Chapter 5 Part 4

Kepala Ryu menunduk mengamati kakinya yang melangkah pelan di koridor sekolah pagi ini. Kejadian semalam, guliran bayangan semu yang menyakitkan dan menyedihkan, semua menjadi satu hingga menimbulkan sebuah gejolak yang sangat sulit untuk diungkapkan.

Kedatangan Yakuza semalam memang mengancam hidupnya. Setelah hidup hampir tiga tahun ini, menyepakati perjanjian dengan kelompok itu---perjanjian yang sebetulnya tak ingin ia lakukan sama sekali tapi ia tak bisa jika tak melakukannya---ia jadi merasa tak seharusnya, Chelsea, ikut andil dalam hidupnya mengenai kelompok itu.

Sedari awal seharusnya Ryu sudah tahu, sedari pertama ia melihat mata bulat Chelsea, seharusnya ia tahu, kalau hanya dia yang membuatnya tak bisa pergi begitu saja. Mungkin Chelsea memang lugu untuk bergaul dengan orang sepertinya, tapi hal itulah yang Ryu cari. Cinta sejati yang masih belum ternoda, dan Ryu tak ingin melemparkan sebutir kepedihan ke dalamnya. Walaupun sebenarnya ia harus mengambil langkah cepat, tapi ia tak tahu apakah ia bisa atau tidak.

Ryu merapatkan langkah dan berhenti di depan ruang kelas 1-A, kepalanya terangkat lemas dan matanya mengarah ke seorang gadis yang sedang duduk bertopang dagu, matanya sayu seperti mengantuk, bibir mungilnya, rambutnya, senyumnya... Astaga.

Seketika dada Ryu terasa sesak.

Sampai kapan kau bisa menjadi milikku seutuhnya?

***

"Asuka-san!"

Chelsea mengangkat wajah dan melihat Yuki sedang berdiri di ambang pintu dengan napas tersengal. Sepertinya ia habis berlari dari sepanjang koridor sekolah, poninya berterbangan tak beraturan.

Yuki melangkah lebar dan menghampirinya setengah berlari, raut wajahnya nampak cemas.

"Asuka-san," Yuki menarik napas, kemudian menelan ludah seakan tenggorokannya sangat kering. Beberapa orang setengah mengamatinya, begitu pula Chelsea yang sangat heran melihat temannya seperti itu.

"Ada apa, Yuki? Kenapa kau berlarian pagi-pagi begini?" tanya Chelsea sambil bangkit berdiri dan menyentuh pundak Yuki yang sedikit membungkuk.

"Ryu---Ryu... ah, dia..."

Chelsea terpengarah, "dia kenapa?" Suara Chelsea terdengar cemas, jantungnya berdegup cepat saat Yuki menghentikan ucapannya yang terbata.

"Ryu---wajahnya... babak belur," sahut Yuki yang kini menatap mantap ke arah Chelsea. Mata Chelsea seketika melebar, sedetik kepalanya kosong antara pertanyaan dan pernyataan yang membingungkan.

"Ada di mana sekarang dia? Apa yang terjadi? Kenapa dia bisa begitu?" ucapan Chelsea sangat cepat sampai-sampai bahasa Jepangnya sedikit kacau, tapi Yuki nampak mengerti akan kepanikan dirinya. Beberapa orang sedikit terkejut dan mulai berbisik-bisik.

"Aku juga tidak tahu kenapa dia bisa seperti itu. Wajahnya yang tampan, tadi pagi aku lihat dia sangat... berantakan. Dan satu hal lagi."

Chelsea hendak berlari keluar kelas dan mencari Ryu tapi kata-kata Yuki menghentikan niatnya.

"A---apa?"

Yuki menatap Chelsea lurus-lurus dan nada suaranya sangat rendah, "mulai hari ini Ryu pindah ke kelas 1-C."

***

Chelsea berlari tak tentu arah. Walau seharusnya ia tahu, kelas 1-C tidak akan terasa sejauh ini dari kelas A, tapi rasa sesak di dadanya semakin lama semakin besar membuat langkahnya semakin sulit melangkah dan linglung. Seperti jika belum bertemu Ryu ia tak yakin apakah kesesakan itu akan berhenti dan menyurut hilang.

