Chapter 6 Part 5
Bibir Chelsea membeku. Dadanya beringsut tak menyangka setelah mendengar cerita panjang keluar dari mulut pria di depannya. Matanya terpaku di tanah, kata-kata dan bayangan kejadian peristiwa dua tahun yang lalu mulai berkelebat memenuhi kepalanya.
Ryu bangkit berdiri dari kursi taman, beranjak berlutut di depan wajahnya, ia mengambil tangan Chelsea dengan gerak lembut, hendak mengucapkan sesuatu.
"Mungkin ini belum selesai, tapi, perjanjian itu adalah satu hal yang membuatku tak bisa mengatakan padamu. Karna aku tidak mau kau, masuk ke dalam dunia ini. Ke dalam duniaku," tuturnya. Ryu menatapinya seakan ingin meminta kalau semua ini benar adanya.
Chelsea seharusnya tahu, kalau Ryu masih terikat oleh masa lalu itu. Kalau dia, masih setengah mengenang masa lalu itu. Tapi apakah selamanya pria itu harus menoleh ke belakang? Apakah selamanya Ryu harus merasa terancam karna masa lalu yang masih membebaninya? Ini cinta, tak seharusnya masa lalu menghantui dan terus bergentayangan. Melainkan cinta yang seharusnya membuat semua orang tak menoleh ke belakang, karna kebahagiaan dan keindahan akan selalu bersamanya.
Chelsea menunduk, menatapi wajah Ryu. Ia ingin sekali memeluknya, ia ingin sekali berkata kalau ia begitu mencintainya. Tapi, apa itu masih berlaku? Seminggu lagi ia harus pindah ke Indonesia, seminggu lagi ia harus meninggalkan semuanya. Meninggalkan Tokyo bersama kisahnya.
"Kenapa kau menceritakan ini?" tanya Chelsea.
"Karna aku ingin kau, perlahan-lahan mengubahku, mengubah semuanya, termasuk masa laluku," jawab Ryu.
Chelsea menunduk, membuang wajah ke jalanan setapak di samping taman sambil tersenyum samar.
"Kenapa aku?"
"Dan kenapa Tokyo?"
Chelsea merasakan tangan Ryu mengerat, bersamaan itu, dada Chelsea semakin sesak.
***
Chelsea memutar kenop, memasuki rumahnya dengan perlahan-lahan. Langit sudah gelap, seragam masih melekat, tapi genggaman tangan Ryu adalah yang paling tersisa dalam ingatannya. Setelah menginjak rumah, ia malah semakin miris mengingat kalau ia sudah benar-benar tak ingin kembali ke Indonesia. Setelah mengingat sang ayah yang berkata ketus kemarin malam, ia jadi menyesal pernah berkata kalau Tokyo adalah kota yang tak ingin ia kunjungi.
Tapi setelah ini? Tokyo mengutuknya dan inilah yang harus dihadapinya.
Cinta dan masa lalu.
"Minggu depan kau akan berangkat, bersama ibumu," suara mengejutkan itu datang dari samping lorong dapur. Chelsea tersentak dan menoleh melihat pria berkumis tipis berdiri setengah menyandar di dinding pemisah dapur. Tangannya terlipat di depan dada dan wajahnya nampak sedang menerka dirinya kenapa pulang agak telat.
"Dari mana kau?"
Chelsea rasanya tak ingin menjawab.
Setelah di Taman tadi, Ryu dan Chelsea sama-sama tak bisa berkata apa-apa lagi. Seakan kesedihan terselubung erat membungkam keduanya. Apalagi setelah Chelsea mendengar semua cerita dua tahun lalu itu. Dua tahun lalu antara Ryu dan Haruka.
Maka itu, setelah Ryu dan dirinya berpisah di blok depan, Chelsea menyempatkan diri mampir ke toko kaset di dekat supermaket rumahnya, mendengarkan lagu di sana sampai gejolak dan kesesakan dalam hatinya menghilang. Entah itu berapa lama tapi setidaknya lewat lagu itu Chelsea bisa tahu seberapa sakit dirinya dan seberapa kuat ia menahannya.
"Chels?" tanya Matsumoto lagi. Chelsea mengangkat wajah dari lamunannya dengan lemah.
"Aku habis dari toko kaset, mendengarkan beberapa lagu," jawabnya ringan.
"Oh, aku tak tahu kau suka mendengarkan musik."
Chelsea tak menjawab, terpaku pada lantai dan sekelebatan wajah Ryu yang memohon untuk tetap tinggal di sini.
"Persiapkan dirimu, seminggu lagi kau pulang dan ibumu sudah merencanakan pesta perpisahan di sini."
Chelsea mengangkat wajah dengan kerut samar, "pesta perpisahan?"
Matsumoto yang hendak beranjak, kembali menghentikan langkahnya, "ya, dia ingin kau mengajak semua teman-temanmu hadir sebelum kau kembali ke Indonesia."
Chelsea menggeleng keras, "tidak, tidak, kau bahkan belum dengar aku setuju atau tidak pulang ke sana. Aku tidak bisa terus-terusan pindah sekolah dan pindah sekolah, menurutmu itu mudah?"
Tenggorokan Chelsea tercekat di lekatan mata Matsumoto yang menajam. Sepertinya kata-kata itu sudah terlalu menekankan dirinya untuk membiarkan pria itu tahu, kalau ia tidak mau pindah. Untuk sekarang ini, setidaknya.
"Kau pikir ini mudah bagiku? Mengurusi perusahaan di sini demi membangkitkan perusahaanku di Indonesia, lalu mendengar kau terlibat dengan anak kepala sekolah itu... kau pikir ini mudah bagiku?"
Suara Matsumoto terngiang-ngiang, menghentikan kelebatan bayangan wajah Ryu yang sedang memohon. Dada Chelsea mulai sesak lagi.
Bibir Chelsea kaku, "aku... tidak mau pindah sekarang, ayah."
Wajah Matsumoto menegang, ia menarik napas untuk menenangkan dirinya sebelum ia naik pitam, "aku tak mau tahu, persiapkan dirimu dan jangan pernah menyebutkan nama pria itu lagi. Jangan!"
***
Honestly, ini agak kepept sih, tapi gw berusaha maksimalkan ini. So, buat yg masih nungguin ini, sabar ya tenang....masih belum klimaks lagi, tapi keep waiting ya pasti ada saatnya meledak😋
Arigatouu!😊😊
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top