15 Peringatan

Dua mobil saling berkejaran di bagian jalan perumahan yang kosong hingga ke taman yang tak terlalu dikunjungi orang. Angin menjadi pendamping mereka diikuti oleh dedaunan yang jatuh dan berterbangan. Devan yang awalnya tak panik sekarang semakin mempercepat laju mobilnya. Dia tahu siapa yang mengikutinya. Siapa lagi kalau buka pria sinting yang sempat mengacaukan pertemuannya dan Nalina dulu.

.....

Haiii, yang masih mengikuti cerita ini,,, sudah ada part 16-17 yang update di KaryaKarsa , bagi kalian yang mau search cari 

aja userku @aprilthemoon

trmaksh

Suara bn berdecit sangat nyaring. Mobil hitam sport Vikra berhasil menghalangi mobil Devan. Akhirnya dengan diliputi amarah Devan keluar dan membanting pintu mobilnya sedangkan Vikra tampak santai sambil tersenyum. Kacamata hitam menghiasi wajah tampannya. "Wow, kamu kalah, pria sok segalanya, "ucap Vikra berjalan santai sambil melepas kacamatanya.

Devan justru terlihat semakin marah. "Ada masalah apa lagi loe sama gue?!"

"Masalahnya adalah anda. Harusnya kamu sudah mengerti penjelasanku waktu itu, "jawab Vikra yang tampak memejamkan mata sejenak untuk menghirup udara pagi. "Ah, udara pagi ini sudah tak enak karena anda."

Devan membulatkan matanya. "Persetan! Jangan sok berkelas. Hahaha tunangan? Gue gak percaya sama cowok sinting kayak elo. Gue udah tau semua dari Mega. Ingat, gue Devan dan sudah lebih lama mengenal Nalina dibandingkan elo yang tiba-tiba datang mengacaukan semuanya."

Vikra menghela nafas menatap dengan mencemooh pada Devan. "Devan... Devan... kamu ini sepertinya yang sudah gila. Gak punya muka masih menemui Nalina. Saya yakin dulu kamu pasti pernah menyakiti Nalina. Sekarang memohon-mohon lebih rendah dari pengemis!"

Setelah mengucapkan itu Vikra berbalik ingin pergi. Namun, mendengar teriakan Devan dan langkah kaki yang cepat. Vikra berbalik dan menahan kepalan tangan Devan. Mereka sekarang saling berpandangan tajam.

"Brengsek kalau loe ngejer gue cuma buat ngomong begitu sia-sia aja. Kenapa gak sekalian kita baku hantam di sini?" Devan menggeram dengan wajah yang sesudah memerah.

"Saya cuma mau hapalin wajah anda kalau suatu saat melihat hal seperti ini lagi. Anda akan dapat sesuatu yang tak terlupakan, "kata Vikra dengan suara yang dalam dan penuh ancaman. Lalu memelintir tangah Devan dan menendang perutnya hingga Devan tersungkur juga terbatuk-batuk.

Vikra mengelap tangannya dengan saputangan setelah itu memasuki mobil dan Devan berteriak penuh amarah

_____

Di kantor Nalina dan para karyawan melihat kedatangan Vikra. Mereka agak kaget karena bossnya bisa sembuh cepat mengingat kabar kalau sakitnya lumayan berat. Walau mereka juga tak tahu sakit apa. Nalina juga ikut bersyukur dengan kesembuhan Vikra tapi kembali mengingat janji Vikra. Entahlah, Vikra seperti menambah ruang di pikirannya.

Nalina tiba-tiba ingin menanyankan kondisi Vikra. Namun, dia kembali mengurungkan niatnya lalu kembali punya niat. Seperti itu terus hingga Nalina akhirnya memutuskan untuk menelepon Vikra. Baru ingin mengambil handphonenya, ternyata Vikra sudah menghubungi duluan.

"Kalau khawatir padaku tidak perlu telephone, Lina. Cukup datang ke ruanganku. Hahahah..."

Nalina membuka mulutnya apalagi mendengar Vikra memanggil nama akrabnya. "Dia... akhh!" tak mau ambil pusing Nalina segera menuju ke ruangan Vikra dengan membawa beberapa berkas sebagai alibinya.

Uly yang tak jauh darinya memandang Nalina sambil menyipitkan matanya. "Aneh, perasaan itu berkas udah yang bulan lalu udah di acc Boss. Hadeehhh... " Uly memutar bola matanya tak mau ambil pusing.

________

Di ruangan Vikra yang luas, Nalina menyentuh dahi pria itu yang duduk agak berselonjor. "Sudah baik-baik saja."

Vikra meraih tangan Nalina dengan lembut dan melepaskan dari dahinya. "Hei, aku memang sudah sehat, Lina."

"Terus aku pikir dimintai tolong apa gitu karena mungkin kamu belum sehat banget. Gak taunya dipanggil buat fitting baju. Sering banget Bapak panggil saya hanya buat sesuatu yang gak jelas. Bodohnya aku yang selalu nurut. Pakai hipnotis ya?!" Nalina mendengkus kesal.

"Maaf kalau begitu. Lain kali ga akan begitu. Maaf ya, "ucap Vikra dengan tulus dan pandangan yang terus menatap dalam pada Nalina. Melihat gaya Vikra dan raut wajahnya meminta maaf membuat Nalina merasa tersentuh.

Vikra langsung terseyum. "Wah, akhirnya aku bisa liat senyum kamu yang lebih lebar. Berarti jadi kita ke butik setelah pulang kantor."

Ya Tuhan, kenapa sih pake acara senyum dikit. Isshh...

"Saya permisi, Pak. Pekerjaan saya masih banyak, "sela Nalina berpamitan dengan sopan.

Setelah melihat Nalina keluar ruangan dengan salah tingkah membuat senyum Vikra surut lagi. "Dia beriskap formal lagi. Tak apalah nanti juga lama-lama dia bisa lebih akrab padaku."

Sore menjelang menaungi langit menjadi oranye yang tenang dan di jalanan sebuah mobil mercedes hitam melaju sedang. Vikra dan Nalina akan pergi menuju butik tapi daritadi mereka hanya diam.

Beberapa saat, Nalina berkata, "Tumben Pak Vikra diam. Lelah?"

Vikra menatap Nalina sekilas. "Gak mau buat kamu tambah sebal sama aja. Jadi aku memutuskan untuk perlahan ikutin cara kamu. Udah syukur kamu mau kenal aku dulu."

Nalina merapatkan bibir lalu bersender lebih dalam di bangku mobil dan gadis yang telah menggerai rambutnya itu mengernyit melihat spion di samping jendela mobil. "Kayaknya itu mobil ngikutin kita terus ya. Apa Cuma perasaanku aja."

Vikra menatap tajam dari spion di atas kepalanya. Ternyata alasa Vikra diam sedari tadi juga bukan hanya ingin menghargai Nalina. Namun, mengawasi si penguntit. Pria tampan itu tersenyum miring dan sedikit bersiul.

Vikra memilih menghentikan mobilnya membuat Nalina terkejut. "Tetap di dalam mobil. Jangan keluar!"

Nalina mulai khawatir. "Ada apa, Pak? Ini gak akan ...."

"Tetap di dalam mobil jangan melihat ke belakang, jangan banyak tanya dulu ya, sayang." Vikra tak lepas memandang mobil yang berhenti dari spion samping dan ternyata ada dua mobil.

Seorang yang membuat Vikra semakin muak sepertinya belum puas bermain dengannya. Haruskah Vikra memberikan peringatan yang sesungguhnya?!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top