CHAPTER 8: A CUP OF RAMEN
Jam hampir menunjukkan pukul dua belas tengah malam. Bulan purnama pun makin menunjukkan sinarnya di langit malam, bagai seorang raja pemimpin kegelapan. Chifuyu mengendarai motornya di sepanjang jalan dengan Eve yang berada di tumpangannya.
Sesekali netra hijaunya melirik si penumpang lewat kaca spion. Dan tiap kali wajah samping Eve tertangkap di pandangan, jantungnya pun akan berdegup kencang. Chifuyu tahu ia tidak boleh begini. Lagipula Ayaka Natsumi akan jauh lebih cocok bersanding dengan sosok presiden Tokyo Manji dibandingkan dirinya.
Itulah yang Chifuyu coba tanamkan di dalam kepala.
"Chifuyu." Eve mencolek bahu laki-laki itu. "Bisa temani aku ke minimarket?"
"Uh, baiklah," balas Chifuyu lalu berbelok ke sebuah minimarket yang berada tak jauh di depan.
Setelah beberapa menit menunggu kawannya berbelanja, akhirnya gadis itu pun keluar dengan sebuah ramen cup di tangan. Ramen tersebut rupanya sudah diseduh dan tampak siap disantap. Terbukti dengan adanya asap beraroma rempah yang menguar dari dalam cup-nya. Eve lantas bersandar di badan motor, sama seperti apa yang dilakukan Chifuyu.
"Mau?" Eve menyodorkan ramen cup di tangannya setelah satu kali suapan.
"Loh, boleh?" tanya Chifuyu, "sudah dua kali kamu mentraktirku begini hahaha. Apa tidak apa-apa ya? Harga diriku bisa habis kalau kau berbuat seperti itu terus."
Eve pun cemberut. "Dasar kau ini. Kau tidak perlu canggung hanya karena aku seorang gadis! Lagipula aku dan Keisuke suka berbagi makanan seperti ini kok."
Netra Chifuyu seketika terbelalak bersamaan dengan jantungnya yang terasa dipukul benda tumpul. Lagi-lagi nama Keisuke Baji mampir di telinganya. "Tunggu, sedekat apa kamu dengan Baji-san?"
Eve tersenyum lebar. "Kami seperti kakak adik. Biasanya Keisuke suka membagi makanannya denganku seperti ini. Dia juga mau mendengar banyak cerita tentangku."
Senyum pun seketika terbit di wajah Chifuyu. "Baji-san memang orang yang sangat baik ya."
"Aku juga ... sedikit-sedikit mau jadi orang baik. Makanya, sekarang buka mulutmu," ucap si gadis bersurai ungu seraya menyodorkan sumpit plastik berisi gulungan ramen ke depan wajah teman laki-lakinya.
"E-eh?! Bolehkah seperti ini?" Jantung Chifuyu sekarang berdegup kencang bukan main. Udara di sekitar lelaki itu mendadak berubah menjadi panas, mengalahkan suhu malam musim dingin.
Eve tak bergeming, ia terus memandangi wajah si lawan bicara. Alhasil Chifuyu tak memiliki pilihan lain, ia pun membuka mulutnya dan menerima suapan ramen dari Ayaka Natsumi. Wajahnya sekarang berubah warna menjadi merah bagai kepiting rebus.
"Hehehe, enak kan?" tanya Eve sambil kembali menyantap ramen cup-nya.
"Ini ramen paling enak yang pernah aku makan!" balas Chifuyu yang entah mengapa tiba-tiba jadi bersemangat atau ... lebih tepatnya dia salah tingkah. Dan berkat tingkahnya itu, Eve pun tertawa lepas.
Rasanya sudah lama gadis tersebut tidak merasa sebebas ini. Bahkan saat dirinya sedang bersama Mikey sekalipun. Sedangkan orang yang menjadi objek tawa gadis itu hanya diam sembari menggaruk kepalanya yang tak gatal.
"Chifuyu, kau jangan mati ya."
Mendengar ucapan Eve, seketika Chifuyu pun langsung menoleh ke arahnya. Ia kaget.
"Apapun yang terjadi...." Ayaka Natsumi menggantungkan ucapannya. Semua bayangan yang ia dapatkan di mimpinya malam ini, kembali berputar di dalam benak. Termasuk tentang bagaimana kondisi hatinya begitu melihat Chifuyu yang berusia 26 tahun.
