Chapter 2 Part 7
"Apa kau menyukaiku, Asuka?" ulang Ryu sekali lagi. Kata-kata itu seakan menghipnotis Chelsea untuk diam dan membiarkan pikiranya kosong. Hanya terisi oleh ribuan pesona yang terpancar dari mata Ryu dan seakan membuat pesona itu menjalari tubuhnya hingga jantungnya berdebaran tidak teratur. Ia tahu sekarang pasti pipinya memerah, tapi Chelsea tidak bisa mengelak. Ryu memang memiliki pesona itu dan Chelsea tak pernah bisa keluar dari sana.
"Chelsea apakah Ryu sudah. . ." Suara wanita dari ruang tamu mendadak membuat Ryu melepaskan tangkupan tangannya dengan lembut. Chelsea melepaskan napas yang sedari tadi ia tahan. Sedangkan Ryu berbalik dengan tubuh gontai ke arah ruang tamu.
Chelsea mengamati itu dengan perasaan kacau. Ia bingung sekarang. Ia tak bisa memastikan perasaannya hanya karna ciuman atau perasaannya yang mendadak muncul itu. Chelsea membenci ciuman itu tapi disatu sisi, ia tak ingin mengakui kalau Ryu bukan orang jahat seperti yang ia kira.
Kenapa jadi serumit ini? Kenapa aku terus merasa seperti ini?
"Oh ternyata kau masih disini," ujar Ibu Chelsea saat melihat Ryu muncul dari dapur ke ruang tamu.
"Terimakasih bibi, masakanmu enak sekali, hmm, lain kali aku akan mengajakmu makan malam di rumahku, untuk sekadar berterima kasih," tutur Ryu dengan gaya memesonanya meraih tas di sofa dan tersenyum ke arah wanita yang berdiri diambang pintu.
"Oh tidak, tidak perlu. Aku yang justru berterima kasih padamu, kau sudah baik mau menemani Chelsea sendirian di rumah."
Dari balik punggung, Chelsea bisa merasakan pria itu tersenyum manis.
"Baiklah, aku harus pulang, ayah sudah mencariku dari tadi. Sekali lagi, terimakasih bibi. Aku pulang dulu," kata Ryu sambil membungkuk yang dibalas senyum lebar ibu Chelsea.
Sebelum Ryu hendak membuka pintu, ia mengehentikan langkahnya dan menoleh pelan ke arah Chelsea yang masih mematung di ambang pintu.
"Jangan lupa minum obatmu, kalau ada apa-apa, kau bisa menelponku."
Lagi-lagi. Persetan dengan sorotan mata itu. Kenapa Chelsea harus terhipnotis lagi dan membiarkan kepalanya mengangguk halus seperti itu? Dan nomor telepon, sejak kapan Chelsea menyimpan nomornya?
"Aku pulang dulu."
Tapi bagaimanapun juga, dia sudah menjagaku seharian ini. Dia sudah menggotongku ketika aku pingsan tadi. . .dia. . .dia. . .
Tepat saat Chelsea ingin mengatakan sesuatu, sosok Ryu menghilang dan ia mulai dilanda rasa menyesal.
***
Next chap bakal lebih seru lohh. Kebingugan perasaan mereka bakal terjwab dan so sweetnya Ryu bakal lebih sweet lagii wkwk
Btw itu buat readers, bintangnya dipencet yaa sekalian biar sama sama enak hehe makasih lo klo masih ada yg baca hehe
Dahh
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top