🍀
"Kita akan kemana?"
Mobil Mercedez Benz yang dikemudikan Itachi kini sudah membelah jalanan pesisir pantai. Perlahan melewati pemandangan indah dengan hiasan alam yang menakjubkan.
"Kita akan kembali dan sesuai permintaanmu hari ini kita akan bersama seharian?"ujar Itachi yang fokus pada kemudi. Pria berparas tampan itu terus menyunggingkan senyuman sejak kemarin, membuat Sakura pun ikut tersenyum namun dengan wajah yang bersemu.
Semalam mereka habiskan dengan berbincang dengan berbagi pelukan seperti biasa. Banyak yang mereka bicarakan tentang kisah masa dulu hingga Sakura pun pada akhirnya menceritakan kisahnya dengan Sai.
"Tempat apa yang pertama ingin kau datangi?"
"Hm, aku tidak tau daerah sini. Tapi kita bisa mampir di tempat yang bagus bagaimana?" Sakura mengusulkan tempat yang harus mereka datangi. Sebenarnya ia tidak memperdulikan dimana itu karena untuk hari ini ia ingin habiskan waktunya dengan Itachi dan mengenal pria itu lebih jauh lagi.
"Baiklah." Itachi kembali tersenyum dengan sebelah tangannya terangkat mengelus surai merah muda yang tergerai indah.
Mobil yang mereka kendarai terus melaju meninggalkan tempat dimana waktu mereka menghabiskan beberapa hari dengan banyak kenangan.
"Jika kau pergi siapa yang akan memasak?"tanya Sakura yang sejak tadi terpikirkan akan hal itu. Selama ini Itachi lah yang membuat makanan di sana dan jika pria ini pergi lalu siapa yang akan menggantikannya walaupun hanya untuk satu hari.
"Nagato sudah dalam perjalan," Itachi menjelaskan apa yang Sakura pikirkan. Ia pun sudah merencanakannya sejak awal karena ia tidak bisa selamanya menangani hal itu.
"Ah ada pengganti," Sakura baru bernapas lega setelah mendengarnya. Ia merasa bersalah karena mengajak satu-satunya sang ahli di sana.
"Syukurlah."
"Semua sudah direncanakan Sakura." Kata Itachi yang kali ini membelokan stir ke samping dan menghentikan mobilnya.
"Ya aku tau." Ujar Sakura dengan senyuman kecilnya.
Itachi turun terlebih dahulu lalu berputar pada pintu lain, membukakan pintu untuk Sakura.
"Tempat pertama yang akan aku tunjukan padamu." Ujar Itachi yang mengulurkan tangannya.
Sakura tersenyum lalu menyambut uluran tangan itu dan menggenggamnya erat.
Angin yang berhembus langsung menyapa saat Sakura keluar dari mobil. Mereka saling bergandengan dan berjalan menuju pembatas di sana.
"Indah."
Satu kata yang Sakura ucapkan saat melihat pemandangan yang tersaji oleh kedua matanya. Tempat Itachi kemarin adalah dibibir pantai sedangkan disini bisa melihat dengan luas bahkan lautan di depan sana.
"Senang bisa membuatmu tersenyum." Itachi semakin mengeratkan genggaman tangannya dan kembali melangkah menuju pembatas.
"Terimakasih sudah membawaku ketempat ini Itachi-san." Sakura berujar tulus. Baru kali ini ia di ajak menikmati pemandangan dengan suasana damai seperti ini.
"Apa baru?" Tanya Itachi yang merasa heran. Biasanya tempat-tempat seperti atau pantai digunakan mereka untuk menikmati liburan kan? Biasanya ia ke tempat ini hanya sendirian dan untuk pertama kalinya ia pun mengajak orang lain yang tidak lain adalah sekarang ini.
"Hm," Sakura terkekeh. Ia jadi ingat kembali masa-masanya dengan Sai yang hanya dihabiskan menemani pria itu di galeri seni ataupun taman. Tapi ia tidak menyesal sungguh. Karena sekarang ia bisa menerima jika itulah bagian dari kehidupannya.