Mata Chelsea mengedar ke seluruh koridor, hilir mudik para siswa, sinar mentari yang menyorot dari samping jendela, pohon-pohon besar di luar sana, kelas 1-C di sampingnya. Ah, itu dia kelasnya. Tapi tunggu. Di mana Ryu? Benarkah Ryu pindah ke sini? Benarkah Ryu ada di sini? Tapi kenapa dia pindah? Kenapa ia tak mengatakan apa-apa kemarin malam? Dan kenapa...?

"Oi."

Sebuah suara menyurutkan air mata yang nyaris menggenang karna sekian banyaknya pertanyaan yang membingungkannya. Chelsea menoleh cepat ke arah belakang dan mendapati seorang pria jangkung berdiri tepat di depannya. Seketika jantung Chelsea melesat lega dan tanpa sadar, air mata mengaburkan pandangannya.

"Ryu... Ryu... apa yang terjadi..?"

Tangan Chelsea terangkat setelah matanya menemukan beberapa luka pukulan di pipi kanan, kening kiri, hidung, ujung mata... Ya Tuhan, banyak sekali. Dada Chelsea terasa semakin sesak.

"Ryu, apa yang terjadi?" Suara Chelsea semakin getir tapi ia tak menemukan suara Ryu yang menjawabnya. Tangan Chelsea menungkup wajah Ryu yang tak terkena pukulan. Pipinya lembut, dan seketika Chelsea merindukan saat-saat di mana Ryu masih seperti pertama kali bertemu dengannya.

Tangan Ryu menepis tangkupan Chelsea pelan. Pria itu menurunkan tangan Chelsea kembali ke sisi tubuhnya, matanya menyorot dingin, tanpa bicara atau senyuman, seperti sebuah keheningan yang menakutkan yang di perlihatkan Ryu. Ada apa dengan Ryu?

"Aku tak apa. Pergilah, dan jangan mencariku lagi," ujarnya sambil berlalu.

Chelsea tersentak. Napasnya tercekat saat Ryu benar-benar beranjak melewatinya dengan dingin. Tanpa tatapan manis dan ciuman yang romantis. Tapi justru Ryu pergi seakan kenangan itu tak pernah ada. Apa yang sebetulnya terjadi?

Tubuh Chelsea berputar cepat, dengan suara yang sangat ia usahakan tak terdengar getir, ia berucap ditengah dengungan suara di koridor.

"Ryu! Kenapa kau pindah kelas? Kenapa kau melakukan ini dan berkata seperti itu? Apa yang sebetulnya terjadi padamu?"

Tidak berhasil. Suara Chelsea malah semakin lirih dan tenggorokannya semakin sulit mengeluarkan suara. Ini sudah terlalu menyakitkan, dan bahkan Chelsea tak tahu apakah ia sanggup mendengar jawaban pria itu.

Ryu berhenti sejenak. Ia tak menoleh beberapa detik, tapi kemudian ia berpaling dengan gerak perlahan lalu berucap, "bukankah aku pernah mengatakan, mencintaimu adalah langkah awal penyesalanku?" Ryu berputar lurus dan wajah jauhnya mengenai hati Chelsea.

"Dan sekarang, aku tidak ingin menyesal lagi. Aku ingin kau pergi dan kita sudah tidak pernah ada lagi."

Mata Chelsea terbelalak, jantungnya berhenti berdetak.

"A---apa kau... bercanda?"

Wajah Ryu datar, dia... apakah benar yang dikatakannya?

***

Lai le lai le!! Part ini update lagii. Duhh, makin rumit aja nih ceritanya, author jadi bingung sendiri kadang. Hehe. Tapj bagi kalian yang mau nyumbang ide atau saran, you i am very welcome of that. Selama positif dan baik, aku akan selalu terbuka.

Dan btw, buat yang msh nungguin ini, votes, komen, masukin readlist, aku ucapin banyak2 terimakasih bgt. Yah, walaupun readers msh dtg dan pergi tapi aku ttep optimis aja, hehe.

Ok, itu aja deh. Semoga part ini memuaskan kalian semua ya. Haii arigatou gozaimasu😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top