Epilog
Tubuh Ryu mendekat, seirama suara desahan para gadis di sekitarnya. Chelsea sudah tidak bisa merasakan apa-apa selain suara Ryu yang membuat tubuhnya terbang melayang ke atas mimpi yang tak pernah ia bayangkan.
Wajah Ryu di sana. Wajah Ryu di depannya. Ada di sana, benar-benar di sana. Menatapnya, tersenyum kepadanya. Senyum yang sangat ia rindukan.
Segulir air mata menuruni pipinya, dengan napas sesak, Chelsea hendak berucap, apalagi saat Ryu mulai menarik tangannya, dan menyentuh pipinya. Tapi semua kejutan ini membuatnya kehilangan suara dan tak bisa menemukan kata-kata yang pas untuk mengatakan kalau ia... terlalu merindukannya. Terlalu dan sangat merindukannya.
"Aku ke sini bukan untuk melihatmu menangis," katanya sambil mengusap air mata dengan ibu jarinya. Suara desahan para gadis semakin besar.
"Aku..." Chelsea berusaha menarik napas, mengisi paru-parunya yang kosong, "aku..."
Ia mengangkat wajah, melihat kilasan wajah Ryu di kenyataan yang sekarang.
Sekelebat bayangan menyadarkannya. Senyum Ryu, matanya yang memesona, pancaran aura yang pernah menempel dan membekas dalam hatinya seketika bermekaran cepat seperti musim semi di waktunya untuk berbahagia. Chelsea merasakan bibirnya mengembang, ia tersenyum, mungkin ini hanya mimpi. Ia tidak mungkin pernah merasa sebahagia ini. Melihat kerinduan yang tiba-tiba mendatanginya, seakan-akan membangunkannya dari mimpi buruk dan kekelaman hidupnya.
Tapi ini nyata. Sentuhan Ryu begitu dekat dan semua perasaan ini terbang di depannya, ditangkap dan direnggut hingga tak pergi ke mana-mana selain ke dirinya. Ke dalam hati Ryu dan hati Chelsea.
"Kau tahu, tanpa dirimu, aku benar-benar menggila, aku sangat merindukanmu, Asuka..."
Air mata Chelsea semakin bergulir, ia masih tak bisa menemukan suaranya. Hanya bisa tertawa bahagia dengan air mata yang tak berhenti mengalir.
"Asuka... berhentilah menangis," kata Ryu dengan lembut. Benar-benar ingin membuat Chelsea memeluknya dan tak melepasnya.
"Aku... aku... tidak bisa," ucap Chelsea semakin deras. Napasnya sesak, wajahnya sudah berantakan dengan air mata. Tapi Ryu tetap tersenyum.
"Ternyata bukan aku saja yang merindu. Tapi kau juga. Maafkan aku yang terlalu lama untuk datang kesini ya," ujarnya lagi. Tangannya yang menyentuh pipinya turun, mencakup leher mungil Chelsea. Dengan perlahan, gerakan tangan Ryu mengangkat wajah Chelsea untuk menengadah menatap wajahnya.
"Tapi sekarang aku di sini,"
Chelsea menatap Ryu, merasakan semua orang di sekitarnya tak pernah ada, hanya ada dirinya, Ryu dan waktu yang bergulir lambat.
Chelsea menarik napas dalam-dalam, berusha menghentikan alur air matanya yang menggila tadi lalu tersenyum dengan dada beringsut, "Okairi, Ryu-kun,"
Dengan perlahan, mata Ryu tertutup dan dengan gerak pasti ia memajukan wajahnya, dengan sekali tangkapan, Chelsea menemukan lagi ciuman yang ia rindukan. Ciuman Tokyo yang kembali bersinar dan hadir membelah kerinduan itu.
Ryu kembali. Dan selamanya, Chelsea tak akan membiarkan kebahagiaannya itu pergi dari hidupnya. Karna semua cerita indah akan dimulai di kehidupan barunya ini.
The End
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top