17 | Sesuatu yang Tak Seharusnya
"GUE suka sama Melodi. Semua tentang Melodi, selalu bikin gue bahagia. Bahkan ketika gue melukis sketsa wajahnya saja, gue selalu ngerasa memiliki seluruh dunia dan isinya."
Hujan di balik mata Nura masih saja turun. Bahkan lebih deras kala lagi dan lagi kata-kata Virga ter-replay ulang. Berputar-putar tiada henti, seperti halnya hujan deras yang sejak satu jam lalu masih menghantam bumi. Enggan berhenti kendati waktu semakin merangkak menuju tengah malam.
Jika tahu hatinya akan tergores luka dalam, menganga dengan amat lebarnya, Nura pikir tak akrab dengan Virga adalah jauh lebih baik. Seperti sebelumnya, ketika ia hanya diam-diam mencintai sosok itu.
Ketika Virga tak mengenalinya, tetapi Nura selalu merasa bahagia saat pura-pura melintas di depan rumah laki-laki itu, hanya sekedar menebus rindu dalam kalbu.
Nura bahagia ketika hanya melihat status terbaru Virga, menyukai segala sesuatu yang pujaannya itu posting di media sosial. Bahkan ketika itu hanya foto sebuah quotes sederhana, Nura selalu merasa berbunga-bunga membacanya.
Nura lebih memilih tak Virga kenali, tetapi ribuan puisi yang ia ciptakan untuk laki-laki itu selalu membuatnya melanglang buana.
Nura benar-benar tidak tahu kalau patah hati itu bisa sepedih ini. Kemudian, ingatannya mampir ke Sahal dan Melodi. Mereka lebih dulu merasakan patah hati yang dialaminya, mereka lebih dulu tahu kalau cinta mereka tak terbalas.
Apa rasanya sama? Menyakitkan dan menyesakkan seperti apa yang tengah ia rasakan kali ini?
Masih dengan isak tangis tertahan, Nura tertegun lama. Kenyataan kalau Virga akan merasakan hal yang sama saat tahu kalau sebenarnya Melodi mencintai Sahal, seketika menarik ingatan Nura pada isi pesan yang Sahal kirim beberapa hari yang lalu.
| GUE suka sama lo.
| Ayo, jadian!
| Read
Hela napas panjang Sahal mengudara. Ini sudah tiga hari sejak ia mengirim pesan itu kepada Nura, tetapi gadis itu tak juga membalas pesannya.
Jadi, saat Sahal bilang kepada Virga kalau ia nembak Melodi itu adalah bohong. Kenyataan yang sebenarnya itu, ia nembak Nura. Namun ternyata ...
Jelas banget gue ditolak.
... Nura sama sekali tidak menerima pengakuan cintanya.
Menyimpan kembali ponsel di sisi bantal tempat ia berbaring, Sahal kemudian bangkit dari posisi tidurnya. Menjadikan kepala tempat tidur sebagai sandaran tubuh ringkihnya. Pening masih dirasa dan sakit di area dadanya pun masih saja mengganggu, padahal ia sudah mengkonsumsi obat yang Virga berikan semalam. Ah, sejujurnya Sahal bahagia saat mendengar kalau Virga mau repot-repot membelikannya obat.
"Kamu sudah bangun?" Derit pintu yang terbuka, mengalihkan tatap Sahal.
"Hm," gumam Sahal saat langkah Risti berhenti tepat di hadapannya. Wanita itu menyentuh kening dan lehernya silih ganti. Sahal cukup senang karena Risti tampaknya jadi lebih lembut padanya. Entah apa yang terjadi, wanita itu jadi lebih perhatian. Padahal sebelumnya, saat ia sakit, Risti hanya akan mengomel dan mengeluh meminta ia untuk pulang saja ke rumah ayahnya.
"Demamnya udah agak turun." Risti mendudukkan dirinya di tepi tempat tidur. Menepuk-nepuk kaki Sahal dengan lembut, selagi matanya menatap sendu wajah pucat Sahal. Mengingat apa yang ia lihat semalam, membuat air matanya kembali menetes. Lembut, ia membawa tubuh Sahal dalam dekapannya. Lantas mengucap maaf berulang kali.
"Kenapa?" Sahal cukup heran melihat Risti menangis, memeluk tubuhnya terlebih. Namun, Sahal tak menolak pelukan itu dan membalasnya dengan lebih erat.
