih mengabaikannya lagi.
"Tidak."
"Kau dengar Shsiui?" Satu sudut bibir Itachi terangkat dan satu tangan dengan ibu jari menyentuh leher Sakura membuat gadis itu berjengit karena terkejut.
"Ada semut dilehernya." Ujarnya santai dan menarik kembali tangannya.
"Kau sangat tidak sopan Itachi." Shisui berujar datar dengan rasa kesalnya karena tindakan Itachi barusan sedangkan Itachi hanya mengendurkan bahunya.
"Sepertinya semut itu ingin mengatakan jika itu miliknya."
Kali ini, satu alis Shisui terangkat mendengar ucapan Itachi.
"Hah?"
"Shisui-san apa kau ingin disini?" Sakura menyela pembicaraan mereka karena sudah merasa jengah atas tindakan Itachi. Mungkin dulu ia akan tersipu tapi kali ini yang ada ia hanya kesal dibuatnya.
Shisui menggeleng,"tidak, kenapa?"
Sakura bangun,"aku akan pulang dan terimakasih." Ucapnya kemudian pergi untuk mengambil kunci mobilnya yang berada dikamar.
"Karena kau dia pergi." Shisui menyalahkan Itachi atas kepergian Sakura sedangkan yang dituduhnya hanya tersenyum atau lebih tepatnya menyeringai senang.
"Kau tidak pulang?"tanya Itachi.
"Aku akan pulang bersama."
"Kau bawa mobil sendiri begitupun Sakura."
"Tidak apa aku bisa mengawalnya dibelakang."
Itachi mendengus karena Shisui yang sepertinya bersikeras untuk terus bersama Sakura.
Dan tepat saat ia hendak kembali berujar telpon Shisui berdering.
"Kenapa harus aku? Tidak!"
Melihat ekspresi Shisui membuat Itachi menarik segaris senyum tipis.
"Baiklah."
Karena Itachi tau jika saat ini Tuhan sedang berpihak kepadanya.
"Katakan kepada Sakura aku pergi dulu," Shisui mengambil kunci mobil yang terletak di meja dan memasukan ponselnya pada saku jaketnya.
"Shion?"
"Chk, seperti biasa." Shisui berdiri dan kemudian pergi, meninggalkan Itachi sendirian.
"Kemana mereka?"
Tepat setelah kepergian Shisui Konan dan Pain keluar dari dapur dan heran karena tidak mendapati keberadaan Sakura dan Shisui yang tadi bersama Itachi. Kini yang ada hanya Itachi seorang sedang kedua orang tadi pergi entah kemana.
"Hn."Itachi hanya bergumam ditempatnya dan sepertinya enggan untuk beranjak dari zona nyamannya saat ini.
Konan yang melihat itu menghampirinya,"mereka pergi bersama dan kau membiarkannya?".
"Aku disini."
Bukan Itachi yang menjawabnya melainkan Sakura yang kembali dengan tas di jinjingnya.
"Apa akan pergi?" Tanya Konan dan dijawab anggukan oleh Sakura.
"Aku harus pulang dan terimakasih karena sudah menerimaku untuk menginap disini." Ucap Sakura yang menghampiri Konan lalu memeluknya sesaat.
"Secepat itu?" Tanya Konan yang kecewa karena Sakura harus pergi secepat itu.
"Maaf."
"Tidak apa dan," Konan tersenyum menggodanya, "beritahu kami saat kau ingin menikah oke."ucapnya yang ditanggapi Sakura dengan tawa kecilnya.
Itachi yang mendengar percakapan keduanya hanya diam-diam mendengarnya dan saat mendengar kata menikah membuat seulas senyuman tercipta dibibirnya.
"Bagaimana dia?" Sakura menanyai pendapat Konan.
"Dia?" Tanya Konan yang melirik Itachi karena tau jika pria yang Sakura maksud bukanlah Itachi melainkan Shisui.
"Jika kau suka kenapa tidak?" Konan tertawa sangat dipaksakan karena dari ekor matanya ia bisa melihat ekspresi Itachi yang lebih, sangat menyeramkan daripada yang tadi.
"Aku harus pergi," Sakura menunduk kepada Pain dan dibalas hal serupa oleh pria itu. "Nanti aku akan kembali berkunjung, sampai jumpa." Ucapnya kemudian melangkah pergi, menghiraukan Itachi yang dianggapnya tidak terlihat.
"Wah, Itachi," Konan menggeleng tidak percaya akan sikap acuh Sakura kepada Itachi. Bagaimana gadis itu terlihat tidak merasa terganggu atau lebih mengerikan adalah tidak memperdulikan Itachi lagi.
