Chapter 4 Part 6
"R-Ryu-kun?"
Haruka menatap gadis di depannya dengan acuh tak acuh.
"Ya, aku sudah tahu. Kau bukan sepupunya," lanjut Harukaze.
Mata gadis di depannya melebar sedikit dan Harukaze bisa merasakan ujung bibirnya menaik.
"Kau pacarnya," tambahnya lagi.
Chelsea terdiam menatapi kakinya dengan sorotan lugu. Harukaze mendengus sambil memutari punggung gadis itu, mengamati penampilannya dari ujung rambut sampai kaki.
"Aku---aku---"
"Tak perlu memotong, seluruh Tokyo tahu kau pacar Ryu-kun," ujarnya kembali berdiri di depan gadis itu.
"Seluruh Tokyo?"
Harukaze tersenyum hambar. Kepalanya menoleh ke arah jalanan ramai, bertemu dengan gedung-gedung tinggi dan papan iklan yang sudah menjadi ciri khas kota Tokyo.
"Tokyo itu negara serba tahu, kau tahu?"
Gadis itu terdiam, matanya mengerjap-ngerjap.
"Kupikir kau bukan orang Jepang asli, benar tidak?"
Chelsea menengadah menatapnya gugup, "aku... orang Indonesia. Baru pindah beberapa minggu yang lalu."
Ah, orang asing ya...
Kaki Harukaze berjalan mengitari tubuh Chelsea dengan raut wajah acuh tak acuh lagi. Seakan ingin menerka, bagaimana bisa Ryu memilih gadis seperti itu. Pendek-biasa saja-suara yang berat-mata yang bulat. Oh, tidak. Dia memiliki mata bulat yang indah. Ya, itu dia.
"Jadi, apa Ryu sudah pernah..."
Chelsea langsung berbalik dengan wajah sedikit gemetar, "tidak! Dia tidak akan melakukan hal seperti itu padaku. Tidak." Suaranya sangat keras dan lantang. Seakan-akan ia sangat yakin akan apa yang dia bilang walau Harukaze belum menyelesaikan pertanyaannya. Sangat terlihat yakin, kalau ia benar-benar percaya pada Ryu.
Alis Harukaze naik sebelah lalu tersenyum kecut.
"Oh, nampaknya kau percaya sekali padanya ya." Harukaze mengangkat poni yang menganggu matanya.
Gadis itu tak menjawab langsung, nampaknya ia sedang berpikir.
"Ya," jeda sejenak, "aku benar-benar mempercayainya walau aku tahu suatu saat nanti aku akan kecewa sudah melakukan itu," suaranya beranjak pelan dan sedih. Kepalanya merunduk dan tangannya terlipat di depan panggulnya.
"Oh, kenapa kau mempercayainya kalau kau tahu dia akan mengecewakanmu?"
Chelsea terdiam sejenak, "karna aku mencintainya, dan itu... yang membuatku tak bisa keluar dari kutukan ini."
Harukaze menatapi gadis itu sejenak. Entah kenapa ia merasa melihat dirinya yang dulu. Dirinya di mana dulu ia sangat mencintai Ryu yang begitu mempengaruhi hidupnya. Dan entah kenapa, tatapan itu yang selalu membuatnya tak pernah marah di saat harusnya ia bisa membunuh gadis itu. Membunuh gadis yang membuatnya menjauh dari pria itu.
"Cinta," Harukaze mencibir, "percayalah, kau akan menyesal mengatakan itu."
Gadis itu mengangkat wajahnya dengan kerut samar, "kenapa?"
Harukaze melangkah mendekat lalu mencodongkan tubuh ke telinga Chelsea hendak berbisik, "karna kau tidak akan pernah tahu kejadian dua tahun yang lalu."
"Tidak akan?" Suaranya pelan dan bingung. Matanya menatap Harukaze penuh tanya, sedangkan ia merasa semakin percaya diri. Setidaknya masih ada satu hal di dunia ini yang tidak orang lain ketahui selan dirinya dan Ryu.
"Kau tahu, Ryu bukan orang baik. Namanya tertulis di daftar ancaman yakuza."
***
Ancaman? Ancaman apa?
Kerutan di kening Chelsea semakin lama semakin menebal. Dan dadanya entah kenapa semakin terasa sesak, ingin marah tapi tak bisa, ingin menangis tapi ia tidak bisa. Kenapa mencintai seseorang itu begitu menyusahkan dirinya?
"Apa maksudmu, Harukaze?"
Gadis itu memainkan ujung rambutnya sambil tersenyum miring.
