14
"Hah?"
Yujin benar-benar tak tahu harus membalas apa. Jadi, Yujin hanya terdiam sambil terlihat bingung.
Doyoung sendiri tak lagi bicara, pemuda itu hanya tersenyum lebar lalu mengacak rambut Yujin dengan usil hingga surai pendek gadis itu berantakan.
Yujin menggerutu sambil merapikan rambutnya kembali. "Ish. Lo gak punya kegiatan lain selain ngerusak rambut gue apa?"
"Emang gak ada," balas pemuda itu sambil tertawa jahil, "eh ada sih sebenernya. Tapi, ntar lu auto lempar meja ke gua."
"Cih," sahut Yujin.
"Mau jalan-jalan bentar gak, Jin?" tawar Doyoung. Yujin mengangkat kedua alisnya, tumben Doyoung mengajak jalan-jalan.
Memang sih, Yujin tau cowok itu suka kegiatan diluar ruangan, tapi jalan-jalan di sekitar pantai itu terlalu kalem untuk Doyoung yang petakilan.
"Tumben lo ngajak jalan-jalan. Gue kira lo mau ngajak gue nyari undur-undur tadi," kata Yujin sembari berjalan di samping Doyoung.
"Gila aja gua ngajak lu nyari undur-undur malem kayak gini. Entar bisa-bisa kita enter wind, Jin," balas Doyoung.
Yujin melirik ke arah lautan. "Yaa kali aja. Lo kan orangnya aneh, udah gitu random banget. Bukannya gak mungkin lo ngajak gue nyari undur-undur malem-malem gini."
"Dingin banget ya, Jin," kata Doyoung tiba-tiba.
Yujin agak melebarkan matanya kala ruas jemari kirinya terisi oleh jari kanan Doyoung. pemuda itu bahkan memasukkan tangan kiri Yujin ke dalam saku jaketnya.
"Gua kaga tau kalo malem-malem di pantai bisa dingin juga. Gua kira gak sedingin ini makanya gua cuma pake jaket satu," cerocosnya.
Tapi, percuma saja mau Doyoung mengoceh tentang apapun. Yujin bahkan tak bisa berkonsentrasi saat ini. Pikirannya tiba-tiba kacau setelah tangannya digenggam Doyoung.
Baru beberapa langkah, tiba-tiba ada seseorang yang memanggil nama Yujin. Membuat gadis itu menoleh dan segera menarik kembali tangannya dari genggaman Doyoung.
"YUJIN!"
Yujin mengerutkan dahinya kala melihat Jiheon berlari ke arahnya dengan wajah panik. "Kenapa?"
"WONYOUNG PINGSAN!" Gadis bersurai hitam yang kini dikucir dua itu segera menjelaskan, "Lo tadi dicari kak Samuel di bus, tapi gak ada."
"Terus giman-"
Ucapan yujin terpotong oleh pertanyaan Doyoung. "Sekarang dia di mana?"
"Gubuk deket parkir busnya Kak Samuel," kata Jiheon mencoba menjelaskan. Setelah mendapat jawaban dari Jiheon, Doyoung langsung berlari dengan kencang meninggalkan Yujin dan Jiheon.
Uujin menepuk pundak Jiiheon sembari berkata, "Makasih informasinya ya, Heon. Gue duluan." Ia lalu berlari menyusul Doyoung yang sudah berada di depan.
Di gubuk itu hanya ada Wonyoung, kakak panitia, Doyoung dan juga Haruto. yujin berjalan mendekat lalu bertanya pada Hwang Hyunjin, salah satu panitia.
"Gimana keadaannya, Kak?"
Hyunjin menjawab dengan tak yakin, "Ya gitu lah. Dia tadi pingsan disana, sampe sekarang belom bangun. Dia punya riwayat penyakit apa, Jin?"
"Wonyoung gak punya riwayat penyakit serius setau aku sih, Kak. Tapi dia emang punya maag kronis soalnya susah makan dari kecil," jelas Yujin.
"Oh gitu," sahut Hyunjin sembari mengangguk pelan.
