13
hari udah mulai gelap dan mereka masih sibuk menata barang pribadi mereka masing-masing di pantai.
Aslinya, si ketua progja alias Samuel udah menyarankan untuk pulang sore agar sampai rumahnya tidak terlalu terlambat, tapi mereka lebih memilih pulang malam asal dapat melihat matahari tenggelam.
"Ih apa sih, Bang? Kan udah Yujin bilang pulangnya nanti agak maleman." Yujin mengomel begitu nama 'abangsat' tertera di layar ponselnya.
"Buset, Jin. Terus ini gue makan apaan dong kalo kaga ada lo?" tanya Seongwoo dengan nada hopeless.
Yujin yang kesal langsung membalas, "Makan whiskas punya Toto aja sana." Gadis itu langsung mengakhiri panggilan tanpa pikir panjang.
"Siapa yang telepon?"
Yujin terperanjat ketika mendengar suara berat muncul di sebelahnya. Itu Haruto. Sedang berdiri dengan kaos garis warna kuning dan biru serta celana pendeknya.
"Biasa. Abang gue. Dia bingung mau makan apaan soalnya gue belum pulang," jelas Yujin.
Gadis itu lalu menatap Haruto. "Lo kok gak beresin barang?"
"Udah beres daritadi. Lo sendiri gak beres-beres? Gue liat kayaknya lo nyantai aja," balas Haruto.
"Udah beres. Lagian gue gak bawa barang macem-macem sih, cuma baju sama beberapa obat buat jaga jaga."
Haruto menatap Yujin dengan intens. "Jin, bisa dengerin gue sebentar gak?"
Yujin terperanjat kecil. Gadis itu lalu menatap manik Haruto yang juga menatapnya dengan tatapan sendunya. Yujin pikir dia sudah dapat menebak apa yang akan terjadi selanjutnya.
"Iya, bisa. Mau ngomong apa?" tanya Yujin sebisa mungkin terlihat normal seperti biasa.
"Mungkin lo udah tau, entah dari Doyoung atau dari Wonyoung. Tapi, gue pikir lebih baik biar lo tau dari mulut gue sendiri," ujar Haruto.
Tepat sasaran. Ini sama seperti apa yang Yujin tebak. Dan Yujin sudah tau apa kalimat berikutnya yang akan diucapkan Haruto.
"Gue suka sama lo, Jin."
Yujin tak terlihat kaget tapi terlihat ragu. Di benaknya terpikir, bagaimana cara menolak Haruto tanpa menyakiti perasaannya? Sial, Yujin belum mempelajari semua itu.
"Gue tau lo mesti mikir gue brengsek soalnya abis mutusin Wonyoung tiba-tiba bilang gini ke lo yang notabenenya sahabat dia," ujar Haruto lesu, "tapi perasaan gabisa dipaksa, Jin."
"Iya, gue ngerti kok, To. Gue juga gak bakal nyalahin perasaan lo," kata Yujin mencoba menghibur.
"Makasih banyak," balas pemuda bersurai hitam itu, "Jin, lo mau jadi pacar gue gak?"
Haruto dengan cepat melanjutkan ucapannya, "Kalo lo gak enak sama Wonyoung, kita bisa backstreet kok."
Yujin menggaruk kepalanya ragu. "Kayak yang lo bilang barusan, To. Perasaan gak bisa dipaksa dan ini bukan masalah Wonyoung atau backstreet, tapi gue emang gak suka sama lo."
"Oh, okay. Gue ngerti. Gue harap lo gak bakal berubah ke gue ya, Jin. Kita bisa tetep temenan kan?" tanya Haruto.
Yujin mengangguk, "Iya, bisa kok, To."
"Kalo gitu gue ke bus. Lo mau bareng sekalian atau masih mau disini?"
"Gue ntar aja balik ke busnya. Yang lain pada belum keliatan batang idungnya, kalo kelamaan di bus bisa mabok gue soalnya gak betah sama bau bus," ujar Yujin.
"Oke kalo gitu gue duluan. Jangan kelamaan diluar nanti kedinginan," ujar Haruto mengingatkan sebelum akhirnya pergi meninggalkan Yujin sendirian.
Yujin tersenyum menanggapi ucapan Haruto. Tapi, setelah kepergian Haruto, raut wajah Yujin berubah. Gadis itu terlihat seperti sedang curiga.
"Woee, babuku Ahn Yojen ngapaen lu sendirian malem-malem? Gapunya temen ya lu?" Doyoung yang entah darimana datangnya tiba-tiba merangkul Yujin dengan seenaknya.
Seakan-akan merangkul yujin hingga gadis itu hampir tercekik adalah kegiatan favorit sehari-harinya.
"Tangan lo berat, bego," kata Yujin sinis sambil menyingkirkan tangan Doyoung.
Doyoung tertawa. "Galak, tapi tetep cantik."
"Apa sih?!" Yujin mencoba membuang muka agar Doyoung tidak melihat semburat merah di pipinya.
"Cie salting cie," kata Doyoung sambil menoel pipi Yujin. Sembari menatap Doyoung, entah kenapa Yujin tiba-tiba teringat oleh Wonyoung.
"Udah jadi fotbar tadi?" tanya Yujin. Doyoung yang mendengar pertanyaan Yujin terlihat bingung.
"Hah?"
Yujin melanjutkan, "Sama Wonyoung" ujarnya. Sekarang Doyoung malah terlihat sedang terkejut.
"Kok lu bisa tau?"
Yujin ketawa liat muka kaget Doyoung. Rasanya gadis itu ingin menabok Doyoung saat ini juga.
"Gue aslinya dukun, Doy." Gadis itu lalu melanjutkan, "ya engga lah, yakali ada dukun secantik gue. Wonyoung yang ngasih tau."
"Ohhh kirain."
Doyoung lalu menatap Yujin. Dengan serius memperhatikan wajah gadis itu. "Eh, Jin, kok gua baru nyadar lu punya lesung pipi?"
"Udah dari dulu kali. Ke mana aja lo selama ini hah?"
Doyoung menatap Yujin dengan serius. "Jin, lo tau nggak? Gue dari dulu pengen pacaran sama cewek yang punya lesung pipi."
°°°
hiyahiyahiya
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top