June 17th . The Call
Sub genre: fantasi
Langkah kaki Alan dan Yoru tertuju pada sebuah ujung jalan. Napas keduanya tersengal, terutama Alan. Pemuda seperti dirinya sangat benci sekali olahraga fisik. Terakhir kali dia ingat kalau nilai lari jarak cepat di mata pelajaran olahraganya adalah C.
Alan menoleh ke belakang ketika dirinya berhenti. Tidak ada yang mengikutinya. Namun, bukan berarti dia bisa bernapas lega. Energi asing itu masih terasa.
Sejak kembali dari Terania, Alan bisa merasakan dan membedakan berbagai macam energi. Dalam penglihatannya, energi itu memunculkan banyak spektrum warna seperti aura cakra. Seringkali dirinya merasa terganggu, tetapi lambat laun akhirnya dia bisa menerimanya.
"Dia masih mengikuti kita," gumam pemuda itu.
Gulungan perkamen kuno yang dibawa Alan bergetar hebat. Alan kembali berlari dan keluar dari jalan setapak itu. Netranya memandang ke sana kemari mencari sesuatu. Didapatinya sebuah unit telepon lama di tepi jalan.
Alan berlari ke sana, diikuti oleh Yoru. Kucing hitam itu mengeong keras, merasakan hawa jahat yang membuat kumisnya bergejolak.
Keduanya masuk ke bilik telepon umum. Namun, hal yang terjadi selanjutnya adalah adanya gumulan kabut hitam yang makin lama makin pekat di sekitar mereka. Alan menatap Yoru yang sontak melompat dan meringkuk waswas di pundaknya.
"Ini ... apa?" bisik Alan bergidik.
"Mana kutahu," timpal Yoru. "Meskipun aku bisa melakukan shifting, bukan berarti aku tahu ini kabut apa."
Napas Alan tertahan. Kabut hitam itu menebal dan mengepung mereka. Mata Alan menyipit ketika sebuah bayangan hitam ke luar dari kabut tersebut, membentuk sesosok bertudung hitam yang seolah nampak mengambang.
Sihir?
Namun, sesuatu menarik perhatian Yoru. Matanya berbinar-binar. Ia langsung melompat turun dan serta-merta keluar dari bilik telepon umum tersebut. Alan tersentak.
"Yoru!" pekiknya.
Pemuda itu menyusul si kucing. Akan tetapi, langkahnya terhenti seketika. Kabut di sekitarnya makin tebal serasa menusuk rongga pernapasannya. Alan jatuh dengan tangan memegangi dada. Matanya membelalak dengan harapan masih bisa menemukan Yoru detik ini.
Sebuah tangan hitam tiba-tiba saja menyekap mulutnya. Alan memberontak, tetapi gagal. Sementara itu, Yoru yang mendengar sesuatu yang berisik langsung menoleh. Dia berbalik ketika melihat Alan telah dikerumuni oleh banyak sosok bertudung hitam.
Jangan! Jangan kemari!
Alan tidak bisa berteriak. Napasnya sesak. Ketika tubuhnya hampir saja lemas, sebuah kilatan cahaya biru merambat dan langsung mengenai sosok-sosok bertudung itu. Kabut perlahan menghilang.
Sayup-sayup Alan bisa melihat Alexandrite tengah dipegang oleh salah satu sosok yang tengah bertarung dengan seseorang. Kening Alan mengerut sekejap.
"Pa ... man ...?"
****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top