June 9th . The Blue Eyes

Sub genre: HTM

"Siren?"

Yoru mengerutkan kening. Dia tampak antusias setelah Alan menceritakan perihal makhluk mitos Norway itu. Dia menjilati kakinya sejenak.

"Apa kalau diasinkan rasanya akan enak?" tanyanya kemudian.

Alan terkekeh. "Tidak ada Siren asin di sana, Yoru," jawabnya geli. "Yang ada kau terhipnotis mereka sebelum kau menangkap dan mengasinkan mereka."

Yoru meneguk saliva. Dia memandang ke luar jendela dimana salju makin pekat. Sesekali, kucing hitam itu terpejam, terlelap karena sepertinya perjalanan mereka akan panjang.

Bunyi bel kereta berdengung keras menembus dinginnya salju. Musim dingin tahun ini seperti lebih dingin dari pada musim dingin sebelumnya. Pantas saja Alan awalnya ogah kembali ke rumahnya.

Para penumpang sudah ada yang tenggelam di alam mimpi, sementara yang lain sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ada yang tengah menikmati camilan, mengobrol dengan penumpang di sampingnya, atau mondar-mandir mencari sesuatu yang mereka inginkan---agar kedua tungkai tidak kebas.

Sesekali Yoru menggoyangkan ekornya yang panjang ke kanan dan kiri, lalu diam. Beberapa saat kemudian, kucing itu membuka matanya perlahan. Tampak masih ada yang duduk di sampingnya dan dia menduga itu adalah Alan.

Dia menoleh ke samping dan berjingkat ketika melihat sebuah kepala mengintip dari jendela.

Tepatnya dari luar jendela.

Degup jantung Yoru berdetak tidak karuan. Napasnya memburu. Kepala itu makin mendekat dan sangat jelas menunjukkan kalau ia memiliki netra berwarna biru.

"Alan!" seru Yoru dan berbalik.

Namun, gerakannya terhenti ketika dia melihat Alan masih duduk dan tertidur di sampingnya. Dia berbalik dan mendapati dengan jelas mata biru yang menerornya tadi.

Yoru melangkah mundur. Dia menabrak kaki Alan yang sedang tidur sampai bergerak pelan.

"Alan," panggilnya setengah berbisik, tetapi pemuda itu tidak bangun sama sekali. "Alan?"

Pemuda berambut hitam itu hanya menggeliat seolah tidak ada niatan untuk membuka mata. Jaket tebalnya sedikit terbuka di bagian kancing. Yoru ingat sekali kalau tadi Alan mengancingkan semua kancing depan jaketnya dan dia tidak akan membukanya kecuali suhu makin panas.

Akan tetapi ....

Suhu detik ini dingin sekali. Jadi, mana mungkin pemuda itu mau membukanya?

Keempat kaki Yoru gemetar. Dia berbalik pelan ke arah jendela demi memeriksa si mata biru tadi. Namun, yang dia dapat selanjutnya adalah netra biru yang jelas-jelas ada di depan dirinya.

Kucing hitam itu tergolek lemas seketika.

****

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top