"Sepertinya kau harus bergerak sebelum benar-benar kehilangan Sakuramu Itachi." Ujar Konan dan ditimpali oleh Pain yang juga sependapat dengan Konan.
"Pergi atau kau akan menyesal Itachi."
"Tanpa kalian bilang pun aku akan melakukannya." Ujar Itachi yang kini bangkit dan berlari mengejar Sakura yang sudah hampir masuk ke dalam mobil.
"Yak! Apa yang kau lakukan?!" Sakura berusaha melepaskan tangannya dari cekalan Itachi namun pria itu tidak mendengarkannya dan menariknya untuk duduk di kursi penumpang di samping kemudi.
Sakura hendak keluar namun pintunya ditahan oleh Itachi.
"Yak ini mobilku, apa yang kau lakukan!"
Seolah tidak memperdulikan Itachi duduk di kursi pengemudi dan langsung menjalankan mobil itu, meninggalkan tempat ini.
"Apa yang kau mau? Turun!" Sakura masih bersikeras dengan kekesalannya atas sikap Itachi sekarang.
Itachi menginjak pedal gas membuat mobil itu semakin melaju cepat membuat Sakura semakin kesal.
"YAK APA MAUMU?!"
Namun tetap saja Itachi seolah menulikan pendengarannya dengan semakin kencang melajukan mobilnya.
"ITACHI BRENGSEK BERHEN--"
"KAU GILA?!"Sakura histeris karena Itachi membanting stir dan menghentikan laju kendaraannya tiba-tiba membuat dahinya hampir saja menyentuh dasboard.
Sakura tidak mengerti dengan Itachi. Kemarin dia mendorongnya untuk pergi tak peduli jika dorongannya itu membuatnya terluka tapi sekarang pria itu seolah berprilaku sebaliknya.
"Ya aku gila." Jawab Itachi pelan namun terdengar mengerikan.
"Baiklah sudah mengakui dan cepat turun!" Sakura menyuruhnya untuk turun karena bukan hanya adrenalinnya yang di uji tapi hatinya pun tidak bisa berkompromi jika pria ini berada didekatnya.
"Bisakah kau membatalkannya?"Itachi langsung berbicara pada inti perkataannya yang meminta agar Sakura membatalkan perjodohannya dengan Shisui.
Satu alis Sakura terangkat mendengarnya.
"Bukankah kemarin kau bilang aku hanya mainanmu?"
Itachi hanya diam karena tau apa yang ia lakukan kemarin sangat lah salah.
Melihat diamnya Itachi tentu membuat Sakura yang sejak kemarin berusaha menguatkan dirinya tidak bisa menahan setetes air matanya yang turun di salah satu sudut matanya.
"Kau tau aku menyesal telah bertemu denganmu."ujar Sakura tanpa peduli jika Itachi merasa terluka karena perkataanya toh pria itu pun sudah terlanjur menyakitinya.
"Sakura--"
"Terimakasih sudah menjadikanku sebagai mainanmu."ucap Sakura yang menusuk karena rasa sakit hatinya, sedangkan Itachi kini melembutkan tatapannya.
Semua karena salahnya sudah berkata yang melukai gadisnya dan sepertinya Sakura sudah memilih untuk melepaskannya. Tapi untuk sekali ini saja ia ingin egois dan mengatakan sesuatu yang sudah lama ia simpan.
"Gadis di kuil yang kutemui saat hujan. Aku sudah jatuh cinta kepadanya jauh sebelum bertemu dengannya di jembatan. Aku hanya ingin dia tau jika aku menyesal sudah melukainya dan sepertinya tidak ada kesempatan." Itachi tersenyum tipis saat mengatakan ini. Walaupun rasa pedih dirasakannya karena akibat sikapnya yang membuat Sakura berusaha menjauh tidak membuatnya menyerah untuk mengakui perasaannya yang sudah tersimpan begitu lamanya.
"Berbahagialah." Pintanya pada ucapan terakhirnya sebelum maju mencium bibir Sakura sekilas.
"Jaga dirimu." Ucapnya yang tersenyum tipis dan melepaskan seltbelt dan keluar dari mobil.
Sakura melihatnya. Bagaimana tatapan terluka itu dimatanya dan suaranya. Dan saat mendengar perkataan Itachi tadi kembali mengingatkannya kepada cinta pertamanya.
Jadi.....
.
.
.
.
.
Suara ketukan pada jendela mobil membuat pikiran Sakura teralihkan, dimana pria dengan senyuman tulus memintanya untuk menurunkan kaca mobilnya.
"Sakura...."
Maaf lama baru muncul 🤭
Pengen gitu bikin sesuatu ditamatin 😭 suka macet tengah2.. semoga bisa 🌻
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top