"Saat aku naik bus pun sebenarnya hanya mendengar orang menyebut pantai dan aku mengikutinya tanpa sadar." Ujar Sakura menjelaskan awal kejadian alasan sebab ia terdampar di tempat ini. Pikirannya sangat kalut saat itu dan mendengar pantai entah kenapa suara deburan ombak langsung terdengar olehnya membuatnya ingin pergi ketempat yang ia harap bisa menenangkan diri.
"Gadis aneh."ujar Itachi yang mendengus geli mendengar cerita Sakura.
"Tapi kau menolongnya dan menyukainya, kan?" Goda Sakura yang juga melepaskan tangannya lalu berlari menuju pagar pembatas.
"Ah, sangat damai." Sakura merentangkan kedua tangannya dengan mata terpejam. Ia membiarkan angin yang bertiup menerpanya. Rasa dingin menyentuh kulitnya namun perasaan senang dirasakan tidak sebanding apalagi saat ini sebuah pelukan hangat datang dari belakang.
"Kita harus berangkat." Itachi berujar dengan kepala yang bersandar pada bahu gadis dalam dekapannya.
"Sepertinya gula darahku akan naik."
"Kenapa, kau sakit?" Itachi bertanya namun masih enggan melepas pelukannya pada Sakura.
"Tidak," Sakura tersenyum karena rasa bahagianya dan ingatannya akan kebersamaannya dengan Itachi, "karena aku bahagia saat ini." Ujarnya langsung mendapat sebuah kecupan dipipinya.
"Berbahagialah bersamaku."
Mendengar ucapan Itachi membuat jantung Sakura berdebar hebat. Apa pria ini sedang mengajaknya untuk maju selangkah bersamanya?
Membalikan badan tanpa melepaskan pelukan Itachi padanya, Sakura mengalungkan kedua lengannya pada pundak pria yang kini menatapnya.
"Apa itu artinya kita ..."
Sebelum Sakura melanjutkan perkataannya Itachi lebih dahulu menciumnya.
"Kita akan bersama dan bisakah seperti itu?"
Mendengar pertanyaan itu tentu membuat Sakura semakin melebarkan senyumannya dan berjinjit untuk kembali meraih bibir yang sempat melepaskan diri darinya.
'Seharusnya aku yang bertanya seperti itu karena aku takut ini hanya akan menjadi kenangan indah saja.'
.
.
.
Berjam-jam mereka menempuh jarak untuk Sampai pada pusat kota, tujuan mereka. Jam sudah beranjak siang dan kini mereka sedang berada di salah satu restoran untuk makan.
"Jangan menggodaku seperti itu." Sakura mendengus kesal karena Itachi terus menggodanya setelah mendengar suara perutnya yang berbunyi nyaring akibat rasa lapar. Pria itu terus menggodanya jika akan mentraktir banyak karena merasa ini adalah salahnya membuat Sakura merasa lapar.
Ayolah, rasa lapar karena waktu memang sudah menunjukan jam makan siang bukan salahnya.
"Aku hanya bercanda." Ujar Itachi mengangkat tangannya mengusap rambut Sakura pelan.
"Hm." Sejujurnya Sakura pun hanya berpura-pura dan tidak ambil pusing akan hal itu.
Mereka sedang menunggu pesanan makanan saat ini. Restoran yang mereka pilih pun bukan restoran mewah tapi salah satu restoran milik teman Itachi.
"Itachi-s..."
"Kun, lebih senang mendengarnya."
Perkataan Itachi untuk menyuruhnya memanggil seperti itu membuat Sakura lagi-lagi tersipu. Sungguh jika Sasori disini mungkin Sakura akan di ejek terus menerus karena kelakuan yang tidak seperti biasanya.
"Hm," Sakura menanggapinya dengan mengangguk pelan.