Risti menggeleng. Air matanya menetes semakin banyak. Wajahnya terbenam di balik ceruk leher Sahal. Menghirup aroma collonge yang sudah bercampur dengan keringat di sana.
Sahal tak bergeming. Hanya menikmati pelukan hangat yang Risti berikan. Apa pun yang membuat wanita itu berubah, Sahal sangat berterima kasih. Kemudian, getar ponsel di sisi tubuhnya terasa. Nama Nura Komala terpampang di balik lockscreen ponselnya. Tanpa melepas pelukan Risti, Sahal mengambil benda pipih itu dan membaca pesan apa yang masuk. Begitu isi pesan itu tercerna sempurna ...
"Ma, aku mau berangkat sekolah hari ini."
... Risti kontan melepas pelukannya kala kalimat itu terdengar. Keningnya berkerut bingung saat Sahal tiba-tiba saja turun dari tempat tidur. Cukup sangsi melepas Sahal pergi ke sekolah ketika melihat langkah dan pergerakan Sahal masih terlihat lemah.
"Tapi, Sahal ..."
"Aku udah baik-baik aja." Balasan pesan Nura membuat ia tiba-tiba saja bersemangat. Meski suasana hati itu tak cukup sinkron dengan tubuhnya, Sahal tidak peduli. Yang ingin ia lakukan hari ini hanya bertemu dengan Nura.
Nura Komala
| Kita resmi pacaran setelah lo sembuh dan kembali sekolah.
| Jadi, cepet sembuh, calon pacarnya Nura!
| (9`・ω・)9
"KITA berangkat bareng."
Melupakan roti gandum selai nanas yang tengah dinikmatinya dengan enggan, Sahal melirik Virga di sampingnya. Raut tak percaya jelas tergurat di balik wajah tampannya yang terlihat pucat dan tirus.
Di tempatnya, Risti dan Roman saling pandang, sebelum kemudian tersenyum tipis. Tidak menyangka bahwasannya perkelahian tiga hari yang lalu membuat hubungan kedua anak mereka berangsur membaik.
Baik Sahal maupun Virga tak lagi menyuarakan apa pun. Sampai keduanya kemudian menghabiskan sarapan masing-masing dan pamit kepada Risti dan Roman. Ini hari Senin, mereka harus datang lebih pagi ke sekolah jika tidak ingin mendapat hukuman berdiri di depan peserta upacara lain.
"Lo harusnya enggak sekolah dulu," tukas Virga. Ia membuka pintu utama dan terkejut saat iris mocca-nya menemukan sosok Melodi tengah berdiri di hadapannya. "Melodi?" Tatap Virga kemudian terlempar ke arah Sahal. Berpikir kalau Melodi datang untuk bertemu dengan saudara tirinya itu. Namun, ....
"Ayo kita pacaran, Virga!"
... kalimat yang Melodi tuturkan sungguh di luar dugaan. Sungguh sebuah sambutan mengejutkan. Tak hanya untuk Virga, tetapi Sahal juga.
"Maksud lo?" Virga kembali melirik Sahal. Tentu saja, ia bingung dengan perlakuan Melodi. Gadis itu benar-benar menatap dan berbicara padanya, meminta ia jadi pacarnya sementara ia tahu kalau Melodi menyukai Sahal. Hal itu benar-benar membuat Virga seperti baru saja disedot ke dalam dunia mimpi.
"Katanya, lo suka sama gue. Jadi, kita pacaran saja," tukas Melodi. Tak sekalipun gadis itu melirik Sahal yang hanya mematung di tempatnya. Melodi hanya ingin fokus sepenuhnya kepada Virga. Menuntut jawaban dari laki-laki di hadapannya.
"Gue kayaknya enggak bareng sama lo deh, Ga. Lo mending berangkat sama Melodi aja." Setelah berkata demikian, Sahal pergi meninggalkan tempatnya. Memberi ruang untuk Virga dan Melodi menyelesaikan urusan mereka. Sahal berharap, Nura masih menunggu angkutan umum di tempat biasa. Ia pikir, berangkat bersama Nura akan membuat perasaan dan kondisinya jauh lebih baik.
Bandung, 02 Pebruari 2021
Liat anak ini, pengen nyebut aja bawaannya teh (/_\)
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top