"Lo jagain dia disini ya. Gue mau nyamperin cewek gue dulu," pamit pemuda itu pada Yujin.
"Oke, Kak."
Yujin menatap Wonyoung dengan harapan agar gadis itu segera tersadar. Tapi konsentrasinya terpecah saat melihat Haruto hendak pergi.
Yujin buka suara, "Mau kemana, To?"
"Cabut. Gue udah dicariin sama Jeongwoo, Jin," kata Haruto.
"Gak mau nunggu disini sampe Wonyoungnya sadar?" tanya Yujin.
Haruto menggeleng pelan lalu menatap Doyoung sembari mengangkat dagunya. "Kan udah ada dia, Jin. Gue mah udah gak penting lagi."
Haruto lalu pergi begitu saja. Menyisakan Yujin yang terdiam dengan segudang pertanyaan di pikirannya.
Maksudnya Haruto apa?
Yujin kembali menatap Wonyoung karena gadis itu mulai membuka kedua matanya tanda ia sudah siuman.
"Minum air putih dulu, Dek," kata Samuel menyerahkan sebotol air mineral pada Wonyoung. Gadis itu menurut dan segera meneguk air mineral dari Samuel.
"Yujin mana?" Orang yang pertama kali dicari Wonyoung adalah Yujin, selalu seperti itu sejak dulu.
"Dek Yujin?" Samuel ikut mencari sosok Yujin yang memang berdiri agak jauh dari Wonyoung.
Yujin segera mendekat. "Iya, Kak?"
"Kepala gue pusing, Jin," keluh Wonyoung.
Yujin berdecak kesal. "Tadi pagi lo udah sarapan belum? Terus tadi jatah makan siangnya lo makan gak?" celotehnya dan dibalas oleh gelengan lemah dari Wonyoung.
"Kak ada nasi kotak sisa makan siang tadi gak?" tanya Yujin. Samuel terlihat mencari seseorang.
"Rin, masih ada, 'kan?"
Seo Herin mengangguk mantap. "Tadi masih ada sisa tiga, kok. Belum basi masih layak dimakan. Bentar gue ambilin."
Sembari menunggu herin membawakan lagi nasi kotaknya, Yujin bertanya lagi pada Wonyoung.
"Lo bawa obat lo yang biasanya gak?"
Wonyoung lagi-lagi hanya menggeleng.
Yujin kembali berdecak kesal. "Ck, udah tau maag lo biasa kambuh, kenapa gak dibawa sih? Minum obat yang biasa dulu gak apa-apa ya?"
Wonyoung memang biasa meminum obat pemberian dokter yang tidak ada di apotek mana pun. Karena obat biasa yang dijual di toko obat tidak terlalu manjur untuk meredakan nyeri maag Wonyoung.
Herin datang membawa sekotak nasi. Yujin membuka kotak nasi tersebut, gadis itu menatap Wonyoung sembari menggeleng pelan.
"Makan nasi, capcay sama tahu ya?" tawar Yujin yang dibalas anggukan oleh Wonyoung. Yujin mulai menyuapkan sesendok nasi pada Wonyoung. hingga suapan ketujuh, Wonyoung menyatakan menyerah.
"Minum obat dulu," katanya lalu menyerahkan obat maag yang telah disiapkan Yujin jauh hari.
"Wonyoung kuat perjalanan kan? Atau mau nunggu dulu sampe agak baikan?" tanya Samuel.
"Selama ada Yujin, saya gak apa-apa, kak," kata Wonyoung.
"Oke. Yujin duduknya sebelahan kan sama Wonyoung?"
Yujin mengangguk. "Iya, Kak."
Soyoung tiba-tiba ikut menyahut, "Saya satu bus sama Wonyoung dan Yujin, Kak. Nanti saya duduk di belakang Wonyoung biar bisa bantu jagain Wonyoung juga."
Selama Doyoung berbicara, Yujin hanya menatap pemuda itu tanpa arti.
°°°
tom and jerry end di chapter 20 yang artinya masih 6 chapter lageee jadi sabar okay? okay.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top