🌛✨ AMANE & NENE✨🌜
Apa yang mereka lakukan setelah lulus dari Kamome High School?
Amane melanjutkan ke perkuliahan sains demi mengejar cita-citanya menjadi seorang astrounot sedangkan Nene akhirnya memutuskan melanjutkan ke perkuliahan sastra sambil menekuni hobi barunya yaitu menerbitkan sebuah novel romansa.
Sekilas terlihat tidak ada yang aneh bukan? karna akhirnya mereka menempuh apa yang menjadi minat mereka selama ini tapi sebenarnya tidak juga.
Karena kesibukan masing-masing yang begitu sibuk, mereka jadi seringkali lost contact dan mereka bahkan nyaris hanya bertemu beberapa kali selama sebulan.
Amane terlalu ambisius mengejar impiannya hingga seringkali lupa menyapa kekasihnya sedangkan Nene seringkali cemas memikirkan hubungan mereka yang setiap hari semakin renggang bahkan tak jarang saat mereka sedang bertelpon mereka hanya berakhir Nene yang bercerita sedangkan Amane hanya mendengarkan hingga ketiduran karna sudah kelelahan dengan jadwal perkuliahannya yang padat.
Sebentar lagi Nene akan lulus kuliah sedangkan setelah ini Amane akan melanjutkan ke jenjang lebih tinggi demi meraih cita-citanya, bahkan Nene nyaris putus asa jika Amane masih ingat janjinya untuk menikahinya.
Dan jujur, Nene mulai muak dengan hubungan monoton ini.
Seperti pagi itu, harusnya menjadi hari mereka pergi berdua setelah berminggu-minggu tidak bertemu tapi tiba-tiba Amane justru membatalkannya.
Dan ini sudah kesekian kalinya Amane membatalkan janji kencannya.
"B-Batal? Lagi?"
Terdengar suara helaan nafas pemuda itu hingga menciptakan suara bergemuruh pada sambungan mereka.
"Gomen Yashiro, tiba-tiba dosenku memberi banyak sekali tugas praktik dan deadlinenya mepet jadi aku tidak bisa meninggalkannya begitu saja"
Nene mencoba untuk tidak marah namun matanya sudah panas ingin menangis dan mulutnya ingin protes karna lelah kecewa dengan kebiasaan baru kekasihnya ini.
"Baiklah tidak apa-apa, toh kencan ini tidak sepenting perkuliahanmu haha semangat mengerjakan tugas! Jangan lupa jaga kesehatanmu"
"..."
"Amane-kun?"
"Ah tidak gomen, aku mencintaimu Nene"
"Aku juga"
Klik
Nah, apa Nene bilang? Monoton sekali bukan sambungan telfon mereka? Bahkan terkesan kaku sekali untuk orang yang berpacaran nyaris 6 tahun ini.
Nene saja lelah sekali dengan hubungan ini dan ingin sekali rasanya mengakhirinya setiap kali dia tengah menelpon Amane tapi disisi lain Nene masih sangat mencintai pemuda ini.
Nene meletakkan ponselnya lalu membanting tubuhnya ke ranjang sambil memeluk guling dan menangis dalam diam.
Seperti inikah rasanya terikat namun asing?.
🌛✨🌜
Amane memutar penanya sambil sesekali menekan-nekan puncak pena itu pada keningnya lalu menghela nafas berat.
Amane melempar pensilnya ke meja nakas dengan asal lalu bersender pada kursi belajarnya sambil sedikit memijat keningnya yang pusing karna terlalu lama di pakai untuk berpikir menuntaskan semua materi sains perkuliahannya hari itu.
Suara detik jarum jam memenuhi kamarnya yang sepi mengingat hari ini Tsukasa sedang pergi berkencan dengan Aya, mengingat hal itu membuat Amane sedikit gusar.
Jujur, Amane rindu gadis daikon kesayangannya itu.
Tapi, seorang Yugi Amane yang maniak sains itu nampaknya terlalu meletakkan sainsnya pada prioritasnya melupakan bahwa dia punya pacar serta kembaran yang menunggu perhatiannya.
Amane lupa jika manusia bisa terbiasa dengan namanya hubungan renggang yang berkepanjangan.
Amane melirik kalender mejanya dan sedikit ingin memaki dirinya yang sudah kesekian kalinya membatalkan kencan dengan kekasihnya, bahkan dalam sebulan ini nyaris saja Amane menggenapkannya menjadi 10x.
Amane meraih kembali ponselnya berniat menelfon Nene sembari mengerjakan tugas kuliahnya, tapi apa yang Amane dapatkan di sambungan telfon mereka?
Tulisan satu kata singkat.
Rejected.
🌛✨🌜
Oke, ini nyaris pukul 11 malam tapi apa yang Nene lakukan hari ini?
