14. Hanyut
Mulmed : Ashe _ Moral Story
______
Sebenarnya Nalina sudah menolak dengan berbagai cara agar tidak menjenguk Vikra. Namun, tante Aline dan Om Mario membuat Nalina tak tega karena kekhawatiran mereka juga. Jadi sekarang di sini dia harus duduk di samping Vikra yang sedang terbaring.
"Zia..." lirih Vikra membuka matanya melihat Nalina.
Para orang tua itu jadi ikut sedih. "Vikra, Nalina di sini bersama kami. Om harap kamu segera membaik."
Nalina tak enak merasa diam saja terlebih tatapan memohon Mama Gea meminta dia berbicara sedikit saja pada Vikra. "Hm... Pak , Mas, kamu cepat sembuh ya dan minum obat yang teratur."
Terdengar klasik bagi Nalina tapi ajaibnya justru membuat si pria aneh itu tersenyum.
_______
"Om, tante aku gak bisa ...."
"Kami tidak memaksa kamu untuk menikah dengan Vikra sekarang, Sayang. Kenalan lebih dekat dulu lagi juga tak apa, "ucap tante Aline dengan sabar.
"Ayah Ibu kamu juga sudah mengizinkan untuk kamu memulai hubungan baru dengan Vikra. Kami sudah menceritakan semuanya, "Kata Om Mario.
Nalina menyipitkan matanya. "Saya seperti dipaksa sekarang, Om. Jika kalian ingin meminta balas budi. Mohon maaf, Om Tante. Bukan ini yang aku inginkan."
Mereka terdiam melihat pada Nalina. "Nalina... "
"Saya bukan Ibu. Saya harap Om dan Tante tidak melakukan kesalahan kedua karena cinta. Maaf jika saya sekarang terkesan kurang ajar, "kata Nalina sekali lagi dengan tajam walau sedih.
"Ya, baik ...baik... maafkan kami juga Nalina jika menekanmu tapi Mama Vikra dan suaminya dulu juga sahabat kami melebihi saudara terlebih ketika Ibumu pergi dan menikah dengan Ayahmu. Gea, Mama Vikra selalu ada untuk kami dari sedih hingga bahagia. Kami juga menyayangi Vikra karena dia juga anak yang baik, gigih dan menyenangkan dulu selain sebagai tunangan Zia." Tante Aline menahan sesak di dadanya.
"Kalau begitu bagaimana kamu mengenal Vikra dulu selama satu bulan. Kalau setelah satu bulan kamu tak mencintainya. Silakan tinggalkan Vikra. Bagaimana, Nalina?" tanya Om Mario seperti memberikan tawaran.
Nalina yang menunduk kembali mengangkat kepalanya. Menatap sepasang orang tua itu dengan pasrah. Kalau sudah membawa orang tuanya Nalina tak kuat melawan lagi.
_____
Tidak lama setelah berbicara dengan Om Mario dan Tante Aline. Kini Nalina berada di kamar Vikra sambil menyuap bubur ke pria yang sepertinya sudah tidak pucat lagi. "Sudah habis." Nalina menyuapkan satu sendok bubur terakhir ke mulut Vikra.
"Sepertinya kamu juga sudah sehat, Pak, "kata Nalina lagi yang sibuk menaruh mangkuk bubur dan membereskan apapun sedangkan Vikra masih tak lepas memandang Nalina. Sesekali tersenyum melihat gerak gerik Nalina.
Pandangan Nalina menangkap lebih luas ruangan kamar Vikra yang dipenuhi foto Zia di tempat-tempat tertentu. Dia bisa mengambil kesimpulan jika pria ini memang sangat mencintai sepupunya. Sepupu yang tak pernah dia temui sampai ajal menjemput Zia.
Nalina kembali berbalik pada Vikra lalu menyelimuti pria itu dengan lembut. "Semoga lekas sehat, Pak. Kamu juga harus memikirkan Mama kamu, kasian harus pusing mikirin anaknya. Takutnya lama-lama nanti jadi ikutan stress dan sakit."
Vikra masih terdiam dan Nalina agak tertegun, sekilas menyesal dengan kata-katanya setelah tahu dari cerita Tante Gea tentang Vikra. "Gak usah merasa bersalah, Lin. Aku memang ODGJ (Orang Dalam Gangguan Jiwa) tapi sekarang aku sudah mulai sembuh dan perlahan akan sembuh. Maaf, jika sewaktu-waktu bisa kumat lagi seperti ini."
Nalina menatap sendu dan bangkit dari duduknya. "Bapak gak perlu minta maaf sama saya. Tidak ada hubungannya dengan saya dan tidak yang merugikan saya sekarang sampai nanti." Nalina agak kesal lagi karena dari kalimat Vikra seolah mereka akan hidup bersama ke depannya.
Vikra tersenyum kecil dengan bibir tebal yang masih menyisakan kepucatan. "Kamu susah banget kayaknya gak usah panggil aku bapak, belum terbiasa ya?" tanya Vikra seperti mengalihkan pembicaraan.
Nalina berkacak pinggang sambil menatap langit-langit kamar berusaha menetralkan emosinya. "Ya, Pak saya belum terbiasa. Permisi dan sehat-sehat selalu."
Tepat sebelum membuka pintu, Vikra kembali berkata, "Kalau kamu masih ingin kita saling mengenal. Terima kasih."
_______
Keesokan harinya pagi kembali menyambut bumi dan orang-orang yang seolah ikut menerima dengan aktivitas masing-masing. Salah satunya adalah Nalina yang tersenyum semangat untuk kegiatan hari ini. Gadis cantik itu memakai helm lalu menaiki motornya. Namun, suasana itu berubah Nalina kembali di hadapkan pada seseorang yang membuatnya menghela nafas.
"Kenapa lagi, Kak Devan?" tanya Nalina yang heran melihat satpam membiarkan Devan masuk.
Semua terjawab ketika seorang satpam yang berlari mengejar Devan dan meminta maaf pada Nalina. Namun, Nalina memaklumi dan dengan sopan menyuruh satpam pergi.
"Ternyata kamu masih belum mau memaafkan Kakak?" Devan tampak memohon. "Padahal Kakak sengaja beberapa hari gak menemui kamu agar bisa memikirkan semua ini, tapi tetap sama aja."
Devan mendekati Nalina perlahan dan satpam tetap menahannya dengan wajah sangar. Nalina menatap datar pada Devan tanpa menjawab gadis itu pergi melesat dengan motornya. Tak terlalu jauh ternyata ada Vikra yang menatap kejadian itu dari gerbang rumah Om dan Tante Nalina yang sudah terbuka.
Vikra berdeham untuk menetralkan nafasnya dan mengusap rambut tebalnya dengan lembut tak lepas memandang mereka.
****
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top