1 : mrs. tomato juice
Sore itu, Hayden kedatangan seorang pengunjung berwajah suntuk. Rambut gadis itu dikuncir satu ke belakang, poni rambutnya awut-awutan persis seperti terkena badai diikuti kerut wajah tak beraturan. Ia menyandang sebuah tas laptop berwarna hitam dengan lingkar mata yang berwarna sama. Ketika memasuki kafe, pintu berdenting sekali. Hayden tersenyum ramah ke gadis itu.
"Hai sweetheart, ada yang bisa kuhidangkan untukmu?" suara khas yang lazim membuat setiap gadis tersenyum sanjung sepertinya tidak berpengaruh terhadap gadis itu. Ia bahkan tak mendongak untuk melihat papan menu di belakang konter. Dia langsung duduk di depan Hayden, mengetik sesuatu di ponselnya dengan kening mengerut dalam.
"Tolong buatkan aku jus tomat, terima kasih."
Hayden melirik gadis itu sambil memastikan di papan menu apakah jus yang dia maksud tadi ada. Walaupun sudah menghitung berkali-kali jumlah menu minuman di kafe, tak satupun ia temukan jus tomat yang dimaksud. Pelan-pelan, sambil mendekat, Hayden tetap tersenyum ramah.
"Nona, maafkan aku tapi kami hanya menyediakan jus mangga favorit dan beberapa jus apel, nanas, lemon, strawberry, anggur dan sisanya bisa dilihat di menu ini." Hayden menjulurkan buku menu jus dan beberapa minuman yang tersedia di kafe. Ia agak mencondongkan badan melewati meja bar berusaha menjangkau perhatian gadis itu. Tapi beberapa menit menunggu, gadis itu tetap diam tak mendengar perkataannya.
"Nona?"
Gadis itu kian mengerutkan alisnya, menatap ponsel seakan-akan sedang menghujat atau menuding sesuatu yang hanya gadis itu tahu.
"Nona, jus tomatnya--"
"Ya tuhan!" sahut gadis itu tiba-tiba. Ia tidak menoleh sama sekali, jemarinya semakin sibuk dan semakin cepat mengetik. Hayden menggigit bibir dalamnya. Diperhatikannya gadis itu baik-baik. Matanya hampir tertutup poni, menunduk dalam ke arah ponsel. Alisnya mengerut terus, dan ia tak memakai riasan sama sekali. Anehnya, tampilan tidak modis itu justru membuatnya menarik.
"Nona, pesananmu--"
Gadis itu tiba-tiba menggaruk-garuk kepalanya dengan frustasi. Sama frustasinya seperti Hayden yang seperti bicara dengan tembok. Akhirnya mau tak mau, karena tak tahan lagi, ia pun merampas ponsel dari genggaman gadis itu hingga ia tersentak pelan.
Hayden meliriknya sekilas, gadis itu hampir terjatuh dari kursinya. Dalam sedetik, ia mendapat perhatiannya.
"Nona," sahut Hayden pelan, "apa kau sangat menyukai jus tomat?"
Gadis itu agak linglung sejenak, seperti baru menyadari sesuatu. Ia menatap Hayden beberapa saat sebelum mengerutkan alisnya. "Kembalikan ponselku."
"Tidak," jawab Hayden cepat, "aku akan mengembalikannya ketika kau mendengarkanku."
Alis mata gadis itu merenggang, ia memutar bola matanya sejenak sambil menghela napas keras. "Baiklah, apa itu Pelayan Manis?"
"Siapa namamu?"
Bukannya jawaban, Hayden malah mendapati senyum miring gadis itu. Kini ia turun dari kursi supaya bisa lebih dekat ke meja bar, menjulurkan tangannya lebih mencapai tangan Hayden dibalik bar. Ia menarik ponselnya, tapi Hayden tak melepaskan.
"Aku tidak akan menjawab itu. Kembalikan benda itu sekarang atau--"
Ketika tangan Hayden ditarik, ia kembali menariknya kembali hingga tubuh gadis itu tersentak ke depan, membuat wajahnya hampir bertubrukkan dengan wajah Hayden yang tersenyum tipis. Gadis itu tersontak kecil, matanya saling bertatapan, namun kini, gadis itu tidak lagi bersuara.
"Siapa namamu, Nona?"
"Beginikah caramu melayani pengunjung? Wah.." balas gadis itu tertawa remeh. Ia melirik ponselnya yang tak dilepaskan. Hayden memiringkan wajahnya, tersenyum kecil.
"Sepertinya hanya padamu, Nona Jus Tomat."
Tangan Hayden mengendur dan ia mengalah. Gadis itu kembali mendapatkan ponselnya lalu bergerak mundur sambil menatap ragu. Hayden menjulurkan buku menu lagi sambil menunjuk daftarnya.
"Kami tidak menyediakan jus tomat yang kau maksud. Tapi, kami punya tomat. Apa kau mau membayar diluar daftar menu?"
"Bagaimana bisa kafe sebesar ini di pinggir kota tidak menyediakan jus tomat?"
Hayden terdiam sebentar, "kami hanya tidak..."
"Kau rasis karena tomat lebih sering muncul di salad dan ia masuk sayuran? Tidak mungkin..."
Kini berbalik Hayden yang terdiam. Ekspresi gadis tadi langsung berubah. Ia menatap Hayden lekat-lekat sambil menepis poni yang menghalangi matanya sejenak. Sebelah tangannya memanggu ke atas meja bar, memandang papan menu di belakang konter seksama.
"Nona, kami tidak rasis, itu hanya..."
"Apa?" sela gadis itu cepat, "kau bahkan tidak menyediakannya. Apa lagi kalau bukan rasis?"
"Kau benar-benar menjengkelkan ya, Nona."
"Pardon?"
Hayden keluar dari pintu meja bar, lalu tanpa mengatakan apa-apa lagi, ia menarik gadis itu masuk ke dalam konter.
"Hey-hey! Kau mau bawa kau kemana?"
"Ke tomat kesayanganmu itu, tentu saja."
***
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top