June 3rd . An Ancient Castel
Sub genre : Historical
Musik terus bergema mengiringi tarian dan festival kala itu. Namun, arah pandangan Alan dan Yoru tidak juga berubah. Keduanya masih sama-sama melihat ke arah batu berwarna hitam kebiruan yang dijadikan liontin di kalung seorang penari.
Alan menatap Yoru, memberikan sebuah isyarat dengan menggerakkan dagunya ke satu arah. Namun, belum sempat Yoru menimpali, sang perempuan pembawa batu itu telah pergi.
Pemuda 15 tahun itu menggeram. Dia melepas genggamannya pada gadis-gadis di sekitar dan mencari sosok perempuan tadi. Yoru menyusul sekian menit kemudian.
"Di mana?" tanya Alan.
Yoru menyipitkan mata. Hidungnya mendengus sejenak. Telunjuknya terarah pada sebuah jalan setapak di ujung alun-alun Terania.
"Ayo!"
Benar saja. Perempuan tadi berjalan cepat entah menuju ke mana. Yoru melangkahkan keempat kakinya mendahului Alan. Namun, langkah mereka terhenti ketika melihat sebuah kastil tua.
Alan menghampiri Yoru yang menggeram lirih dengan ekor panjangnya yang menegak ke atas. Mata kuningnya memandangi bangunan penuh lumut dan paku. Beberapa bagiannya sudah retak, bahkan runtuh. Namun, yang membuat Alan sedikit bergidik adalah suasana di sana.
Gelap dan mencekam.
"Apa Raja Henry VIII pernah tinggal di sini?" bisiknya pada Yoru yang setengah duduk di samping kaki kanannya.
"Terania adalah dunia fantasi, letaknya di dimensi lain dunia manusia. Raja Henry tidak mungkin tersesat sampai kemari," jawab kucing hitam tersebut.
"Oke. Aku berhalusinasi kalau dia ada di sini sekarang."
"Kau percaya bahwa sugesti bisa memengaruhi kesadaran dan reaksi sekitar terhadap dirimu?" tanya Yoru sambil menatap pemuda di sampingnya.
"Apa? Aku tidak percaya!" sangkal Alan.
"Kau harus percaya ... karena Terania adalah dunia fantasi."
Yoru melompat dan melanjutkan langkahnya memasuki kastil tua. Sementara itu, Alan mengekorinya bagai anak ayam mengikuti sang induk. Sosok perempuan yang dicari mereka kembali terlihat. Gaun putihnya menyeret hingga beberapa rangkaian cabang semak mungil yang kering terbawa olehnya. Perempuan itu berhenti di perempatan koridor.
"Hei!!!" pekik Alan disambung raungan Yoru---meski terdengar lucu.
Perempuan itu menoleh, menampakkan warna mata birunya. Hampir sepadan dengan warna netra Alan dan batu yang dibawanya. Batu itu berkilau meski berada di tengah remang-remang cahaya hitam cenderung merah pekat. Mistis dan mampu meruntuhkan tekad.
"Kembalikan batu dukunku!" seru Alan.
Yoru sontak berdecak. "Alexandrite, Bodoh!"
"Ya. Kembalikan batunya! Itu milikku!" ulang Alan.
Seringai tipis terukir di sudut bibir perempuan tersebut. Satu tangannya melambai, bergoyang membentuk sebuah pola gerakan tak tentu. Sampai pada akhirnya, bayang-bayang gelap mengerubungi dan berubah menjadi jubah bertudung hitam, selaras dengan rambutnya.
Alan mengernyit. Sebuah ingatan terngiang dalam pikirannya ketika melihat rupa perempuan itu.
"Anne Boleyn?" gumamnya.
Yoru lantas mengerutkan kening. Dia menatap perempuan yang masih berdiri di ujung koridor. "Istri Raja Henry yang dihukum---ah, sial. Mana bisa yang seperti itu terjadi di sini?"
Kucing hitam itu menggigit salah satu kaki Alan hingga pemuda itu berjengit. Kemudian, ia berlari ke arah perempuan yang memang secara penglihatan mereka mirip seperti mendiang Anna Boleyn, istri Raja Henry VIII yang dihukum dengan cara dipenggal kepalanya karena ulah Raja Henry sendiri. Siapa pun pasti mengenal sosok pria bengis yang sangat suka mempermainkan hati para wanita pada zamannya itu.
Sosok perempuan itu menangkupkan tudung dan berlari ketika Yoru makin mendekatinya. Alexandrite masih bergelantung, berkilau menarik perhatian kedua pemburunya.
"Alan, cepat!" pekik Yoru.
Perempuan itu menjentikkan jemari dan membuat sebuah portal spiral merah kehitaman. Dirasa waktu makin cepat, Yoru mengeong keras hingga kode-kode sihir yang keluar darinya seolah mengunci pergerakan portal yang makin lama makin menipis. Perempuan tadi sudah melompat ke portal.
Alan mempercepat larinya, sementara kucing hitam itu meneriakinya sudah seperti guru olahraga di sekolah saja. Sampai pada akhirnya, keduanya masuk ke portal dan menghilang tanpa jejak.
****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top