June 16th . The Mystery

Sub genre: action

Alan masuk ke terowongan dengan membawa sebuah lentera. Yoru terlihat mengekorinya dari belakang. Mata kucing itu mengedarkan pandangan dengan awas. Energi yang ada di sana sangat gelap dan penuh dengan aura negatif. Hal itu tentu saja bisa dirasakan oleh hewan seperti kucing.

"Apa benar arahnya kemari?" tanya Yoru sedikit berbisik.

Pemuda bermata biru itu mengangguk. "Aku ingat sekali kalau Hillstone melewati terowongan ini, Yoru," jawabnya. "Tapi, dulu tidak segelap ini."

Yoru tidak menimpali. Dia hanya diam dan terus mengikuti langkah Alan. Dia hanya merasa jika sesuatu yang asing telah menunggu mereka di depan sana.

Beberapa menit berlalu. Terowongan itu serasa tidak berujung. Tidak ada hal lain yang mereka temukan selain gelap dan sunyi.

Alan mendengkus. "Kenapa panjang sekali, ya?" gumamnya mulai meragukan keyakinan sendiri.

"Bagaimana kalau kita balik saja?" usul Yoru. "Kita sudah lama lewat sini dan kalau mau, kita bisa cari jalan lain, 'kan?"

Pemuda itu mengangguk. Saran Yoru ada benarnya juga. Akhirnya, dia memberi isyarat pada kucing tersebut untuk berbalik.

Namun, belum sempat mereka berbalik arah, sebuah suara terdengar dari ujung terowongan mengarah ke mereka. Suaranya seperti terseok, kencang, begitu kasar, dan liar. Mereka tidak bisa melihatnya meski menggunakan lentera sekali pun.

"LARI!"

Yoru bergegas melarikan diri, diikuti Alan di belakangnya. Mereka berlari berbalik ke titik awal.

Makhluk itu terus mengejar mereka, bahkan ketika Alan tersandung akar merambat, suara itu semakin terdengar keras. Mata birunya berkilat, membelalak sebelum akhirnya menatap Yoru.

"Lari keluar dan beritahu Paman Harvey, Yoru!" titahnya.

"Aku tidak mau meninggalkanmu!"

Alan menggeram, sedikit kesal dengan keras kepalanya kucing itu. Namun, dia tidak bisa melakukan apa pun sekarang. Suara itu makin lama makin mendekat. Sampai ketika geraman itu keras, sebuah kilatan cahaya menyilaukan netra mereka.

Pemuda itu menyipitkan pandangan, mencari tahu pemilik sinar tersebut. Sementara itu, suara tadi perlahan menghilang dan dengan tiba-tiba muncul sebuah gulungan perkamen jatuh tepat di depan Alan.

Alan mengarahkan lenteranya ke benda tersebut dan meraihnya. Yoru tampak menghampiri.

"Apa itu?" tanyanya.

"Aku tidak tahu."

Hanya ada ukiran berhuruf mandarin di sana. Dan tentunya, Alan tidak tahu bagaimana cara membacanya karena dia sama sekali tidak pernah mempelajari bahasa tersebut.

Napas pemuda itu sesak. Dadanya sakit.

"Kita harus kembali," ucapnya. "Oksigennya semakin menipis."

****

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top