"Melihat orang-orang disana yang bahagia, aku takut."ujar Itachi dengan senyum simpulnya.
Sakura memandang Itachi setelah pria itu mengatakan perkataan itu. Dia terlihat sedang memperhatikan suasana jalanan di depan sana dimana terdapat orang-orang berlalu lalang. Entah apa maksud dari perkataannya, tapi Sakura cukup penasaran dengan kata 'takut' yang disebutnya tadi.
"Takut?"
Pandangan Itachi beralih kepada Sakura. Ia tersenyum kecil lalu mengangguk,"ya."
"Kenapa?" Tanya Sakura yang merasa penasaran. Kenapa hanya melihat orang-orang membuatnya takut?
"Karena saat merasa bahagia perlahan mereka akan menghilang." Ujar Itachi yang kembali tersenyum. Namun yang Sakura lihat bukan senyuman seperti biasanya melainkan senyuman kesedihan disana, apalagi sorot matanya yang terluka.
Entah apa yang pernah terjadi kepada Itachi tapi Sakura benar-benar merasa semenyedihkan itu. Dan ia ingat akan keadaan sekarang yang...
"Apa...aku termasuk yang akan menghilang?"tanya Sakura. Jika Itachi merasa takut ia menghilang berarti pria ini menyukainya kan? Jika ia bukan dari ketakutan Itachi maka ia bisa melepaskannya setelah hari ini.
Tatapan mereka bertemu. Sakura dengan tatapan penuh tanya dan harapan dan Itachi yang sulit dipahami karena pria ini seolah mengunci semua yang ada dalam dirinya.
"Apa kau akan tetap ada bersamaku?"
Pertanyaan Itachi membuat Sakura yang hampir menyerah akhirnya tersenyum lalu memajukan tubuhnya untuk mencapai pria di depannya, lalu mengecupnya.
"Maka jangan pernah lepaskan aku." Ucap Sakura dengan senyuman lebarnya. Perasaanya lega sekarang, begitupun Itachi yang juga memajukan tubuhnya untuk mengecup balik Sakura.
"Tidak akan."
Saling menggenggam, saling tersenyum merasakan ketengan dalam kebahagian yang baru saja mereka rasakan membuat siapa pun yang melihatnya pun ikut tersenyum. Janji akan saling menggenggam telah mereka ucapkan dan setelahnya mereka akan jalani sesuai arus sebagaimana yang Itachi katakan.
.
.
.
S'H art museum.
Disinilah Itachi dan Sakura berada. Sakura mintanya ke tempat ini karena atas permintaan seseorang.
"Kau yakin?"
"Ya. Semua harus jelas." Sakura tersenyum kecil. Ia mengangkat genggaman tangan mereka. "Ada kau."
"Ayo!" Itachi menariknya untuk masuk namun Sakura menghentikan langkahnya, "mau masuk?"tanya heran.
"Tentu," Itachi meyakinkan lagipula,"aku harus pastikan kekasihku baik-baik saja." Ujarnya yang kembali berjalan namun kali ini ia sendirian berjalan terlebih dahulu meninggalkan Sakura yang terkejut akan ucapannya tadi.
Kekasih?
'astaga apa ini nyata?' jerit Skaura dalam hati kemudian berlari menyusul langkah Itachi.
Dalam gedung, beberapa lukisan tersimpan rapih dengan penempatan yang bagus. Gedung bernuansa putih ini kini terlihat beberapa pengunjung yang sedang mengamati setiap lukisan-lukisan yang ada disini. Gedung ini dibuka untuk umum dengan jadwal dua hari dalam seminggu.
"Dia memang pelukis jenius." Ucap Itachi saat melihat salah satu lukisan dimana perempuan yang tidak terlihat jelas karena terhalang pada banyak gelembung yang juga seperti menunjukan moment-moment didalamnya.
