3. Maafkan Aku...

Mulmed : Rebbeca - Maafkan aku mencintai kekasihmu

............

Pagi itu masih menyisakan sedikit embun tak ada bedanya dengan Zia yang masih menyisakan sedikit air matanya. Di luar jendela balkon yang tertutup tirai ungu sudah mulai terang. Perlahan Zia membuka kelopak matanya.

Kembali menatap langit-langit kamar di mana lampu gantung lima peri itu masih menyala. Namun, dia menghembuskan nafas merasa lega tidak mendengar keributan orang tuanya lagi. "Tabahkan aku Tuhan..." ucap Zia pelan setelah mengusap wajahnya.

Zia sudah bertekad akan terus menjalani ini. Alangkah lebih bahagia bila dia bisa membuat Vikra mencintainya. Ya, dia harus inisiatif sendiri mendekati Vikra. Memang awalnya sakit sekali mengetahui kenyataan yang ada.

Namun, Zia akan berusaha dengan lebih baik.

..................

Dua hari sebelum pernikahan Zia....

"Mega sudah memilih pergi, Vikra kenapa kamu tetap mau membatalkan pernikahan ini?" tanya Zia dengan lirih saat mereka berbicara di cafe dengan tempat terbuka.

Ternyata semua angannya sia-sia. Mega mengalah kemarin setelah semua sudah terbongkar. Namun, yang bikin Zia lebih sedih adalah tentang Vikra yang menemui dirinya sore ini demi membatalkan pernikahan mereka dua hari lagi.

"Aku sungguh minta maaf, Zia atas semuanya. Kamu cantik, baik dan periang tapi aku gak bisa," ucap Vikra sekali lagi dengan raut menyesal.

Di bawah mentari sore dan beberapa pengunjung yang tidak terlalu ramai. Zia kuat menatap wajah Vikra tajam walau diselingi derai air mata. Vikra ingin menggenggam tangannya dan segera tangan Zia menghindar untuk menghapus air mata.

Hening merajai mereka untuk beberapa saat. Hingga dengan suara gemetar Zia berkata," Pergi... kejarlah Mega."

Vikra tersentak tak percaya dengan ucapan Zia. Tak dapat dipungkiri ada secercah bahagia di hati Vikra. "Zia, aku berterima kasih padamu."

Zia memalingkan wajah tak ingin melihat raut bahagia Vikra untuk Mega.   "Pergilah, Vikra. Aku ikhlas dan terima kasih juga sudah membuatku menjadi wanita yang bisa memasak. Padahal dulu masak nasi saja gosong." Tawa mengiringi di setiap perkataan. Vikra hanya diam tak ingin ikut tertawa karena dia tahu tawa Zia hanya paksaan.

"Aku pergi, semoga kelak kamu bahagia."

Setelah Vikra beranjak dari kursinya dan pergi, barulah Zia menatap pria yang dicintainya itu menjauh. Namun, Zia membelalak ketika melihat mobil besar yang melaju hendak menuju Vikra yang menyebrang.

Kejadian itu sangat cepat, setelah Zia berteriak dan berlari untuk mendorong tubuh pria yang dicintainya. Darah sudah mengalir di aspal jalan.

Bunyi kendaraan dan orang-orang berteriak membahana. Sedangkan Vikra shock dan gemetar melihat hal mengerikan yang tak pernah dia sangka.

Suara-suara itu seolah bagai gema tanpa arti bagi Vikra. Fokus pandangannya hanya pada sepatu high heels pink Zia yang berlumuran darah sudah terlepas dari kakinya.

Air mata dan teriakan Vikra mendominasi kerumunan suara massa. Pria itu berlari untuk menerobos orang-orang yang mulai berkerumun. Dari kejauhan suara sirine mobil ambulance sudah terdengar.

Matahari yang mulai tenggelam pergi bersama jiwa Zia.

..............

Di belahan bumi lain, ada seorang wanita muda yang menggenggam erat ponselnya. Nalina menangis saat membaca pesan singkat Devan yang tak ingin melanjutkan pernikahannya.

Nalina tidak pernah menduga hal ini. Dia sudah tampil cantik dengan baju pengantin khas Pontianak. Kain songket merah, mahkota emas berhias sayap burung hias dan anting bersusun rumbai dia lepas.

Maafkan aku Lina, sudah membohongi perasaan ini. Aku sudah berusaha mencintai kamu tapi bayangan gadis yang aku cintai dari kecil tak bisa aku lupa. Maaf, jika sekarang aku meninggalkan kamu karena dia ingin bersamaku sekarang.

Nalina membanting ponselnya penuh emosi dan sang Ibu membuka pintu kamar anaknya. Tak tahan membiarkan Nalina mendekam untuk menenangkan diri. Sebagai ibu dia juga merasakan kesedihan putrinya.

Mereka berpelukan dan menangis bersama.

.......................

Tiga Tahun kemudian....

Seorang pria hanya memandang kosong gaun pengantin di manekin itu. Setiap sore di hari yang sama sang calon pengantin tewas, dia akan seperti itu.

Tbc

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top