Chapter 4 Part 9

"Ryu?" Suara wanita dari balik pintu membuatnya tersentak dari bayangannya.

"Ibu," sahut Ryu melihat wanita itu berjalan pelan sambil tersenyum, kemudian duduk di tepian ranjang sampingnya.

"Maaf, aku tak tahu kalau kau benar-benar menyukai Asuka," tutur ibu Ryu lembut.

Ryu menghela napas seirama dengan pundaknya yang merosot. Ia tak menjawab apa-apa.

"Kudengar, Harukaze sudah datang, apa dia menemuimu?" tanya wanita itu lagi.

Ryu melirik sekilas. Mengingat namanya saja sudah membuatnya sangat risau. Seakan-akan Ryu bisa merasakan kalau kehadiran gadis itu bisa membuat hidupnya lebih hancur. Setelah dua tahun yang panjang dan terpisah darinya, Ryu ingin hidup kembali, ia ingin mencintai seseorang dengan tulus lagi.

"Kami tidak sengaja ketemu waktu itu. Aku dan Asuka waktu itu baru pulang dari Tower Tokyo, kami..."

"Apa yang di katakannya padamu?" sela wanita itu cepat.

"Dia... entahlah, aku takut Haruka mengatakan hal-hal aneh mengenai kejadian dua tahun lalu pada Asuka, kau tahu, Haruka sudah bukan gadis baik yang pertama kali kutemui."

Ibu Ryu menghela napas, lalu mengangkat tangan mengelus-elus pundaknya lembut.

"Apa Asuka pernah bertanya tentang kejadian itu?"

"Pernah, dan aku ingin sekali memberitahunya. Ingin sekali memberitahu kalau aku bukan seperti apa yang ia pikirkan."

"Kau tak bisa. Kau harus ingat perjanjian dengan ayah Haruka malam itu, Ryu. Kau tak boleh memberitahu ini ke siapapun."

"Ya, aku tahu. Tapi karna itu, ia jadi ragu akan hubungan ini. Aku hanya takut, kalau suatu saat dia akan meninggalkanku," suara Ryu semakin pelan dan tenggelam dalam keheningan malam kamarnya.

Wanita disebelahnya tak menjawab langsung, lalu, "lebih baik begitu, bukan?" jeda sejenak yang membuat Ryu berhenti bernapas, "kau tak akan menyakitinya kalau kau dan dia berpisah. Kau tahu, aku tak ingin Asuka masuk daftar nama itu, dia anak yang baik, kita tidak seharusnya membawanya ke masalah yang ada di Tokyo ini."

Kepala Ryu berputar lambat, tanpa terasa dadanya sesak dan napasnya tercekat.

"Jadi, menurutmu itu adalah yang terbaik? Meninggalkannya?" Lidah Ryu kaku, ia tercekat pada air mata yang mulai menggumpal.

Dengan lemah, kepala Ibu Ryu mengangguk.

"Kau tahu, terkadang mencintai seseorang, kau hanya perlu memberitahunya, tak perlu sampai memilikinya. Karna cinta sejati akan selalu mempertemukan takdir mereka sendiri, percayalah."

***

Mentari pagi menyorot koridor sekolah. Murid-murid bercengkrama ramai dan ceria. Yuki dan Ai baru saja sampai setelah melihat Chelsea sedang berdiri di balkon menatap langit kosong di depan kelas. Wajah gadis itu nampak lelah. Walau begitu, Yuki sangat tahu penyebabnya apa.

"Asuka! Apa yang kau lamunkan pagi-pagi begini?" pekik Yuki sesampainya ia di samping gadis itu.

Chelsea tersenyum lemah, angin menerpa poninya, ia membenarkannya sejenak, lalu, "tidak ada. Aku hanya menikmati langit Tokyo yang begitu tenang."

Yuki tersenyum getir lalu merangkul sahabatnya.

"Sudah berapa hari ini aku tak melihat Ryu di sekolah. Sebetulnya apa yang terjadi pada kalian?" sela Ai sambil membenarkan tungkai kacamatanya.

