CHAPTER 20: BE MINE
Eve duduk bersandar di sofa. Berkali-kali ia embuskan napas berat. Di depan matanya, tersaji film roman picisan yang rutin tayang tiap hari Natal. Chifuyu yang sibuk menonton pun sesekali berkomentar, menyumpahi karakter antagonis yang ada di dalam film.
Jujur saja, gadis itu tidak bisa fokus. Kepalanya dipenuhi oleh berbagai ingatan menyakitkan yang melesak bagai hujan jarum. Ketika semuanya jadi bertambah berat, kepalanya pun melemas hingga berakhir bersender di bahu Chifuyu.
Si lelaki langsung hilang fokus. Ia pun jadi khawatir. “Hei, apa ada yang menggaggumu? Tadi juga, kau menangis di atas motor, kan?” tanya Chifuyu pelan.
Kemudian Eve menggeleng, tapi raut wajahnya berkata lain. Air matanya pun langsung terjun bebas membasahi pipi. “Hiks ... hiks, aku bohong. Maaf kalau jadi menyusahkanmu,” kata Eve.
“Tidak apa-apa. Kau bisa cerita padaku, Eve. Aku kan, ada di sini,” kata Chifuyu. Lelaki itu sebenarnya sudah tahu garis besar masa lalu kawannya, tapi ia tetap ingin Eve untuk mengungkapkannya sendiri agar hati gadisnya terasa lebih baik.
Eve sedikit terkekeh. Ia masih takut untuk jujur.
“Maaf ya, kalau selama ini aku menyusahkanmu. Aku tahu kau pasti lelah dengan kelakuanku, Chifuyu,” ucap Eve memulai. Entah kenapa tiba-tiba saja ia jadi teringat dengan kata-kata Taneda beberapa hari lalu, tentang Chifuyu yang katanya menganggap Eve menyusahkan.
“Mengantar dan menjemputku ke sekolah, bahkan menjagaku. Pasti banyak waktumu yang jadi tersita karena aku.”
Chifuyu lantas membelalak kaget. Meski benar kalau selama ini Eve menyita sebagian besar waktunya, tapi tak sekalipun Chifuyu berpikir untuk menjauh. Ia mencintai gadis preman ini.
Kemudian, lelaki itu pun merengkuh tubuh gadis di sebelahnya ke dalam pelukan. Mengabaikan segala rasa sakit dari luka akibat pertarungannya, bibirnya lantas berbisik lembut.
“Eve, aku sama sekali tak pernah berpikir untuk pergi darimu.”
Si gadis bersurai ungu pun ikut membelalak kaget. Ia tak menduga Chifuyu akan mengatakan hal itu. Lantas, ia pandangi netra kawannya penuh harap. Dari sana, Eve merasakan hangat. Lubang-lubang kosong di hatinya seolah langsung terisi.
“Chifuyu, kamu janji jangan pergi ya,” pinta Eve yang langsung mendapat anggukan serius dari yang ditanya.
“Aku janji,” balas Chifuyu singkat.
Kini keduanya seolah tersihir dengan pandangan satu sama lain. Entah dorongan dasar dari mana, tiba-tiba saja si lelaki langsung bergerak. Ia kikis jarak di antara keduanya sedikit demi sedikit. Netranya pun perlahan tampak sayu, tanda tenggelam dalam ilusi cinta yang hadir.
Sementara itu Eve tak bergeming. Ia pandangi eksistensi di depan dengan berjuta pertanyaan yang tak kunjung dapat jawaban. Namun anehnya, Eve tak mau bergerak seolah terkunci dengan pesona seorang Matsuno Chifuyu.
Malam itu, di tengah-tengah udara hangat dari pemanas ruangan juga suara bising dari televisi, bibir Eve dan Chifuyu saling temu. Netra keduanya terpejam, mencoba saling merasakan eksistensi masing-masing.
Rasa hangat pun langsung membanjiri hati Eve. Baru kali ini, ia kembali dianggap ada. Ia merasa dihargai dan disayangi. Semua hal yang ia harapkan datang dari keluarganya, justru malah datang dari sosok asing yang tak sengaja dikenalkan Mikey padanya.
Perlahan Chifuyu pun melepaskan tautan bibir itu. Kini seluruh inci permukaan wajahnya sukses bersemu merah. Begitu juga dengan yang terjadi pada Eve.
“Em ... ekhem! Ekhem!” Keduanya kini menjaga jarak. Duduk dengan posisi kaku bagai patung.
“Panas ya? Haha,” celoteh Eve, “p-p-padahal masih musim dingin.”
“A-a-ah iya. Mungkin p-p-pemanas ruangannya rusak!” balas Chifuyu gelagapan.
“A-a-apa aku harus pergi u-untuk memeriksanya, y-ya?” tanya Eve gagap. Ia hendak bangkit, tapi buru-buru ditahan Chifuyu.
“Jangan!” Chifuyu langsung memegangi lengan Eve, seolah tak mau gadis itu pergi ke mana pun. “Di sini saja.”
Eve rupanya tidak begitu bodoh perihal cinta. Dari perlakuan Chifuyu kepadanya malam ini, Eve langsung sadar kalau hubungan pertemanan mereka tak akan sama lagi. Namun, selanjutnya apa? Eve jadi bingung.
“Tidak perlu terlalu dipikirkan,” kata Chifuyu sambil mengacak rambutnya frustrasi. “Cukup, jalani saja denganku, ya.”
“Jadi sekarang ... kita apa?” tanya Eve lirih. “Mana ada teman yang c-c-ciuman ... kan?”
Wajah Chifuyu sekarang makin memerah. Ia rasa tubuhnya hampir mendidih. Persetan dengan jantungnya yang terasa hampir mau copot.
“P-p-pacar! Kau pacarku sekarang.”
Eve terdiam. Butuh beberapa saat baginya untuk mencerna perkataan lelaki itu. Pacaran? Aku dan Chifuyu?
“Bagaimana ... menurutmu?” tanya lelaki itu, memastikan perasaan lawan bicaranya.
Sebenarnya Eve tak begitu mengerti, tapi ia mengangguk sebab tak ingin kehilangan. “Baiklah, mulai hari ini, aku adalah pacarmu.”
Ribuan kupu-kupu langsung dirasa berterbangan di dalam perut keduanya. Akhirnya, sebuah kejelasan datang dan menyempurnakan perasaan di antara mereka. Chifuyu pun langsung berguling ke atas karpet bulu sambil menahan sorakan girang. “Yes! Yes! Yees! Aaaaaa.”
Sedangkan Eve langsung bergerak cepat meraih ponsel dan mengetik sebuah pesan kepada satu-satunya sahabat yang ia anggap paling berpengalaman meskipun nyatanya dia jomblo.
To: Sano Emma
Subject: Tolong! 😭🙏
Emma, ini gawat! Bagaimana caranya pacaran?!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top