June 15th . The Stone

Sub genre: adventure

Pemuda berambut hitam itu menyusuri jalanan setapak yang menghubungkan rumahnya dengan dunia luar. Ya, seperti itulah Alan menyebutnya mengingat rumahnya terletak di atas bukit, sementara rumah-rumah lain berada di bawah bukit, tepat di pinggir pantai.

Dia berjalan cepat dengan Yoru berada di pundaknya. Melangkah dengan sebuah harapan semu.

Alexandrite harus segera mereka temukan.

Alan ingat sekali, area tempat reporter tadi berada adalah di Hillstone. Cukup jauh jaraknya, tetapi masih bisa diakses dengan berjalan kaki. Wilayah itu berada di kaki bukit, di sebelah utara di mana kampung-kampung nelayan dengan bisnis menengah ke bawah tinggal di sana. Alan mafhum sekali karena saat dia berusia 8 tahun, sang ayah pernah mengajaknya ke sana.

Namun, apa yang terjadi di Hillstone? Kenapa virus itu berada di sana? Dan kenapa Alexandrite juga ada di sana? Siapa yang membawanya?

Berbagai pertanyaan mencuat ke segala arah memenuhi isi otak Alan Jackson sekarang.

"Alan! Hati-hati!"

Alan hampir saja tersandung akar pohon ketika Yoru meneriakinya. Dia terlalu fokus pada misinya sekarang dan lupa kalau akses menuju Hillstone dipenuhi oleh akar-akar gambut yang bisa saja melukai kakinya.

"Terima kasih, Yoru." Dia kembali melangkah dengan pelan.

Ada sebuah terowongan di depan sana. Alan mengernyit. Meski mengingat arah jalan, tetapi dia lupa bagaimana medan yang harus dilewatinya. Dia bahkan lupa kalau ada terowongan kuno di sana.

Pemuda itu berjalan. Ingatannya menguar tentang Terania yang dulu pernah dijejakinya melalui portal di rumah mendiang sang kakek. Pikirannya bertanya-tanya, apakah terowongan ini akan mengantarkannya kembali ke dunia fantasi itu?

"Sepertinya, ini mengarah ke Hillstone," bisik Yoru.

"Kita melewati jalan lama," ucap Alan. "Aku sudah bertahun-tahun tidak ke Hillstone dan yang kuingat hanya lewat jalan ini."

"Tapi refleksmu luar biasa hebat, Alan."

Pemuda itu terkekeh sejenak. "Ayo, kita harus segera menemukan batu dukunnya!"

Yoru berdecak. Dia meringkuk di pundak Alan dengan melingkarkan ekor di lehernya. "Sebut saja Alexandrite. Kenapa susah sekali!"

"Namanya sulit dan lidahku tidak biasa menyebutnya begitu."

Alan mulai menyusuri terowongan. Dia mengambil sebuah lentera yang tampaknya sengaja dipasang di sana oleh warga yang melintas sebagai penerangan dan membawanya masuk. Pemuda itu tak berharap banyak. Dia hanya ingin segera merebut Alexandrite kembali dan menyerahkannya kepada Edward.

Sementara itu, Edward sendiri telah sampai di rumah Vienna. Dia mengetuk pintu utama dan tidak ada sahutan dari dalam. Sebuah arus energi terasa olehnya. Pria itu menoleh ke salah satu arah dengan kening berkerut.

"Alan!"

****

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top