"Aku kurang begitu mengerti akan lukisan." Sakura ikut memperhatikan namun yang ia lihat hanya sebuah lukisan perempuan yang sepertinya sedang bermain gelembung sabun.
"Disini ada tanggalnya dan aku tau kau pura-pura Sakura."
"Entah." Sakura mengangkat kedua bahu acuh lalu berjalan menuju tangga.
"Jelas sekali pria itu begitu mencintainya." Dengus Itachi setelah melihat lukisan itu lalu mengikuti langkah Sakura menuju lantai dua.
Namun langkahnya terhenti saat melihat Sakura pun yang menghentikan langkahnya tepat di depan sebuah pintu cokelat.
"Kenapa berdiri disitu?" Namun pertanyaan Itachi tidak dijawab Sakura karena gadis itu masih terdiam disana.
"Tapi kita sudah melukainya Sai-kun."
Suara yang terdengar saat Itachi sudah berdiri satu meter dekat Sakura. Suara itu berasal dari dalam ruangan dengan jendela kaca besar yang terbuka membuat angin menerbangkan helaian gorden putih disana. Namun yang membuatnya memperhatikan adalah kedua orang didalam sana yang sepertinya sedang mendebatkan sesuatu.
"Aku tau tapi aku masih mencintainya." Sai, pria itu duduk dengan lukisan Sakura Haruno di depannya sedangkan gadis pirang itu berdiri di sampingnya.
"Bagaimana denganku? Bagaimana dengan kebersamaan kita?" Gadis pirang itu terus bertanya dengan nada keras namun telrihat jika dia pun terluka.
"Itu kesalah Ino."
Gadis pirang itu tertawa,"Kesalahan?" Gadis itu mengusap wajahnya dengan kedua tangannya menghadapi sikap pria yang dia cintainya itu.
"Maaf."
"Sai," Ino tertawa mendengarnya. Maaf? Memangnya siapa yang salah?
"Perasaan kita tidak bisa melarangnya dan sebelum Sakura menjadi kekasihmu pun aku lebih tau dirimu, sejak dulu."
"Ino..."
Sai mengehentikan ucapannya karena Ino menciumanya begitu saja. Begitupun Sakura yang mendadak berputar karena Itachi menariknya.
"Kita pergi." Ucap Itachi.
Walaupun sudah merelakan, tapi melihat semua itu dengan sendirinya entah kenapa ia merasa sakit kembali. Tapi, saat melihat tatapan Itachi dan senyuman pria itu membuatnya sadar jika semua memang harus berakhir dan ada pria didepannya ini kini bersamanya.
"Hm," Sakura mengangguk lalu meraih tangan Itachi lalu menggenggamnya. "Ayo." Ajaknya kembali melangkah meninggalkan apa yang memang seharusnya ia tinggalkan... Sejak dulu.
.
.
.
"Ugh dinginnya."
Sakura mengosokan kedua tangannya karena rasa dingin yang sudah dirasakannya.
"Pakailah."
Itachi memberikan sepasang sarung tangan kepada Sakura lalu memakainya.
"Udara semakin dingin," pria itu berujar dengan senyuman kecil. Ada perasaan bahagia meskipun ia hanya melakukan hal sederhana seperti ini.
"Terimakasih." Sakura tau alasan Itachi memintanya menunggu di sini, sebuah taman dipusat kota. Tidak hanya sarung tangan, nyatanya pria itu pun memakaikan Beanie putih kepadanya.
"Selanjutnya kita akan kemana?" Tanya Itachi yang kemudian mendudukan diri di samping Sakura.
Malam sudah semakin larut. Banyak yang sudah mereka lakukan seharian termasuk menghampiri tempat Sai. Ada banyak hal yang baru diketahui Sakura sekarang, entah mengenai hubungan Sai dan sahabatnya Ino ataupun tentang Itachi yang kehilangan kedua orang tua dan adiknya dalam sebuah kecelakaan sejak dia masih remaja.
