CHAPTER 10: REACH YOU
Langit masih tampak mendung. Hamparan luas nan misterius itu tak menunjukkan tanda-tanda akan berubah cerah. Sama seperti hati Eve, gadis itu benar-benar sedang tidak mood hari ini. Ia duduk bersandar di tembok belakang sekolah ditemani Chifuyu.
Pemuda yang tadinya hendak pergi tersebut langsung mengurungkan niat begitu lengan seragamnya ditarik untuk ikut duduk. Ia pun lantas mengembuskan napas lelah hingga tampak uap panas yang muncul dari bibirnya.
"Baiklah, aku akan di sini," kata laki-laki tersebut.
Hanya dengan mendengar kalimat lembut itu, perasaan Ayaka Natsumi sedikit membaik. Setidaknya ia tahu kalau akan ada seseorang yang berada di sampingnya. Sebenarnya ia ingin ikut bersama Mikey dan Draken, tapi kedua pemuda itu selalu berpura-pura tidak mengenalnya tiap kali terpergok sedang berbincang dengan Ayaka oleh orang lain.
Mereka terlalu berlebihan, pikir Eve kesal. Rasanya ia seperti diabaikan. Jujur saja, itu sangat menyakitkan baginya. Mikey selalu bilang kalau aku adalah keluarganya, tapi di saat yang bersamaan dia selalu meninggalkan aku.
Tanpa sadar, di tengah udara yang dingin tersebut, Ayaka Natsumi menyerah pada rasa gengsinya. Tembok pertahanannya hancur dan kini isakan-isakan kecil keluar dari bibir.
"E-eh?!" Chifuyu tersadar dari lamunan. Ia buru-buru menoleh ke sebelah dan mendapati ada sungai air mata yang mengalir dari netra kawan gadisnya.
"Jangan lihat aku! Berpura-puralah kalau kau tidak melihat aku sedang menangis!" sentak Eve malu.
Chifuyu bingung. "Kenapa? Tapi pasti saat ini kamu sedang sakit kan? Tak apa kalau menangis."
"Baka!" sentak Eve lagi. "Aku ini gadis yang kuat! Aku tidak akan menangis semudah itu."
"Tapi sekarang kau menangis," balas Chifuyu lagi yang langsung membuat Eve memberengut sebal.
"Baka! Chifuyu baka! Mati aja sana!" Ujung-ujungnya gadis itu jadi melayangkan pukulan ke lengan lelaki di sampingnya. Emosinya kembali tidak stabil. Rasa gengsinya benar-benar sudah keterlaluan.
"Sebentar, aduh," ujar Chifuyu sambil melepas blazer sekolahnya. Lantas ia pun menyelimuti kepala Eve dengan pakaian biru dongker tersebut.
Eve kaget. Ia langsung menghentikan gerakannya memukuli pemuda di sebelah. Sementara itu Chifuyu hanya tersenyum lembut lalu meraih bagian belakang kepala gadis itu agar bersender di bahunya yang tegap.
"Menangislah sepuasmu. Di sini hanya ada aku. Kau juga bisa cerita apa saja padaku, tapi kalau belum siap ya tak apa," kata lelaki itu seraya mengelus kepala Eve yang tertutupi oleh blazer. "Eve, apapun yang kau hadapi, kau harus tahu kalau dirimu tidak sendiri."
Hati gadis itu diam-diam merasa tersentuh. Bibir mungilnya kembali bergetar. Ia pun langsung menumpahkan semua air mata yang sedari tadi ditahannya. Eve menangis kencang di hari itu, melampiaskan semua perasaan pedihnya.
Terima kasih, Chifuyu. Terima kasih banyak, bisiknya di dalam hati.
🍀
Chifuyu Matsuno, pemuda pemilik potongan rambut undercut itu sekarang sedang berdiri, bersandar pada gerbang sekolah sambil sesekali melirik jam di layar ponsel. Sementara itu langit sudah semakin gelap, udara dingin terasa makin menusuk.
Meski begitu, Chifuyu tetap tak bisa pergi. Ia harus melakukan tugasnya sebagai pengawal Ayaka Natsumi. Lelaki kelahiran 1991 itu harus memastikan bahwa sang klien sampai di rumah dengan selamat.
Aneh, waktu pulang sudah berlalu sejak setengah jam lalu. Namun, si gadis pemilik marga Natsumi itu belum juga menampakkan batang hidungnya.
"Oi, matte!" Chifuyu langsung menghentikan langkah seorang gadis manis yang kebetulan dilihatnya di kerumunan teman sekelas Eve tadi siang. "Apa kau melihat Eve?"
Jantung Taneda seketika berdebar kencang begitu merasakan sentuhan lembut di bahunya. Apalagi yang melakukan hal tersebut adalah sosok lelaki yang selalu dikaguminya, Matsuno Chifuyu.
"U-um ... Eve-chan sudah pulang dari tadi, Chifuyu-kun...." Taneda gugup bukan main. Pikirannya berkecamuk sejak mendengar nama kawan satu kelasnya disebut.
Netra hijau pemuda di depannya pun langsung terbelalak kaget. Ia kesal. Ayaka Natsumi pasti sedang asyik jalan-jalan di kota dan mencari preman untuk dihajar. Maka, Chifuyu langsung berlari menjauhi area sekolah. Ia menyebrangi jalan dan menghilang ke balik gedung perkantoran.
Taneda mengatupkan bibirnya rapat. Ia tahu betul kalau akhir-akhir ini Ayaka Natsumi selalu pulang bersama Matsuno Chifuyu. Hatinya sakit jika harus membayangkan berbagai kemungkinan yang ada. Padahal Taneda sudah lebih dulu menyimpan perasaan terhadap lelaki itu.
"Taneda-chan!"
Gadis bersurai cokelat itu pun berbalik lalu mendapati kawan kelasnya tengah berjalan santai. "Oh, Eve-chan! Sudah selesai dengan tugas tambahannya?"
Ya, benar. Itu Eve. Gadis itu sedari tadi sibuk berkutat di kantor guru untuk menyelesaikan tugas olahraga yang sempat ia tunda karena membolos bersama Chifuyu.
Ayaka Natsumi meregangkan lengannya. Otot-ototnya terasa kaku setelah dipaksa menulis serangkaian kalimat sekaligus mencatat pelajaran. Lantas ia pun celingukan, mencari keberadaan pengawalnya.
"Ano, apa kau melihat Chifuyu dari kelas sebelah di sekitar sini?" tanya Eve.
Taneda diam-diam tersenyum miring, lalu menjawab sambil buru-buru memasang tatapan cemas. "Uhm, tadi aku melihatnya jalan ke arah kota. Katanya dia sedang malas bertemu dengan seseorang. Tapi aku tidak tahu seseorang yang dimaksudnya itu siapa."
Dada Eve mendadak panas. Ada rasa sakit yang menelusup di sana.
"Dia juga bilang kalau ... seseorang itu sangat merepotkan," lanjut Taneda seraya melirik ke arah lain. Berusaha menyembunyikan ekspresi girangnya. Untuk hari ini, ia berhasil memisahkan Eve dan Chifuyu.
Ayaka Natsumi berdecak sebal. Ia ingin bilang kalau Taneda berbohong. Namun, ia juga tidak percaya kalau gadis selembut kawannya itu akan melakukan hal tersebut. Lantas Eve langsung mengucapkan terima kasih dan segera berjalan cepat meninggalkan sekolah.
"Apa Chifuyu benar-benar mengatakan hal itu?" gumam Eve heran. "Aku harus menemuinya langsung. Jika benar, maka aku akan mengadu pada Mikey!"
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top