1 | Di antara Rinai Hujan

BERSAMA payung warna-warni dalam genggaman, Nura melangkah pendek-pendek. Membelah jalan sambil sesekali melompati genangan air. Raut cerianya sungguh kontras dengan cuaca mendung saat ini. Senandung kecil sesekali lolos dari bibir mungilnya, berpadu dengan suara gerimis yang jatuh menghantam badan payung.

Satu jam yang lalu hujan tumpah ruah membasahi bumi, menyisakan gerimis yang entah kenapa terasa semakin mengundang rindu. Menggebu-gebu sehingga Nura bahkan tak kuasa menahan diri untuk bertemu.

Mudah-mudahan ada di depan rumah. Batin Nura mengukir asa. Mengharapkan sesuatu yang konyol sebernarnya. Saking konyolnya, ia tersenyum-senyum sendiri kala langkahnya nyaris mendekati tempat tujuan.

Tak berselang lama, senyum gadis penyuka banyak hal itu sedikit memudar sebab netranya menangkap hal lain di sana. Laki-laki berseragam OSIS yang kini berjongkok di depan gerbang rumah itu, tentu bukan orang yang diam-diam ingin Nura lihat.

Sempat Nura berpikir untuk berbalik dan kembali. Menahan rindu yang menuntut untuk dilunasi. Namun, raut mendung yang tergurat di balik wajah laki-laki itu seperti magnet. Mengandung daya traksi yang kuat. Menarik Nura untuk mendekat.

"Lo sengaja main hujan ya?" Tanya itu terlontar begitu saja. Sedang payung yang digenggamnya spontan diarahkan pada laki-laki itu. Melindunginya dari serangan hujan yang intensitasnya perlahan bertambah kembali.

Sahal-laki-laki berseragam OSIS itu-refleks berdiri. Kuyup membuat badannya agak menggigil. Menggelugut. Bibirnya yang sudah membiru bergetar. Nura yakin kalau laki-laki itu sudah cukup lama mengguyur dirinya dengan air hujan.

Saat laki-laki itu melangkah pergi tanpa menjawab pertanyaannya, kening Nura berkerut. Sedang bibirnya menggerutu tak jelas. Aneh banget, sih. Pikirnya.

Hujan kembali menderas bersamaan sosok yang mengukir rindu dalam dada Nura terlihat keluar rumah. Nura ingin melihat sosok itu lebih lama sebenarnya, tapi entah kenapa hujan yang kembali lebat membuat Nura lebih memilih untuk berlari menyusul laki-laki tadi.

"Emang harus ya hujan-hujanan gini?" Dengan agak susah payah, Nura memayungi laki-laki itu. Tinggi tubuh mereka terpaut lumayan jauh. Sehingga gadis berambut kecokelatan itu harus sedikit berjinjit agar payungnya tidak nyangkut di kepala si laki-laki.

Sahal masih enggan bersuara. Hanya saja hatinya mulai menyusun banyak tanya. Perihal gadis yang saat ini berjalan di sampingnya. Mereka tak saling kenal, tetapi kenapa gadis itu bisa sepeduli ini padanya?

"Dingin banget sih lo kayak hujan." Nura agak memajukan bibirnya. Sebal. Baru kali ini ia merasa kehadirannya tak dianggap seperti ini. "Orang nanya itu dijawab kali"

"Gue bisu. Paham?" Sahal menatap mata teduh gadis di hadapannya sejenak sebelum memilih untuk menjauh, membawa tubuhnya berlari. Menembus hujan. Meninggalkan gadis berwajah bulat itu dalam kebingungan.

"Bisu apanya sih?" Nura mencebik. Kesal. Membiarkan laki-laki itu berlari menjauh hingga punggung tegaknya kemudian semakin samar dan lenyap dalam pandangan.

Kenapa juga gue peduli yaelah? Dia yang ujan-ujanan. Dia juga yang sakit entar. Sedikit menggerutu, kesal sebab pilihannya untuk menyusul laki-laki itu membuat ia tidak jadi bertemu dengan pujaan hatinya. Cinta pertamanya.

Bandung, 27 Maret 2020

.....

Saya bawa Sahal balik dari awal lagi. Tapi, cast Nura saya ganti. Mendadak jadi gemes aja gitu sama couple mereka berdua ini.

Nura sama Sahal.

Btw, tanggal publikasinya enggak saya ganti yaaa...
-

--------------------------------------------------------------

Note: Semua gambar yang ada di cerita ini, diambil dari berbagai sumber.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top