"Itachi-kun," Sakura memandang pria disampingnya lalu tersenyum hangat. Ia kembali mengingat saat mereka bertemu dan bagaimana dirinya jika tidak bertemu dengan Itachi, mungkin ia tidak akan baik-baik saja seperti saat ini.
"Hm?"
Saat pandangannya bertemu dengan tatapan pria disampingnya ini entah kenapa Sakura merasa ada sesuatu yang ingin dikatakan olehnya. Tapi jika Itachi tidak berbicara maka Sakura pun tidak akan bertanya karena takut Itachi tidak nyaman akan pertanyaannya.
"Kenapa kau menyukaiku?" Tanya Sakura yang benar-benar penasaran. Meskipun Itachi sudah mengatakan tapi ia ingin sebuah alasan. Ya, alasan yang akan membuatnya melakukan apapun untuk pilihannya kembali.
"Apa butuh alasan?" Tanya balik Itachi yang kini balas menatap gadis disampingnya.
"Hm." Sakura mengangguk dengan mata berkedip membuat Itachi tersenyum.
"Karena kau adalah Sakura."Jelas Itachi yang merundukan wajahnya, mengecup bibir manis itu dengan lembut.
"Apa..." Sakura merasa ragu tapi dalam hati ia terus berharap,"bisa terus bersamamu?"
Itachi tersenyum dengan mata berbinar yang baru kali ini Sakura lihat. Sorot mata yang selama ini seolah terkunci kini nampak hidup dipenglihatannya.
"Aku janji." Jawab Itachi yang kembali mencium Sakura dengan lembut namun penuh perasaan.
'tentu saja aku harus menepati janjiku.'
.
.
'BAGAIMANA DENGANKU SAI!'
'SAI-KUN LIHAT SALJUNYA TURUN!'
'Kau tau Sai? Aku masih mencintaimu.'
'Sai-kun, Bagaimana kita menikah saat musim semi nanti?'
'Aku tidak peduli Sai! Aku bisa gila jika terus seperti ini!'
Pria pucat berparas tampan itu melempat botol wiski pada dinding dengan kencang membuatnya hancur berantakan. Betapa bodoh dirinya yang tidak bisa memilih. Sakura adalah cintanya saat ia kembali ke kota kelahiran sedangkan Ini adalah kekasihnya yang tidak lain cinta masa kecilnya. Dan seharusnya ia mendorong dan menghentikan Ino tapi nyatanya ia menerimanya kembali saat ia bersama Sakura.
Naruto bilang melihat Sakura saat di galerinya siang tadi. Namun saat ia mencari keberadaannya, Sakura sudah pergi. Ingatannya kembali berputar saat kejadian tadi siang dan ia menduga Sakura sudah melihat apa atau mendengar apa yang terjadi antara ia dan Ino.
"Maafkan aku...love." Sungguh Sai sangat menyesali melukai Sakura seperti ini. Hubungannya dengan Sakura sudah lama bahkan ia sudah menyanggupi permintaan Sakura untuk menikahinya. Tapi ia lupa jika kesalah besar telah ia lakukan dan berakibat seperti ini.
"Maafkan aku." Sai hanya bisa bersandar dengan perasaan hancur pada dinding dimana lukisan gadis musim seminya memenuhi ruangan pribadinya.
Semua salahnya.
.
.
.
"Kau yakin sampai disini?" Itachi melihat daerah yang Sakura minta untuk menurunkannya disini. Terdapat pemukiman sederhana dan sebuah gang.
"Ya," Sakura membuka seltbelt lalu mengambil tas kecilnya.
"Perlu aku antar?" Nyatanya Itachi ragu untuk menyetujui permintaan Sakura, menurunkan gadis itu disini.
"Rumahku dekat disana." Sakura menujukan gedung apartemen yang hanya terlihat tidak jauh dari jalan utama.
"Tapi..."
Perkataan Itachi terhenti karena Sakura mengecup pria itu sekilas.