Saat itu, Chifuyu terasa sangat jauh dari jangkauan Eve. Padahal dia bukanlah orang asing. Dan hal itu menimbulkan rasa pedih yang sebelumnya belum pernah Eve rasakan. Itulah alasan kenapa malam ini, ia jadi sangat ingin menemui Chifuyu. Gadis itu merasa seakan-akan lelaki di sebelahnya akan hilang, bagai debu tertiup angin.
"Aku tidak akan mati. Aku berjanji padamu," potong Chifuyu yakin. "Aku akan mengubah masa depan. Jadi seperti apa yang kau minta pada Takemicchi, aku juga akan hidup sampai jadi kakek-kakek."
Eve lagi-lagi terkekeh dan tanpa sadar ia pun berkata, "Kalau begitu aku akan selalu berada di sampingmu sampai hari itu tiba."
DEG! Untuk yang kesekian kalinya, Chifuyu dibuat salah tingkah. Kali ini ia bingung harus merespons bagaimana. Salahkah laki-laki itu kalau mencoba berharap lebih?
"Aku ingin melihat wajah jelekmu saat sudah jadi kakek-kakek, hahahaha!" Eve tergelak dalam tawa dan tingkahnya tersebut meruntuhkan ekspektasi kawan di sebelahnya.
"Oh ya? Awas saja kalau jatuh cinta padaku," gerutu Chifuyu sambil menggembungkan pipinya.
"Kau itu manis ya! Sama seperti matcha hehehe," komentar Eve begitu melihat wajah Chifuyu yang tengah memberenggut sebal.
DEG DEG!
"Sudah cukup hentikan! Tolong jangan bicara lagi!" protes Chifuyu sambil memegangi dadanya. Bisa-bisa ia terkena serangan jantung jika terus berada di dekat gadis itu.
Eve pun memiringkan kepalanya. Ia tidak mengerti dengan sikap Chifuyu yang aneh. "Aku kan cuma mengutarakan pendapatku saja," ujar Eve polos lalu berusaha menyuapi kawannya dengan ramen lagi. Tentu saja kali ini Chifuyu menerimanya tanpa ragu.
Hap! Sial, enak banget, batin laki-laki itu.
"Aaaah iya, ngomong-ngomong ... apa pendapatmu tentang Mikey-kun? Kau selama ini dekat dengannya kan?" tanya Chifuyu tiba-tiba.
"Oh, aku menyukainya kok," jawab Eve yang lagi-lagi langsung meruntuhkan ekspektasi Chifuyu.
Apa yang aku harapkan sih? pikir laki-laki itu sebelum pada akhirnya naik ke atas motor dan menyalakan mesinnya. "Ayo, kuantar kau pulang," kata laki-laki itu, menyudahi harapannya pada Ayaka Natsumi.
Setelah menghabiskan waktu yang hening di sepanjang jalan, motor yang dikendarai Chifuyu sukses berada di depan sebuah rumah besar di pinggir jalan komplek. Ya, alih-alih rumah keluarga Sano, Chifuyu malah membawa Eve ke rumahnya.
Eve seketika terpaku. Diam-diam, lengannya bergerak memegangi luka lebamnya yang kini tersembunyi di balik mantel. Ia tak punya pilihan lain dan langsung turun dari motor.
"Terima kasih, Chifuyu."
🍀
Mikey dan Takemichi masih asyik berkeliling kota setelah sebelumnya membeli ubi bakar manis di pinggir jalan. Seketika, pikiran Takemichi pun melayang ke arah sosok Ayaka Natsumi.
Jelas-jelas gadis itu baru saja memperingati dirinya untuk berhati-hati dengan Kisaki Tetta. Darimana gadis itu bisa menyimpulkannya? Apakah dia kenal dengan Kisaki? Semua terasa membingungkan bagi si pelompat waktu.
"Mikey-kun, Eve itu orang yang seperti apa?" tanya Takemichi.
"Naif sama sepertimu, Takemicchi," jawab Mikey sambil tersenyum.
Takemichi yang dikatai begitu pun langsung tersenyum canggung. "Hee, sou ka," ucapnya.
"Eve itu ... selalu dipukuli oleh keluarganya," ungkap Mikey tiba-tiba. Perkataannya tersebut tentu mengundang rasa penasaran Takemichi. Kemudian, Mikey pun melanjutkan, "Aku, Baji dan Emma ... bahkan Shinichiro dan kakek ingin melindunginya."
"Dia sangat berharga sekali, bukan?"
Sano Manjiro tersenyum lebar malam itu. Padahal dia baru saja melupakan hal terpenting.
Mikey lupa memberi tahu Chifuyu untuk membawa Eve ke tempat kediaman keluarga Sano alih-alih rumah keluarga Natsumi.
つずく。
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top