9. Tahap Temu
Gadis cantik dengan setelan celana dasar dan blazer coklat itu terus berjalan meninggalkan seorang pria yang sibuk mengikutinya. Namun, Nalina hanya cuek. Padahal pria itu sampai memohon dan berteriak tetap tak dipedulikan Nalina. Baginya itu semua sudah memuakkan.
"Ina... aku hanya ingin membina hubungan yang baik sama kamu, gak lebih."
Devan yang sekarang makin bikin alergi di hidup gue! ungkapan batin Nalina.
"Loe gak usah manggil nama itu lagi. Nama sok manis pemberian loe buat gue!" Nalina akhirnya mulai meledak.
Devan terhenyak, tapi tetap kembali mengikuti sampai Nalina meminta tolong security untuk menahan mantannya itu. "Pak Maman, tolong usir cowok mesum yang selalu mengikuti saya ini." Nalina segera masuk gedung kantor tanpa sudi melihat Devan.
Security hanya bisa melongo karena dia jadi bingung. Mengingat beberapa hari yang lalu Devan datang dengan baik-baik karena persetujuan Raymond. Akhirnya dia tetap menuruti Nalina karena ekspresinya yang tak bisa bohong.
________
Siang menjelang dan selalu ada Raymond yang menghampiri Nalina di bilik kerjanya. "Hai, Non sibuk?"
"Keliatannya? Ini kan juga karena Bapak, saya jadi sibuk, "jawab Nalina santai tapi tetap berusaha bersikap sopan.
Raymond nyengir kuda. "Halah, tugas dari aku kan gak deadline jangan terlalu dikejar banget lah." Lalu pria itu mengeluarkan sebuah kartu persegi panjang berwarna silver. "Ini ada undangan special dari aku untuk kamu. Makan malam bersama keluargaku malam minggu ini."
Nalina membulatkan matanya dan memandang kartu undangan yang masih berada di tangan Raymond. "Hahaha... lucu banget, Pak pake undangan segala. Udah kayak acara ulang tahun anak-anak."
Namun, rasa berbunga-bunga Raymond harus pupus saat Uly, si wanita ulat bulu datang ke bilik kerja Nalina. Raymond dengan raut malas langsung pergi dengan cepat. Tak tergapai oleh Uly dan menyisakan sedih untuknya.
"Aduuh... kok langsung pergi Pak Ray. Aku belum nafas dia udah kabur. Mang seseram itukah aku, Nal?" tanya Uly dengan gaya sedih bak drama.
Nalina hanya menggeleng dan tersenyum kecil hingga membuat Uly semakin gemas. "Senyum terus, ya saya tau senyum kamu manis. Tapi gak capek kamu, Nal narik bibir terus?"
_________
Di sebuah halaman kolam renang, Vikra sedang tersenyum sendiri melihat Mamanya yang asyik telephone dengan seseorang. Vikra berdiri dari kursi panjangnya dan terjun ke kolam renang. Dalam hati sangat gembira karena sebentar lagi akan bertemu dengannya.
______
Nalina melihat Om dan tantenya yang sibuk bersiap untuk bertemu dengan Raymond. Mereka justru terlihat lebih antusias dari pada dirinya. Ya, Nalina masih pusing memikirkan Devan yang juga seolah-olah ingin dekat lagi padanya. Seperti ingin masuk ke hidupnya lagi dan sikapnya lebih baik dari saat mereka masih bersama.
"Om, Tante ini kita ketemu Raymond kok udah senang banget? Om Tante baru kenal loh sama Pak Raymond, "ungkap Nalina dengan hati-hati takut menyinggung mereka.
"Karena ada kejutan nanti, "kata Om Mario. Sontak pernyataan Om Mario langsung mendapat tatapan tajam dari Tante Aline.
"Papa ini dari dulu memang ngeselin!" Tante Aline lalu melempar tas dompetn miliknya ke Om Mario yang hanya bisa tersenyum kecil.
"Ma, maaf aku gak sabar soalnya. Ya udah cepat nanti telat, "sela Om Mario menhampiri istrinya dan memeluknya dari belakang.
"Modus." Tante Aline merengut sebal.
Interaksi mereka membuat Nalina tertawa hingga membuatnya tak percaya kalau dulu mereka sering bertengkar saat Zia masih hidup. Namun, tawa itu hilang saat mengingat adik sepupunya. Kenapa saat Zia tak ada dia yang merasakan keharmonisan mereka?
Maaf ya Zia justru aku yang ada di sini. Semoga kamu tahu dan bisa lihat kalau Mama Papa kamu sekarang sudah akur. Zia, tenang ya di sana. Doa Nalina untuk Zia dari hatinya yang tulus.
........
"Hei gak sabar ya mau ketemu. Hehehhe...."
Nalina membaca pesan yang awalnya mengira dari Devan tapi ternyata dari nomor tak dikenal dan membuatnya terhenyak. Ditambah kalimat yang berbeda.
"Sayang, ayo kamu juga siap-siap, "ujar Aline dengan sikap yang masih ceria.
"Tan, kayaknya undangan itu cuma buat Tante dan Om. Aku gak agak...."
"Lohhh... kamu juga harus ikut dong. Ini juga masuk kejutan buat kamu. Gak kasian sama Raymond dan keluarganya juga?" Tante Aline masih coba untuk membujuk Nalina dengan halus.
Nalina menggigit bibirnya ragu tapi wajah Om Mario dan Tante Aline sangat mengharapkannya untuk ikut.
_____
Di sebuah ruang kerja ada dua pria tampan dengan setelan kemeja formal dengan raut tak suka. Raymond berdecih melihat Vikra yang duduk dengan santai sambil mengangkat kaki ke atas meja.
Raymond menatap kesal pada Vikra. "Aku harap Kakak bersikap wajar ya."
Vikra menatap tak percaya pada Raymond yang ternyata lebih cerdas. "Kamu suka sama dia?"
Raymond menarik nafas dan hanya bisa terdiam. Melihat sikap adik sepupunya itu membuat Vikra kembali tertawa kecil. "Kalau iya, terserah sih. Tapi aku pastinya gak akan biarin kamu mendapatkan lebih dari rasa suka."
.
.
Intermezz0
Tersedia di dreame
.
.
.
Ingatan dua jam yang lalu menguap dan membawa mereka ke dalam keadaan sekarang. Di mana Vikra bisa bersikap manis di hadapan orang tuanya, Mama Gea, dan orang tua Nalina. Raymond takut dengan sikap Vikra seperti ini. Terlebih Vikra yang selalu mencuri pandang dan mencoba mengobrol dengan Nalina.
.
.
.
.
*______*
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top