"Aku akan menghubungimu nanti dan," Sakura tersenyum lalu mengecup pipi pria yang seharian ini terus bersamanya.
"Selamat malam dan hati-hati." Ucapnya kemudian membuka pintu lalu turun.
Sakura sudah berdiri disamping Itachi setelah gadis itu memutar. Kaca samping itu terbuka memeperlihatkan Itachi yang tersenyum lembut kepadanya.
"Kita akan bertemu lagi dan..." Itachi keluar dengan setengah badan masih berada dalam mobil. Pria itu meraih bibir gadis yang nampak terkejut dan menciumnya kembali.
"Cepat pulang dan aku akan menghubungimu nanti." Ucapnya yang terkekeh melihat Sakura yang masih nampak terkejut. Ia melambaikan tangan lalu melaju pergi meninggalkan Sakura yang terus memperhatikannya dengan senyuman.
Namun senyumannya hilang saat suara seseorang yang sudah berdiri tidak jauh dibelakangnya.
"Sasori-sama sudah menunggu anda nona muda."
Dan Sakura tau ia sudah harus menentukannya.
Menyerah atau....
Kembali meminta permohonan.
.
.
.
.
.
Itachi mengigit ibu jarinya sambil tersenyum mengingat Sakura. Ah, betapa ia merasa senang.
Mobil yang dikendarainya membelah jalanan dan kini sudah masuk pada jalan menuju sebuah mansion setelah melewati gerbang besar.
Deringan ponsel membuatnya teralih. Ia menekan tombol pada layar mobil untuk mengangkat telponnya.
"Aku sudah sampai."jawabnya tanpa sapaan karena tau jika sang penelepon ada hal yang ingin disampaikan.
Pria yang menelponnya tertawa pelan dan berkata, "kita selalu menolak saat Jiji menyuruh kita."
Itachi tau apa yang dimaksudnya, sangat karena hal itupun akan terjadi kepada dirinya.
"Katakan saja Shisui apa intinya."
Shisui yang tidak lain sepupunya itu berdehem lalu kembali berbicara, "sepertinya kali ini aku menerimanya."
Satu alis Itachi terangkat mendengarnya. Biasanya Shisui lah yang sangat memberontak hingga terus menggagalkan perjodohannya tapi kali ini tidak?
"Kau menyukainya?" Tanya Itachi yang tentu dijawab tawa oleh Shisui disana.
"Sepertinya." Jawabnya.
"Syukurlah." Jawab Itachi yang tidak berminat. Entah kenapa ia mengingat Sakura dan ingin terus bersama gadis musim seminya itu.
"Dia cantik dan sepertinya aku tidak hanya menyuakinya."
"Hn."
"Yasudah aku tutup dulu."
"Hn."
"Ah aku lupa," perkataan Shisui selanjutnya membuat Itachi yang sudah membuka pintu mobil terhenti. Mendengar dari suaranya Itachi tau jika sepupunya itu sangat senang.
"Lusa kita akan bertemu dengannya."
"Kita?" Itachi tidak habis pikir lagi-lagi ia yang diperlibatkan. Tapi mengingat perkataan Shisui bisa dipastikan jika untuk kali ini ia tidak akan terlibat hal konyol lagi.
"Hm, aku akan memperkenalkan nya denganmu."
Pria itu menghela napas lalu menjawabnya,"baiklah." Dan pembicaraan mereka berkahir.
"Sakura." Sebut Itachi yang kini memilih bersandar dengan mata terpejam. Kedua sudut bibirnya terangkat saat kembali mengingat gadis itu.
Jika Shisui sekarang sudah mau menerima maka ia akan berusaha menolak bagaimanapun caranya karena ia sudah berjanji dan seorang pria harus selalu menepati janjinya, begitulah kata-kata yang terus di ingatnya dari mendiang ayahnya.
Ya, karena sejak awal ia sudah berjanji dan harus menepatinya.
Shisui.....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top