"Yakuza adalah perkumpulan yang tak bisa di kalahkan di negri ini. Kau tak tahu siapa orangnya dan kau tak tahu bagaimana cara mereka menyelinap di antara cahaya, karna mereka, tidak pernah terlihat."
Harukaze adalah anak dari ayah Yakuza. Pantas saja dia mengatakan itu. Pantas saja ia menakutinya dengan nama perkumpulan itu. Chelsea tahu, itu hanya ancaman belaka supaya ia bisa berhenti menyukai Ryu. Sungguh, kenapa Chelsea bisa sekuat dan seyakin itu kalau ia akan mencintai Ryu walau rintangan selalu datang?
"Aku tak peduli. Selama aku bisa mencintainya dan menemaninya, aku tak akan berpaling darinya walau suatu saat nanti aku akan sangat menyesal." Suaranya terdengar getir dan serak, ia terlalu yakin sampai-sampai ia merasa terharu akan kekuatan perasaan itu.
Harukaze tersenyum lebih miring lalu mendesah, "yang kutahu, orang Indonesia adalah orang yang sangat ramah dan tak ingin dekat-dekat dengan tindak kriminal, bukan?"
Chelsea mengangkat wajah, tapi ia tidak bisa mengatakan apa-apa. Lidahnya begitu kelu saat ia kembali ingat masa lalu di sekolah dulu. Ada benarnya, tapi Chelsea tak bisa terjebak di antara dua perasaan itu lama-lama.
Kaki Harukaze mendekat pelan dan menyentuh pundaknya.
"Dan seharusnya, menjauh dari sesuatu yang berhubungan dengan Yakuza, bukankah itu lebih baik, untuk orang sepertimu?" Mata kubil Harukaze menyelinap dari poninya, menusuk tajam ke bola mata Chelsea yang kelam.
Harukaze mengancamku?
"Kau tahu, Ryu bukan orang yang pantas untukmu, Ryu adalah kriminal," tambahnya untuk meyakinkan kata-kata sebelumnya.
Kenapa Harukaze selalu menjelekkan Ryu di depannya? Bukankah seharusnya dia mencintai Ryu? Kenapa dia selalu mengatakan hal macam ini tentang Ryu?
"Pikirkanlah itu sebelum terlambat, Asuka-san. Kau tahu kau tak bisa menyesal terlalu lama karna mencintai orang yang sudah gelap sepertinya, bukan?" Suara Harukaze yang lembut dan empuk menelusup dan menjalar ke dadanya, membuatnya semakin merasa sesak dan sulit bernapas.
Ryu tidak mungkin ada hubungan dengan Yakuza. Apalagi terkena ancaman dari Yakuza. Tidak.
"Sampai nanti, Asuka-san," sahut gadis itu sambil lewat di samping tubuhnya lalu tersenyum kecil.
Kepala Chelsea mendadak pusing. Keramaian kota Tokyo yang ringan memberatkan kepalanya dan entah kenapa membuatnya terasa tertekan. Ia tak bisa seperti ini terus. Ia tak bisa terkurung pada masa lalu Ryu yang selalu membuatnya seperti ini. Ia harus keluar dari sini. Ia harus menemukan jawabannya!
Dengan sekali hentakan, tubuh Chelsea memutar dan menghadap Harukaze di depan sana.
"Haruka-san!" panggil Chelsea setengah teriak. Gadis itu berhenti dan menoleh setengah, menunggunya mengatakan sesuatu.
"Ke---kenapa Ryu masuk daftar itu? Apa Ryu benar-benar melakukan hal dua tahun yang lalu itu?" Suara Chelsea pelan, tapi ia yakin gadis di depan sana mendengarnya di tengah deru suara mesin dan keramaian kota.
"Gomen-ne, itu sudah menjadi rahasia yang terlupakan, Asuka-san." Dia tersenyum, menaikan pusing di kepala Chelsea semakin meningkat.
Konyol! Itu benar-benar konyol! Harukaze hanya mempermainkanku!
***
Halloo okairi👋
Update cepet nih hehe, btw maaf ya klo part ini ada yg aneh, soalnya aku pas nulis, suasananya lg berisik. Biasa, aku emg ga bs nulis klo lg berisik, harus diem dan tenang~ hehe.
Okay deh itu aja. Ucapan terimakasih dan big hug buat yg msh nunggu crita ini publish dan bagi mereka yg masukin crita ini ke lib dan readlist🙆🙆
Smoga part ini seru dan kalian ga bosen ya🙏 arigatou gozaimasu😘
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top