Chapter 1 Part 5
"Jangan pernah menyamakan antara kehidupanmu di Indonesia dengan di sini lagi, Jepang seperti ini, dan aku juga seperti ini, semua berbeda, dan kau juga harus menerima perbedaan itu."
**
Alis Chelsea terus bertautan. Keningnya berkerut memikirkan kejadian satu jam yang lalu di laboratorium bahasa inggris.
Angin sejuk menerpa wajah Chelsea. Menampar lembut pipinya. Di lapangan, ada banyak kakak-kakak kelas sedang bermain basket. Chelsea duduk tak jauh dari tepi sana. Kursi taman dari kayu menyangga tubuhnya. Ia sedang menunggu Yuki yang sedang meminjam buku ke perpustakaan.
Masih tak habis pikir, Chelsea tak kunjung merasakan jantungnya berpacu normal. Kejadian itu ...
Sewaktu di lab bahasa Inggris, semua orang sudah selesai mencatat. Nishimoto Sensei mempersilakan untuk melanjutkan pelajaran selanjutnya. Sedangkan Nakura sudah mempersiapkan semua murid untuk berkemas. Namun sialnya, tidak bagi Chelsea.
Tidak disangka, ternyata Ryu belum mencatat apa-apa. Dengan sembarang, pria itu menyomot buku catatan milik Chelsea, lalu langsung mencatat ketika yang lain sudah beranjak. Berikut sensei Nishimoto yang sudah keluar lab. Awalnya Chelsea menggertak, tapi Ryu menghiraukannya. Bahkan Chelsea berharap Yuki dan Ai menolongnya, tapi sayangnya mereka berdua tidak berani. Katanya, sewaktu hendak keluar, Yuki memberi kode kalau Ryu hendak memulai langkah awalnya.
Saat itu Chelsea panik dan kebakaran jenggot. Ia tidak mau dengan Ryu berdua saja di lab. Tapi Yuki dan Ai tega. Mereka dengan senyum hambar melambai dan meninggalkan Chelsea di ruangan itu.
Sesaat, telinga Chelsea mendesing karna keheningan yang dalam. Herannya, Ryu terdiam dan fokus menyalin catatan Chelsea, tanpa menghiraukan dirinya di sampingnya.
"Kenapa kau tidak mencatat sedari tadi?" tanya Chelsea sambil duduk menghadapnya. Suaranya tajam, tak ada kesan ramah sama sekali.
Ryu berucap tanpa menoleh, "aku fokus mendengar Nishimoto Sensei, tidak sempat mencatat."
"Kenapa kau tidak meminjam dari Kento atau Hendo, saja?"
"Karna aku menginginkan milikmu."
"Tapi aku tidak."
Mata Chelsea menusuk Ryu. Pria itu menoleh tanpa senyum. Wajahnya serius namun tenang. Napas Chelsea berantakan tak teratur. Antara geram dan pesona Ryu yang mulai bertebaran di hati Chelsea, ia menggertak.
"Kenapa sih, kau bertindak seperti itu ke setiap wanita? Kau tidak seharusnya melihat kaum kami dengan sebelah mata. Kau harusnya meninggikan derajat perempuan, bukannya menggampanginya dengan bergonta-ganti pacar setiap hari! Kalau di Indonesia, kau---"
Belum selesai bicara, tangan Ryu tiba-tiba terulur, meraih leher Chelsea hingga menariknya mendekat ke wajahnya. Hidung mereka nyaris bersentuhan. Chelsea terperanjat, begitu terkejut apalagi ketika ia bisa merasakan hembusan napas Ryu. Untuk beberapa detik, Ryu membiarkan keheningan berbicara lewat matanya. Chelsea terkutuk, ia tak bisa menggertak lagi. Tangan Ryu begitu kuat mencekal lehernya.
"Jangan pernah menyamakan antara kehidupanmu di Indonesia dengan di sini lagi, Jepang seperti ini, dan aku juga seperti ini, semua berbeda, dan kau juga harus menerima perbedaan itu." Ryu berhenti, ia menatap Chelsea dengan seribu kebisuan. Chelsea tak bisa menebak apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi yang pasti saat ini ia sangat ketakutan.
Chelsea menarik napas-membuang napas-semuanya terdengar begitu dekat. Agak risau, Chelsea menggertak lagi, berusaha melepaskan diri dari jeratan tangan dan tatapan Ryu.
"Kau tidak tahu apa-apa tentang aku! Kau hanya---memanfaatkan ketampananmu saja! Aku bukan wanita murahan, jadi jangan berharap---"
Ryu semakin mendekatkan wajahnya, membuat Chelsea menjerit kecil, hampir menangis.
"Jadi, intinya kau memang takut untuk jatuh cinta padaku, iya 'kan?" Ryu menyunggingkan senyum miringnya. Chelsea bisa merasakan pipinya terbakar malu. Tapi tidak menyingkirkan rasa keberaniannya.
"Menjijikan! Pergi! Pergi!!" Chelsea menggertak sekuat tenaga. Memukul pundak Ryu berkali-kali, mendorongnya, tapi itu semua sia-sia. Tenaga Ryu lima kali lebih besar darinya.
"Mungkin kau memang membenciku sekarang ini, tapi aku tak yakin kau akan melupakanku setelah ini," ujar Ryu belum selesai.
Chelsea tersentak ketika melihat Ryu nemiringkan kepalanya, terpejam, dan hendak menciumnya.
Dengan kilat dan refleks, Chelsea menginjak kaki Ryu. Pria itu meringis kesakitan, bersamaan dengan itu cekalan tangannya melonggar, tanpa cekatan, Chelsea langsung melepaskan diri dan berlari ke luar.
"Rasakan itu!"
Namun seketika, bayangan mengenai kejadian itu tiba-tiba menghilang oleh sebuah bola basket yang mendarat di kening Chelsea.
Chelsea tersentak setengah berteriak. Ia terjatuh ke sisi kursi, merasa pusing sejenak, dan denyut di keningnya yang berdetak-detak. Dengan geram, ia menoleh ke arah lapangan basket dan berteriak dengan marah.
"Senpai! Dasar bodoh!"
Tangannya mengusap-usap keningnya sambil terus menggerutu. Mengambil bola lalu melemparnya sekuat rasa marahnya ke lapangan basket. Dari kejauhan nampak seseorang menghampiri bola, pula menghampiri dirinya.
"Asuka-san! Kau baik-baik, saja?!" Seseorang yang berteriak itu suaranya tidak asing. Kening Chelsea yang berkerut tajam kini melonggar terkejut melihat batang hidung Ryu di sana.
Lehernya mengkilap karna keringat yang terpantul sinar mentari. Tubuh 179 sentinya memakai baju basket sekadarnya---baju tanpa lengan, namun celana seragam. Sambil tersenyum miring ia melambai menerima bola.
"Dasar pemain bola payah! Tidak berguna! Pergi saja kau!" serapah Chelsea.
Ryu tertawa dari kejauhan. Dengan setengah kesal, Chelsea pergi dan meninggalkan Ryu yang terus menatapinya bergumam tidak jelas.
***
Hola~
Kalian ngerasa bosen ga sih part ini? Kalo iya maap ya, soalnya ga fokus baru bangun tidur *nguap*
Anyway, aku bakal maksimalin tulisan aku lagi kok, jadi stay tune ya, gulir terusss~
Ps. Bintangnya jangan lupa ya!^^
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top