Chelsea larut lagi dengan pikirannya. Tatapannya lemah dan kosong. Seakan jiwa dan raganya entah ada dimana.

Saat itu, Ai hendak melihat ke ujung lorong dan matanya bertemu dengan wajah laki-laki jangkung yang sedang berjalan kearahnya.

"Eh, Osamu senpai!" Kata Ai sedikit terkejut. Kepala Yuki memutar cepat dan suaranya langsung melengking.

"Selamat pagi Osamu senpai!"

Yang di sapa hanya tersenyum kecil. Matanya menatap lurus langsung ke wajah Chelsea. Gadis itu belum sadar, tapi Ai menyenggolnya keras.

"Oh, ada ap---ah, Osamu senpai."

Pria itu menyodorkan sebuah makalah tipis. Chelsea mengamati benda itu beberapa saat lalu menerimanya.

"Apa itu?" gumam Yuki ikut melihat saat Chelsea membuka lembaran pertamanya.

"Itu adalah hasil laporan observasiku untuk story telling se-Asia. Indonesia adalah nilai terbaikku. Terima kasih banyak ya, Asuka-san," sahut Osamu sambil tersenyum sebelah tangannya di jejalkan ke saku celana.

"Oh, itu... bagus. Kau memang hebat," ujar Chelsea pendek. Yuki dan Ai mengangguk cepat, Osamu semakin tersenyum.

"Aku ingin mengajakmu makan malam, yah, sekadar berterima kasih padamu saja."

Yuki dan Ai seketika melongo dan membulatkan mulutnya.

"Wah! Kau beruntung sekali Osamu senpai mengajakmu makan malam," bisik Yuki sambil tersenyum greget. Chelsea diam saja mengamati makalah itu, nampaknya ia benar-benar sedang tidak semangat.

"Bagaimana Asuka-san? Kau mau, kan?"

***

Chelsea tersentak dan ia mengangkat wajah.

Astaga. Kupikir Ryu...

"A---apa?"

"Makan malam? Bagaimana, kau mau?"

Chelsea menatapi Osamu sejenak. Dulu, kalau ada Ryu, pria itu pasti langsung menerkamnya dan menguncinya seolah-olah Chelsea tak boleh kemana-mana selain bersama Ryu. Tapi setelah tiga hari ini.... Ryu tidak masuk sekolah, teleponnya pun mati, Chelsea bisa apa selain hanya memikirkannya saja?

"Oh... ya, tentu," ucap Chelsea tergagap.

"Kau kenapa? Kau nampak tak sehat," sahut Osamu sambil meneliti wajahnya. Chelsea tersenyum hambar dan mengibaskan tangannya.

"Tidak apa, aku hanya sedang... pusing sedikit."

Yuki mendelik, "eh! Kau sakit? Ke ruang kesehatan, yuk?"

Chelsea tersenyum, "tidak apa, aku sudah biasa seperti ini."

"Oh ya? Kurasa sejak tiga hari Ryu tidak masuk sekolah, benar tidak?"

Wajah Chelsea berpaling cepat dan membantah, "ti---tidak. Aku... entahlah," suara Chelsea melemas. Benar saja, bayangan wajah Ryu selalu tertampik di kepalanya dan itu selalu membuatnya merasa gelisah dan resah.

"Baiklah, sebaiknya malam ini kau benar-benar makan malam bersamaku, siapa tahu, moodmu naik." Tangan Osamu terulur dan diletakkan di atas kepala Chelsea. Dari samping terdengar Yuki mendesah.

"Ba---baiklah. Terima kasih, senpai."

Osamu tersenyum untuk terakhir kalinya lalu berbalik.

Kapan Ryu kembali? Aku benar-benar merindukannya.

***

Yey 835words hehe. No komen buat part ini, yg pasti smoga ke feel and kalian juga nyaman bacanya hehe makasih buat yg msh nunggu and vote crita ini. Aku sgt menghargai kalian yg dg senang hati membaca ketimbang BOOMVOTES hehe.

Arigatou-ne😘

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top