June 4th . The Black Memory
Sub genre: HTM
Kening Alan berkerut. Pandangannya berkunang-kunang akibat dari penyeberangan dimensi barusan.
Penyeberangan dimensi? Tidak. Dia dan Yoru hanya berteleportasi dari satu tempat ke tempat lain melalui portal tersebut.
Sekarang, keduanya terjebak di sebuah ruangan remang-remang. Alan bangkit meski kepalanya masih pusing. Sementara itu, Yoru masih menjilat kaki dan wajahnya layaknya kucing normal.
"Di mana kita? Di mana Anne?" tanya pemuda tersebut.
"Tentu dia bukan Anne, Alan," jawab Yoru. "Banyak penyihir di Terania melakukan manipulasi pada rupa mereka agar bisa dikenali oleh manusia. Itulah yang biasa dilakukan oleh para makhluk yang kalian sebut 'Jin'."
Alan mengangguk. Dia mengedarkan pandangan ke sekitar. Di ruangan dengan pencahayaan samar itu hanya terdapat banyak sekali foto yang ditempel di dinding. Beberapa foto sudah ada yang usang dan gambarnya kabur, sementara yang lain masih utuh meski gambarnya tidak begitu jelas.
"Tempat apa ini?" bisik pemuda yang bajunya sudah berantakan itu.
"Aku tidak tahu," balas Yoru.
"Sebaiknya kita harus cepat keluar dari sini!"
Alan berjalan mendahului Yoru, mencari titik di mana dia bisa menemukan sesuatu yang dinamakan pintu. Namun, tidak ada lubang apa pun di sana. Ruangan itu tertutup dari segi mana pun. Bahkan, cahaya yang ada di sana pun seperti arus sihir yang sengaja ditaruh begitu saja.
"Aku tidak mungkin salah tujuan," gumam Yoru yang kemudian berubah menjadi seorang gadis berambut blonde. Dia mendekati salah satu sisi ruangan dan menyentuh dindingnya.
"Bukankah sudah kau pastikan kalau kita mengikuti wanita itu tadi?" tanya Alan.
"Kompasku tidak pernah salah. Hidung kucing tidak pernah salah."
Beberapa menit mereka lewati dalam hening. Alan mencoba mengartikan sendiri alasan mereka terlempar dan mendarat di ruangan hampa itu. Sementara itu, Yoru menelisik foto-foto yang tertempel. Potret beberapa orang yang tidak asing.
"Bukankah ini dirimu?" tanyanya memecah keheningan.
Alan menghampiri gadis itu dan melihat dengan saksama potret yang ditunjuk olehnya. Dia mengernyit. "Ini fotoku saat berumur 10 tahun. Saat kepindahanku ke Petersburg," ujarnya.
"Jerman?"
"Iya, saat aku mengadopsimu untuk pertama kalinya," jawab pemuda berambut hitam itu. "Aku ingat sekali kalau Kakek yang mengambil foto ini. Saat itu, Kakek masih hidup."
Tangan Alan terangkat dan menyentuh potret tersebut. Dia mencabut lembar memorial itu dengan cepat. Namun, sesuatu tiba-tiba saja terjadi.
Sebuah suara yang entah dari mana asalnya melengking keras. Membungkam pendengaran mereka. Lengkingan itu beralih menjadi tawa seorang wanita, lalu menjadi kikik anak kecil, dan terakhir menjadi gertakan seorang pria tua.
Ruangan terasa bergoncang hingga membuat Alan dan Yoru terombang-ambing di dalamnya. Sampai pada akhirnya, Yoru menyadari sesuatu dengan kondisi pemuda yang bersamanya sekarang.
"Alan!" pekiknya.
Alan menutup kedua telinganya rapat-rapat. Matanya terpejam kuat.
"Aku tidak mau mengingatnya!" erangnya menahan kesakitan yang hanya dirasakan olehnya.
Yoru sigap melompat ke arah pemuda tersebut, lantas menakupkan kedua tangannya di wajah Alan. Sesuatu kembali membuatnya tersadar. Gadis itu mengedarkan pandangan.
"Siapa pun pencuri Alexandrite, dia pasti ada hubungannya dengan Alan."
****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top