Meringkuk di dalam selimut kamar mengabaikan fakta bahwa ada novel serta tugas kuliah yang harus dia tuntaskan hari ini, matanya benar-benar sembab dan Nene membiarkan ponselnya tetap berbunyi sejak pagi tadi karna saat ini bukan panggilan ponsel yang Nene butuhkan.
Tapi rengkuhan serta senyum Yugi Amane.
Kekanakan? Nene tidak peduli!
Karna pada dasarnya Amane sudah cukup keterlaluan membuatnya kecewa selama berturut-turut.
Melelahkan, Nene ingin mengakhiri hubungan tidak jelas ini.
Perutnya sudah keroncongan namun Nene benar-benar tidak ada nafsu memberi makan para cacing yang sedang berdemo di lambungnya saat ini.
Sesaat kemudian, Nene mendengar bel apartemennya berbunyi dan dengan malas Nene menyeret kaki daikon nya untuk berjalan membukakan pintu mengabaikan fakta bahwa saat ini wajahnya benar-benar berantakan hari ini.
Siapa pula yang bertamu jam segini?
Ceklek
"Nene?! Apa yang terjadi padamu?!"
Nene membulatkan manik magenta nya sempurna betapa terkejutnya mendapati tamunya hari ini adalah orang yang sudah membuatya menangis seharian.
"A-Amane-kun?!"
Amane terlihat panik lalu memeluk Nene erat.
"Gomen, aku memang pacar yang buruk"
Nene terdiam sejenak membalas pelukan pemuda ini erat namun kali ini dia tidak menangis, hanya saja hatinya sedikit menghangat karna akhirnya pemuda ini mau meluangkan waktunya untuknya.
Amane melepas pelukannya sambil mengelus kedua pipi Nene lembut, Nene tersenyum menarik tangan Amane untuk mengajaknya masuk.
"Jadi, kenapa kau menangis?Gomen aku membatalkan kencan kita lagi"Ucap Amane yang terlihat masih khawatir serta merasa bersalah hingga manik amber nya terus-terusan mengarah kearah Nene yang sibuk menyiapkan minuman untuk Amane.
"Ah itu, aku baik-baik saja! Lagipula Amane-kun sudah kesini jadi kurasa aku sudah senang"Ucap Nene berkilah, Amane menghela nafas berat seraya meletakkan makanan yang sejak tadi dia bawakan untuk Nene di atas meja makan lalu memeluk Nene dari belakang.
"Gomen"
Tubuh Nene meremang, wajahnya memanas, dan jantungnya berdegup kencang.
"M-Mou Amane-kun, kenapa sejak tadi kau meminta maaf sih? Memangnya Amane-kun berbuat salah apa?"
"..."
"Um, aku memang sedikit kecewa sih belakangan ini tapi aku juga tidak ingin egois jadi kurasa lebih baik aku menunggu waktu yang tepat"
"Kau yakin cuma sedikit?"
"Aku..."
"Gomen"
Nene menghela nafas berat lalu berbalik menyentuh kedua pipi Amane sambil tertawa kecil.
"Banyak sih, tapi aku sudah bilang kan? Yang penting Amane-kun sud-"
Guuu~
Belum juga Nene menuntaskan ucapannya suara perutnya yang keroncongan mengintrupsi perbincangan penting mereka malam ini, wajah Nene memerah total sedangkan Amane justru tertawa melihat wajah malu kekasihnya.
"G-Gomen Amane-kun, sejak pagi aku belum makan ahahaha"
Amane mendengus menyentil kening Nene.
"Dasar, kau bisa sakit tahu! Sudah ayo makan di balkon kamarmu sambil melihat bintang"Ajak Amane menggandeng tangan Nene sambil menenteng makanan yang tadi dibawanya menuju balkon kamar Nene.
Jadilah malam itu mereka menghabiskan waktu dengan berbincang banyak hal melepas kerinduan mereka selama beberapa minggu belakangan ini, sesaat setelah Nene menghabiskan makanannya mereka terdiam beberapa saat menikmati pemandangan langit berbintang malam itu.
"Nee Nene.."
"Hm?"
"Sepertinya aku akan berhenti soal cita-citaku menjadi astrounot"
Nene yang awalnya menyandarkan kepalanya di pundak Amane pun langsung terkejut sedangkan Amane terkekeh sebelum akhirnya melanjutkan.
"Sepertinya aku akan menjadi guru sains saja"
"Kenapa?"
Amane tersenyum menggenggam tangan Nene.
"Agar aku ada lebih banyak waktu denganmu dan setelah aku diterima jadi guru sains..."
"Hm?"
Amane tersenyum kikuk.
"Ayo kita menikah~!"
Sejenak Nene membatu di tempat tidak tahu harus merespon apa dengan ucapan Amane namun kemudian gadis itu terisak sambil tersenyum mengangguk.
"Ya, mohon bantuannya ya Amane-kun~!".
🌛✨ Next? ✨🌜
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top