Only Me
Dunia sudah hancur.
Begitulah berita menyebutkan kabar itu dua minggu yang lalu. Semua disebabkan oleh zombie yang menyerang manusia. Terdengar seperti film, namun sekarang itu telah menjadi kenyataan.
Seingatku awalnya wabah itu terjadi di Korea. Aku sedikit lupa awalnya dari mana, Seoul? Busan? Lalu tahu-tahu saja mulai menyebar ke seluruh dunia.
Indonesia sendiri dimana tempatku berada akhirnya juga mengalami wabah ini. Kematian, kekacauan yang disebabkan oleh zombie...seingatku dua hari yang lalu. Padahal negara ini sudah cukup cepat mengantisipasi kemungkinan wabah itu masuk. Namun tetap tak terelakkan.
Aku rada lupa bagaimana awalnya wabah di negara ini terjadi. Seingatku katanya bermula dari seorang mahasiswa yang baru pulang dari olimpiade internasional? Er....dia anak Universitas Indonesia seingatku? Satu kampus denganku.
Ketika kabar itu bermula aku dengan cepat mengemasi barangku di kosan, lalu berniat bertolak ke kampung halaman. Namun terlambat, kota sekitar kos ku mulai dipenuhi zombie. Aku tak punya pilihan lain selain mengurung diri didalam kamar sembari mendengar informasi lewat ponsel dengan persediaan makanan sekenanya. Beruntung waktu kejadian itu masih awal bulan, aku sempat mengumpulkan stok makanan dan mendapat kiriman dari kampung. Itu cukup membuatku bertahan seminggu.
Tapi apa artinya persediaan cukup untuk seminggu kalau tak ada perubahan yang berarti terjadi dalam kurun waktu segitu. Justru malah tambah buruk?
Aku mendengar ketika wabah ini dimulai selalu ada hitung waktu jumlah kematian setiap jamnya. Dan semakin lama semakin banyak saja orang. Penyebarannya cukup cepat, hingga aku mendengar di hari kedua kabar soal berapa orang yang mati tidak terdengar lagi disini. Malah sebuah berita dari luar negeri mengatakan kalau Indonesia sudah seluruhnya terkontaminasi virus zombie.
Bullshit. Aku masih disini masih hidup. Terkunci di ruangan dua kali tiga kostan. Sulit keluar diantara zombie diluar sana berlalu lalang. Bertahan dengan sebungkus keripik kentang dimakan untuk tiga hari.
Uh...air terakhir yang kupunya sudah mulai habis dan roti terakhir yang kupunya sudah mulai berjamur. Sepertinya aku harus keluar hari ini mencari makanan di minimarket dekat sini. Semoga saja masih ada.
Kreeek
Aku berusaha sepelan mungkin membuka pintu kamar kostku. Berjalan pelan berharap kost ini tak ada zombie di kamar lainnya.
"AAAAAAA"
Namun tak sesuai harapanku, ternyata begitu aku sampai di depan pintu pagar kosan, aku melihat ada beberapa penghuni kosan mendekat dengan wajah sudah biru berjalan bagai mayat. Mereka sudah menjadi zombie. Alhasil aku lari pontang panting keluar meninggalkan tempat itu.
Namun apa hanya perasaanku saja atau...ada yang aneh?
Padahal aku sudah berlari dengan ributnya namun kenapa tak ada satu zombie pun yang mengejarku?
Hmmm....mungkin hanya perasaanku saja?
Aku memutuskan untuk memasuki minimarket. Mengecek apa ada makanan yang bisa kubawa pergi ke tempat aman. Minimarket terasa sepi. Namun itu hal yang bagus karena aku bisa memilih makanan dengan tenang.
Setelah mengisi semua tasku penuh aku kembali melanjutkan perjalananku.
Klang.
Tanpa sengaja aku menendang kaleng ditengah banyak zombie. Ah sialan. Apa ini akhir hidupku?
"...."
"...."
Aneh. Kenapa tak ada reaksi sama sekali dari para zombie di depan. Padahal jelas-jelas aku menendang kaleng seberisik itu di depan mereka.
Aku mencoba mendekati mereka dan merasa semakin aneh, karena mereka masih tetap tak bereaksi dengan keberadaanku. Seolah aku tak pernah ada diantara mereka. Kenapa?
Heii...bahkan aku melambaikan tangan tepat di muka mereka, mereka tetap saja tak bereaksi. Malah melewatiku begitu saja.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Sebuah koran tahu-tahu terbang ke mukaku. Lalu jatuh tepat di bawah kakiku. Aku mencoba membacanya.
Lingkungan sekitar kampus Universitas Indonesia dipastikan tak ada lagi yang selamat satupun.
Aneh sekali berita ini. Masih ada aku disini kan? Apa mereka luput karena aku mengurung diri di dalam kosanku?
Hhh...kalau memang sudah tak ada yang selamat lagi di tempat ini, aku bertolak saja mencoba pulang kampung. Aku harap masih ada yang selamat di rumah.
Aku berjalan melewati toko elektronik. Menatap kaca yang sekilas memantulkan bayangan diriku disana.
"...."
Aku tertegun cukup lama menatap pantulan disana.
Wajah biru itu.....
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top